8

759 133 8
                                    


HAPPY READING!!!

8. Main suami istri-an.

"cenapa tante?" tanya Zeya takut takut. Dia takut saat tante di depannya ini membenci wajahnya. Sama dengan Tantenya yang ada di rumahnya.

Indara hanya berdiam diri mematung. Wajah Zeya ini entah mengapa mirip sekali dengan Bintang versi perempuan. Namun, matanya yang sedikit tajam itu mirip sekali dengan Anna. Apa ini? Apakah Zeya sebenarnya ialah anak Bintang dan Anna yang selama 4 tahun ia cari??

"tante gak cuka wajah Jeya ya? Sama kok, Jeya juga gak cuka wajah Jeya. lasanya Jeya mau nganculin wajah cial ini bial nggak di benci lagi" celetuk Zeya dengan wajahnya yang serius. Seolah dia akan melakukannya suatu saat nanti.

Semua atensi reflek memandangi Zeya. Bahkan kedua anak bapak yang tengah gelud itupun berhenti. Indara yang tersadar terkejut. Mengapa Zeya berkata seperti itu?

Indara lantas cepat cepat menarik Zeya ke pelukannya, mendekap erat.

"hey, Zeya gak boleh ngomong gitu ya? Siapa bilang tante benci wajah Zeya? Tante kan cuma kaget dikit tadi, wajah Zeya miripppp banget sama temen tante, makannya tante diem. Bukan karena benci wajah Zeya." jelasnya melepaskan pelukannya. Kedua tangan Indara menangkup wajah mungil Zeya yang tengah menatapnya tanpa berkedip.

Indara tersenyum, "Jadi, Zeya jangan berkecil hati. Wajah Zeya itu cantik dan imut. Gak boleh di ancurin kaya yang kata Zeya itu. Wajah Zeya yang paaalinggggg~ cantik kata tante" lanjutnya menunjuk ke dada Zeya.

"iya loh Queen, wajah Queen itu cantik." kata Gavin merangkul Zeya setelah menendang burung ayahnya.

Zeya tak bereaksi apa apa. Hanya matanya yang terus memandang Indara tanpa berkedip.

Gavin menatap Zeya dengan cemberut karena terus di abaikan, "Quennn~~ ihhhhh" rengek Gavin menggoyang goyangkan lengan Kecil Zeya.

Zeya melirik malas pada Gavin yang terus menggoyang goyangkan tangannya.

"apa El?"

Gavin memeluk perut Zeya dan kepalanya dia letakkan di pundak Zeya, "ayo mainnnn, di kamar El banyakkkk bangett mainan~" ajaknya manja.

"idih bocah, Kesambet apaan lo?!" sindir Gerhana menatap sinis anaknya.

Gavin mendelik sinis, mengeratkan pdlukannya pada Zeya.

"dih si bocah gen-----MPPH!"

Omongan julid Gerhana terkenti ketika mulutnya di sumpel dengan kain yang di bawa Indara tadi. Pelakunya tersenyum puas. Lalu Indara menatap kedua anak kecil itu dengan kedipan di matanya.

"aman, udah sana main"

Gavin tersenyum cerah. Tangannya terangkat memberikan jempol nya. Lalu dengan cepat Gavin menarik Zeya ke anak tangga untuk menuju kamarnya yang berlantai dua.

Saat mereka berdua sudah hilang dalam pandangannya, Indara dengan cepat menarik kain itu kembali. Sebelum Gerhana mencerocos, Indara megecup bibirnya tiba tiba.

"ssst udah diem. Ini penting." bisik Indara lirih. Karena takut anak anak mendengarkan obrolan mereka.

Gerhana hanya mengangguk patuh. Jika sudah di kecup saja, dia akan patuh. Itu pertanda jika ia tak patuh maka tak ada jatah malam ini.

Indara menarik tangan Gerhana untuk masuk ke kamarnya. Setelah masuk, Indara membuka genggaman tangannya dan terdapat beberapa helai rambut. Ia perlihatkan pada Gerhana.

"maksud kamu? Ini rambut siapa?" tanya Gerhana tak paham.

"Zeya"

"ah, kamu mau tes Zeya pake rambut? Tapi emang kamu juga punya darahnya Bintang? Sedangkan Bintang aja gak ada" tanya Gerhana langsung paham.

My Cold BOCILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang