Sebagai statusnya yang masih seorang mahasiswa semester tua, Renjun tidak melupakan tugas-tugasnya yang memang harus ia kerjakan. Kini dirinya sudah berada di depan sebuah ruangan setelah bertemu dengan dosennya. Kaki yang diselonjorkan, tubuh yang disandarkan pada sandaran bangku dan wajah yang didongakkan, Renjun begitu menikmati waktunya kini karena sedang tidak berada di perusahaan tempatnya magang.
Beruntung jika tuannya masih mengerti posisi dan mengijinkannya untuk pergi ke kampus, meninggalkan sang tuan dengan anaknya sendirian di kantor. Entahlah bagaimana sang tuan akan mengurus Mark, Renjun hanya ingin menikmati sedikit waktunya kini.
"Apa kau akan ke kantor setelah ini?" tanya salah satu temannya yang satu tempat magang dengannya.
"Mungkin, tuan Jung tidak akan bisa bekerja jika ditinggal dengan anaknya. Kau sendiri bagaimana?"
"Aku tidak akan kesana, sudah ijin untuk tidak masuk hari ini"
"Wah curang sekali kau" jika bisa untuk ijin tidak masuk, Renjun juga menginginkannya. Ya walaupun entah kapan ia akan meminta, rasanya lama-lama ia kasihan dengan Mark yang bermain seorang diri di ruangan sang ayah.
Masih dalam posisi yang sama, Renjun memainkan ponselnya, membuka salah satu notifikasi yang baru saja ia dapatkan. Tubuhnya menegak seketika kala membaca sebuah pesan tersebut. Renjun pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya yang duduk santai di depan ruang dosen.
Bagaimana bisa tuannya sudah berada di depan gedung fakultasnya bersama dengan sang anak? Ini bahkan masih dua jam dari masa ia meminta ijin pada sang tuan pagi hari tadi. Dan sekarang keduanya telah berada di area kampusnya.
"Kenapa bisa disini?" tanya Renjun saat menghampiri ayah dan anak yang berdiri di depan mobil mereka. Renjun mengambil Mark dari gendongan tuannya saat tangan anak itu direntangkan padanya.
Tuannya juga terlihat lebih santai pakaiannya dari biasanya yang menggunakan pakaian formal dan dasi yang mencekik lehernya. Kini sang tuan Jung memakai celana jeans berwarna hitam dan juga dipadukan dengan hoodie hitam dengan dalaman kaos berwana putih. Jika seperti ini sang tuan benar-benar terlihat seperti anak muda bahkan masih pantas jika disebut mahasiswa karena wajahnya yang tidak setua umurnya. Entahlah berapa umur sang tuan, Renjun tidak tau.
"Mark meminta pergi jalan-jalan hari ini" ucap sang tuan memberitahu. "Ayo masuk mobil"
"Huh? Sebentar" Renjun kembali memasuki gedung fakultasnya dengan tetap membawa Mark dalam gendongannya. Ia akan berpamitan terlebih dahulu dengan teman-temannya karena dirinya tadi berangkat bersama mereka. Tidak lucu jika Renjun menjadi bahan cari-carian teman-temannya saat ia pergi begitu saja.
"Wahh anak siapa? Anakmu? Siapa ayahnya?" tanya heboh salah satu temannya yang memang tidak satu tempat magang dengannya saat Renjun sampai kembali di depan ruang dosen.
"Saya ayahnya"
Renjun menoleh seketika. Sejak kapan pria ini berada di belakangnya? Langkah kakinya benar-benar tidak terdengar saat mengikutinya dari belakang.
"Aku akan pergi dulu. Terima kasih karena kalian menjemputku tadi" setelahnya Renjun benar-benar meninggalkan teman-temannya. Lagi-lagi ia dibuat terkejut saat pinggangnya di rengkuh oleh seseorang yang telah menyamakan langkah dengan dirinya.
"Tuan?"
Namun sang tuan tidak memperdulikan ucapannya, pria bermarga Jung itu tetap berjalan dengan padangan lurus ke depan. Lagi-lagi ia menjadi pusat perhatian orang-orang, dan kini menjadi perhatian mahasiswa kampusnya sendiri saat mereka berjalan di lorong gedung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN JUNG | JAEREN
FanfictionHadirnya melengkapi setengah dari hidupnya yang hampa.