4

14.3K 1.4K 56
                                    







Renjun membuka matanya kala merasakan pipinya ditepuk-tepuk pelan oleh telapak tangan kecil. Ia langsung mendapati Mark yang telah bangun dan sedang duduk menghadap ke arahnya. Renjun tersenyum dan menerima Mark dalam pelukannya saat anak itu merangkak ke arahnya dan berakhir memeluk dirinya dalam keadaan tengkurap.

"Pintar, tidak menangis saat bangun" pujinya.

Dua kali Renjun menjumpai bayi ini saat pagi hari, dua kali juga ia tidak melihat Mark yang menangis saat bangun tidur. Ini sungguh berbeda dengan para keponakannya yang mungkin saja sudah menangis hingga memecahkan gendang telinga jika terbangun dan tidak mendapati sesiapapun di dalam kamar.

"Mau mandi?" tawar Renjun.

"Ndi! Bek!" serunya.

"Iya, ayo mandi dengan mainan bebekmu"

Yang namanya sedang menghadapi anak kecil, maka kesabaran yang dimiliki juga harus ditingkatnya. Tidak seperti orang dewasa yang jika selesai mandi ya harus segera menyelesaikannya. Anak-anak lebih memilih untuk bermain terlebih dahulu, terlebih mereka yang memang menyukai air seperti Mark.

Butuh waktu sedikit lama untuk Renjun menunggui hingga bayi tersebut mau untuk diajaknya menyelesaikan acara membersihkan diri. Setelah mengeringkan tubuh mungil tersebut, Renjun segera memakaikan baju ganti yang telah ia ambil lebih dulu dari kamar bayi tersebut sebelum memandikannya tadi.

"Huh, inikan koperku? Kenapa bisa disini?" gumamnya saat baru menyadari bahwa ada koper miliknya di dalam kamar yang ia tempati.

Mark turut mendekat kearahnya saat atensi Renjun berubah pada koper besar berwarna abu. Rubah mungil itu membuka koper dan mendapati jika isinya adalah pakaian-pakaian miliknya. Mengapa bisa pakaiannya berada disini? Lagipun untuk apa? Setelah ini juga dirinya akan pulang.

"Dwaddy"

"Mau ke daddy?" Renjun mengangguk menyetuji lalu menggandeng tangan Mark dan berjalan keluar dari kamar.

Sesampainya di depan kamar pemilik rumah, Renjun mengetuk beberapa kali pintu kamar tersebut namun tidak ada jawaban dari sang penghuni. Tangannya mencoba memegang knop pintu, ia sedikit terkejut saat Jaehyun tidak mengunci pintu kamarnya.

"Masuklah" suruh Renjun pada Mark lalu menutup kembali pintu tersebut setelah bayi dua tahun itu telah masuk.

Kekehan terdengar di dalam kamar besar tersebut saat bayi mungil sedang berusaha menarik selimut tebal yang sedang digunakan oleh ayahnya.

"Dwaddy dwaddy"

"Ngun!" seru Mark lagi.

Kini kaki gemuknya berjalan mendekati ranjang sang ayah, tangannya menumpu di atas ranjang dan mencoba untuk naik ke atas ranjang. Pantat berbalut pampers itu sontak terdorong yang membuatnya berhasil naik saat sebelah tangan sang ayah membantunya. Jaehyun terbangun saat mendengar celotehan bayi mungilnya.

"Sudah mandi, hmm?" tanyanya dengan menciumi tubuh anaknya yang sudah wangi.

"Mam, dwad mam!"

"Iya. Dimana mommymu? Daddy akan cuci muka dulu"

"Mwom lual" tunjuknya pada pintu kamar.

Jaehyun mengantarkan sang anak pada Renjun yang ternyata rubah mungil tersebut kembali ke kamarnya sendiri. "Kalian turun dulu ke bawah, aku akan membersihkan wajah"

TUAN JUNG | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang