4

1.3K 200 5
                                    

HAPPY READING!!!

4. Terbiasa.

KARUNG MANA KARUNG?!

NJING, ANAK ORANG GEMESIN BANGET GILAA!!

Gavin terus memandangi Zeya gemas yang tengah berjalan di depannya dengan menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri dan otomatis rambut panjangnya juga bergerak. Menambah kesan imut walau berwajah datar.

Sedangkan Zeya tengah memasang wajah jengah, ia tau jika orang di belakangnya terus saja memandanginya dan tentu membuat ia risih. Kalau saja ia tak takut gelap, mungkin ia akan pulang sendiri dan tak membawa Gavin untuk menemaninya.

Ya, hari sudah mulai gelap dan Zeya takut kegelapan. Alhasil Gavin menawarinya untuk mengantarkan Zeya sampai ke rumah.

"Gav---

"EL!" tekan Gavin saat Zeya ingin memanggil dirinya dengan panggilan 'Gavin'.

Zeya menghembuskan nafas kasar, memberhentikan langkahnya dan berbalik, "El, jangan mandengin Je--Ueen telus isa?!" sarkas Zeya memandang Gavin jengah.

Gavin hanya cengengesan, dia lalu melangkahkan kakinya dan merangkul pundak Zeya dengan mudah. Karena tinggi Zeya hanya sebatas pundak Gavin.

"El cuma heran, Queen kok pendek banget sii?" kekeh Gavin di akhir kata mengusap usap gemas rambut Zeya.

Zeya mendengus, "Ueen macih kecil, jadi pantes kalau pendek" ucapnya tanpa minat. Melangkahkan kakinya kembali dengan Gavin yang terus merangkul pundaknya.

Gavin cemberut, "kok gak marah? Biasanya kalau cewe marah dikatain pendek" protes Gavin saat Zeya yang meresponnya tanpa minat. Padahal dia sudah berekspetasi untuk membuat ekspresi lain yang di tampilkan Zeya.

"oh" sahut Zeya tanpa minat.

Gavin memandang Zeya tak percaya, ini bocil jenis apa sih? Kadang ngeselin kadang ngangenin heran.

Zeya memberhentikan langkahnya di depan rumah yang cukup besar ber cat putih, ia tak melihat dengan jelas karena tertutup pagar yangnlumayan panjang. Gavin memindai sekeliling dan menyengritkan dahi kala lampu lampu warna warni yang terlihat di kaca rumah atas, serta dentuman musik yang mengganggu.

Gavin beralih memandang Zeya yang kini menatap tak terbaca rumah di depannya, "ini rumah kamu?" tanya Gavin memanstikan.

Zeya mengangguk sekilas, "ya, makacih. Cana pulang" ucap Zeya tanpa memandang lawan bicaranya.

Gavin memandang Zeya penuh selidik, "rumah kamu kok kaya tempat hiburan malam?" tanya Gavin heran.

Ia melihat tempat ini seperti club club malam, apakah orang tua Zeya suka kebisingan atau ini memang Club malam?

Zeya menghembuskan nafas kasar, memandang Gavin tanpa ekspresi "gak ucah ngulusin hidup acu, ck cadel sialan" umpat Zeya di akhir kata dengan pelan.

Dia lalu berbalik dan berjalan menuju gerbang, membuka gerbang rumahnya yang tak terkunci dan menutupnya. Lalu berjalan menuju rumahnya.

Gavin masih terpaku, ia tak salah dengar, Queen nya mengumpat?! Anak sekecil itu bisa mengumpat?!

"eh ini cius si bocil bisa ngumpat bro? Apa kuping gue doang yang bermasalah?" monolog Gavin sambil mengorek orek kupingnya, barangkali menemukan emas atau perak aih mah canda.

TINN TINN

"WOI BOCIL, MINGGIR LO!"

Gavin langsung saja menengok ke arah suara itu dan menemukan dua mobil di depannya. Gavin di buat bingung karena orang orang itu berpakaian terbuka, apa ini sebenarnya.

My Cold BOCILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang