BAB 14 Perang Pecah? Tidak, Ini Ditunda.

633 46 6
                                    

Satu bulan berlalu.

Sebulan setelah negosiasi antara Qua Toyne, Quila dan Majapahit serta Jepang. Perkembangan kedua negara itu semakin meningkat, dimana baik Jepang dan Majapahit menepati janji mereka untuk membangun infrastruktur mereka.

Baik jalan batu yang ditingkatkan dengan aspal hasil dari pengolahan di Quila, lalu jalur kereta yang menghubungkan Quila dan Qua Toyne baik untuk sipil termasuk barang maupun militer, dermaga kedua negara juga ditingkatkan.

Dimana sekarang dermaga Maihark bisa dimasuki kapal tanker seberat 50.000 ton dan di Kota pesisir Quila yang baru di bangun, di dermaga baru mereka dapat dimasuki kapal Tanker atau barang seberat 200.000 ton.

Dalam sebulan ini juga, Militer Qua Toyne dan Quila juga mengalami modernisasi dimana yang tadinya mereka memegang tombak dan pedang, sekarang mereka memegang senapan buatan Majapahit.

Jepang disisi lain hanya diam seribu bahasa, lagi pula mereka tidak bisa menghentikan Majapahit juga.

Majapahit juga mengirim ahli mereka untuk melatih angkatan darat serta angkatan laut Qua Toyne dan Quila.

Untuk angkatan udara mereka dimana terdiri dari squadron Wyvern, salah seorang Marsekal Udara dari Majapahit menyarankan agar mereka di modernisasi. Sekarang, selain menembakan api dari Wyvern mereka, pengendara mereka juga bisa menembakan senjata mereka yang berupa "Pasupati" Karabin.

Awalnya Kementerian Militer mereka protes, kenapa tidak bisa memiliki Wyvern Besi. Tapi di jawab oleh Pihak Majapahit dengan kejam tapi juga benar.

"Industri negara anda belum cocok untuk membuat pesawat, bahkan jika itu adalah pesawat era Perang Dunia Pertama kami." Ucap salah seorang perwakilan Militer Majapahit.

Ketika mendengarkan perkataan tersebut, perwakilan baik Qua Toyne dan Quila merasa sakit hati, namun apa daya. Apa yang dikatakan juga kebenaran.

Qua Toyne dan Quila mungkin semakin maju dimana gedung - gedung sedang mulai bermunculan, namun dalam industri militer mereka masih keteteran.

Ini terbukti dimana pembuatan peluru saja mereka masih tergolong lama, hanya 1000 butir per hari untuk senapan dan 500 butir perhari untuk peluru artileri baik darat maupun laut dimana menurut kalkulasi Majapahit dan juga Jepang ini agak lama.

....

Di Akademi Qua Toyne, seorang pria paruh baya dengan pangkat Letjen dengan pakaian lorengnya sedang mengawasi para prajurit Qua Toyne. Dia adalah Letjen. Ouchida Kazuki dari Divisi 7 Lapis Baja Pasukan Bela Diri Jepang Angkatan Darat (PBDJ-AD klo di Indonesiakan.)

Pasukan sedang berlatih beladiri dengan bayonet di halaman depan, Bendera Majapahit, Jepang, Qua Toyne dan Juga Bendera Aliansi AEGIS berkibar di halaman depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasukan sedang berlatih beladiri dengan bayonet di halaman depan, Bendera Majapahit, Jepang, Qua Toyne dan Juga Bendera Aliansi AEGIS berkibar di halaman depan.

Gambar adalah Akademi Militer Kerajaan Belanda.

" Mereka malah mirip tentara Jerman sekarang." Ucap Ouchida melihat dari kejauhan pasukan Qua Toyne yang dilatih oleh Instruktur dari Majapahit. Atau tepatnya dimarahi sekarang.

Summoned Majapahit Empire to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang