Renjun tidak pernah merasa setidak berguna ini ia menjadi seorang istri selama hampir menginjak masa dua tahun pernikahan. Untuk yang kesekian kalinya Renjun menitihkan air mata di dalam kamar mandi dengan tangan yang menggengam benda pipih yang lagi-lagi menunjukkan hasil yang cukup membuatnya kecewa pada dirinya sendiri.
Tangannya menggenggam erat alat tes kehamilan, air matanya menetes dengan deras hingga nafasnya tersengal. Hingga detik ini ia masih tidak diberikan kepercayaan untuk memberikan keturunan bagi suaminya. Renjun merasa dirinya benar-benar tidak becus menjadi seorang istri untuk Jaehyun.
"Sayang, kau di dalam?" tanya Jaehyun di luar sana dengan mengetuk pintu kamar mandi.
Tidak salah jika Jaehyun mencarinya karena Renjun telah berada di dalam kamar mandi hampir setengah jam. Suami mana yang tidak khawatir jika istrinya tidak kunjung keluar dari kamar mandi dengan keadaan di dalam yang sunyi?
Tidak lama dari Jaehyun memanggil, pintu terbuka dan keluarlah Renjun yang menunduk tak berani menatap wajah sang suami. Jaehyun menghela nafasnya lalu membawa tubuh mungil sang istri ke dalam dekapan hangatnya. Mengelus punggung sempit disana dengan lembut dan mengecup pucuk kepala Renjun dengan sayang.
"Maaf" kata Renjun lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Tidak apa, sayang. Tidak usah kecil hati" ucap Jaehyun menenangkan.
"Tapi aku gagal lagi"
Jaehyun melepaskan pelukannya, tangannya beralih memegang kedua bahu Renjun. Netranya menatap lekat bagaimana wajah istrinya yang terlihat sendu. "Dengarkan aku" kalimat pertamanya.
"Apa aku pernah dengan gamblang meminta padamu untuk hamil dan memberikanku keturunan?" tanya Jaehyun yang dibalas dengan gelengan kepala.
"Apa aku memaksamu untuk mengandung dalam waktu dekat?"
"Tidak" jawab Renjun.
"Sayang, mau dirimu hamil atau tidak, aku akan tetap menyayangi dan mencintamu. Ingat, anak itu hanya bonus dalam biduk rumah tangga kita. Aku menikahimu bukan untuk mendapatkan keturunan. Aku menikahimu karena mau menua bersamamu"
"Maaf"
Renjun tahu bahwa Jaehyun memang tidak pernah meminta dengan gamblang seorang buah hati padanya. Namun yang namanya seorang istri tentu saja membuat beban pikiran karena tak kunjung mengandung meski usia pernikahan mereka hampir menginjak dua tahun. Tidak ada yang salah dari diri mereka berdua saat memeriksakan diri pada dokter. Tapi mengapa Renjun tak kunjung hamil? Hal ini yang terus bersarang pada pikirannya.
"Mark saja sudah cukup, sayang. Mungkin kita masih diminta untuk fokus pada Mark. Memberikannya kasih sayang dan semua yang dapat kita berikan padanya"
"Astaga, Mark" panik Renjun saat sadar.
"Ssttts, dia sedang bermain di ruangannya" tenang Jaehyun dan semakin mempererat pelukannya.
Renjun menghela nafas besarnya, memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jaehyun. Suaminya selalu berhasil menenangkannya dengan segala kalimatnya. Namun mengapa ia tak bisa memberikan sekali saja kebahagiaan untuk Jaehyun?
Renjun juga sering merasa kecil hati saat bertemu dengan kolega bisnis suaminya. Pembahasan pertama mereka selalu tak jauh dari kata buah hati sebagai pembuka ucapan. Walaupun Jaehyun selalu memberikan jawaban logis untuk mereka, tetap saja Renjun merasakan hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN JUNG | JAEREN
FanfictionHadirnya melengkapi setengah dari hidupnya yang hampa.