5

121K 665 1
                                    

Rena bisa menebak ulah siapa berita tersebut. Bukan karena berita itu benar, namun foto tersebut adalah salah satu projek gagal yang hanya dimiliki oleh petinggi maskapai saja.

Rena segera mencari dimana tuan dari maskapai ini beristirahat. Tak jauh juga Rena mencarinya, karena di ruang VVIP duduklah Devan dengan segelas kopi dan juga tab di tangannya. Dengan segera Rena mendekat kesana dan memulai aksinya.

"maksud anda apa iini?" tanya Rena sambil memperlihatkan berita tersebut kedepan Devan. Melihat itu, pria muda ini hanya berdecih saja tanpa mau repot-repot mengalihkan pandangannya dari tabnya.

"pak!!" nada Rena naik satu oktaf dari sebelumnya.

"sesuai kesepakatan awal tadi" jawab Devan

"gila, itu tak akan merubah skandal yang sudah anda sebar ini" dengan kesal Rena bahkan tak mempedulikan sopan santunnya terhadap atasannya ini.

"jadi simpananku saja" kata Devan enteng sambil meletakkan tabnya di meja dekat kopinya. Tanpa menunggu lagi, Devan menarik tangan Rena agar jatuh dipangkuannya.

Tentu saja, gadis manis ini terkejut, ia berusaha untuk bengkit, namun kukungan tangan dari Devan sangatlah kuat.

"tenang, nikmati duduk di pangkuanku, arah jam 9 ada seorang paparazzi yang akan menyebarkan berita kita. Itu akan memperbaiki citramu dan akan menaikkan saham maskapaiku" kata Devan pelan.

Mendengar itu, Rena memalingkan wajahnya kearah yang ditunjuk oleh Devan. Dan benar saja disana ada 2 orang lelaki dengan membawa kamera besar sedang memotret mereka. Rena hanya diam saja dipangkuan Devan, bahkan ia tak berekasi apapun, kala tangan kekar Devan ini membelit perutnya.

"sial, gara-gara rindu" batin Rena

Setelah memastikan dua orang tersebut menghilang, Rena segera melepaskan diri dari pangkuan Devan. Ia juga menepuk pantatnya beberapakali, bermasksud menghilangkan bekas Devan dari pantat indahnya.

"awas, setelah ini, Tarik semua berita konyolmu itu" kata Rena dengan tangan menunjuk Devan.

***

Setelah dua jam transit, kini berjalanan yang di pimpin Capt Adam dan Yusuf mulai mengudara lagi. Tapi tadi sebelum mengudara, Devan memohon maaf kepada salah satu pilotnya itu tentang berita yang beredar, dan akan segera menghapusnya.

Tentu saja Capt Yusuf memaklumi itu, karena kebocoran data tersebut bisa terjadi jika salah satu perusahaan ingin meluncurkan hal-hal baru. Seperti perjalanan Devan ke London ini adalah menyuntikkan beberapa uangnya pada maskapai terkenal di kota itu.

Selain ingin memperluas koneksi dan kolega, perluasan ini juga akan berimbas pada bidang property milik keluarga Devan yang lainnya.

Didalam pesawat ini, Rena lebih memilih untuk bersantai di ruangan khusus pramugari. Namun lagi-lagi usaha bersantainya gagal akibat bel dari kursi Bosnya ini.

"ada yang bisa dibantu Pak?" tanya Rena berusaha melupakan kejadian tadi

"saya ingin tidur, tolong siapkan kamar" kata Devan yang diangguki oleh Rena.

Tanpa babibu lagi, Rena segera berjalan menuju tempat pribadi milik Devan. Di ruangan tersebut terdapat satu buah Kasur yang cukup besar. Rena segera membersihkannya tak lupa ia juga mengambilkan beberapa bantal dan kemudian menatanya sedemikian rupa. Karena sekolah di jurusan pariwisata, sedikit banyak Rena tahu tentang manner kamar untuk atasan.

Setelah selesai, Rena berjalan kearah Devan guna memberi tahu bahwa kamar telah disiapkan.

"kamar sudah siap Pak" kata Rena kemudian berlalu pergi

Namun tangannya seperti tertahan. Tanpa menoleh pun Rena tahu ulah siapa hal tersebut.

"ada yang bisa dibantu lagi Pak?" kata Rena menekankan kata "lagi" pada Devan

"aku ingin teman tidur" kata Devan dengan senyum miringnya

Rena mendengar itu lantas menolak dengan tegas. Ia tahu kemana arah pembicaraan bosnya ini. Ia pun berkata "otak selangkangan, aku disini bekerja melayanimu sebagai pramugari bukan jalan pribadi" kata Rena marah. Habis sudah kesabarannya. Ia bahkan tak mempedulikan lagi jika hari ini adalah flight terakhirnya sebagai pramugari. Masih banyak pekerjaan yang bisa ia cari diluaran sana.

"heii, jangan marah nona. Sesuai kesepakatan tadi, kau menjadi wanitaku selama 2 minggu saja, sampai rumor kita meredup" kata Devan

"lalu apa hubungannya dengan tidur? Bahkan disini taka da paparazzi?" kata Rena

"saya sudah memperbaiki nama baikmu, saatnya kamu membayar kerja kerasku" jawab Devan membuat Rena menggeleng tak percaya.

"itu tanggung jawab Bapak, saya tidak menganjurkan Bapak untuk membuat skandal tadi" kata Rena dengan berani.

"yasudah, tapi saat mendarat di London nanti, jangan salahkan saya jika wajahmu menjadi cakaran empuk istri pilot tua itu" jawab Devan sambil beranjak dari kursinya.

"sebenarnya Bapak ini mau apa? Tubuh? Kan sudah saya service dengan sukarela" kata Rena kesal setengah mati.

Devan segera menarik Rena untuk mengikutinya ke ruang pribadinya tersebut. Tak lupa ia juga menutup pintu tersebut dan menguncinya mneggunakan sidik jarinya.

Kalian tidak lupa kan tadi saat akan transit bahwa celana dalam Rena sudah dibuang oleh Devan, kini saat Devan merebahkan Rena dengan kasar, terpampanglah kemaluan Rena sangat jelas. Devan yang melihat itu, langsung menerjang bibir kemaluan Rena. Devan bahkan tak memberikan ampun pada Rena saat jilatan tersebut berubah menjadi gigitan kecil-kecil.

Mendapat serangan dadakan, Rena tak bisa berlaku apapun. Kedua tanganya dikunci oleh lengan kekas bosnya ini. Tak lupa kedua kakinya di tumpangi badan bosnya, hingga membuat Rena hanya bisa pasrah.

Tak kehilangan akal, Devan segara memasukkan jarinya kedalam kemaluan Rena. Tangan Rena yang tadi dikukung pun terlepas. Rena segera menjauhkan tangan Devan dari kemaluannya.

"Pak Stop!!!" kata Rena terus menghalau tangan Devan yang terus memaju-mundurkan dengan tempo cepat di kemaluannya.

Nafsu yang tadinya tak ada pun kini mulai muncul. Entah kelihaian tangan Devan mampu membuat nafsu Rena meningkat dengan cepat.

"ouhhh!!" desah Rena tak karuan. Kini ia semakin memperlebar selangkangnya. Tak hanya itu, ia juga mengangkat kakinya tinggi-tinggi agar tangan Devan bisa menyodoknya semakin dalam.

"gimana? Sudah enak?" tanya Devan membuat Rena mau tak mau menganggukkan kepalanya

"dasar perempuan bergengsi" kata Devan. Lelaki tersebut kini sudah melepas pakaian dengan satu tangannya. Devan hanya menyisakan celana dalamnya saja.

"lanjut?" tanya Devan sengaja berhenti padahal lelaki tersebut tahu bahwa perempuan didepannya ini akan mencapai orgasmenya

"lanjut...kanhh" kata Rena

"setujui dulu ideku menjadi perempuanku" kata Devan

"yahhhh" entah Rena tanpa pikir Panjang menyetujui ide dari bosnya ini. 

AirenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang