Chapter 2

2.9K 413 7
                                    

"Gojo! Sebenarnya apa yang terjadi? Kau seharusnya bisa mengalahkan kutukan itu kan?" Para petinggi Jujutsu terus menekan Gojo.

"Tidak mungkin, kutukannya racun loh, aku ini bisa kena racun juga." Gojo tertawa pelan.

Jawaban Gojo membuat para petinggi terdiam sejenak, mereka tahu betul Gojo bisa mengalahkan Fuji no hana semudah membalikkan telapak tangan.

"Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan, daripada membunuh kutukan itu bagaimana kita memanfaatkannya saja?" Gojo tersenyum penuh arti.

Pernyataan Gojo membuat seluruh petinggi jujutsu naik darah. Bagaimana mungkin penyihir jujutsu memanfaatkan kutukan yang jelas bisa membahayakan manusia?

"Tidak usah memandangku seperti itu, Fuji no hana bukan sepenuhnya kutukan. Dia masih memiliki kemanusiaan." Gojo membuka penutup matanya, lalu menunjuk mata kanannya.

"Mataku berkata demikian."

❀❀❀❀❀

Aku memukul pelan bahuku yang mulai pegal. Aku sudah tidak kuat, entah sudah berapa hari kejar-kejaran dengan penyihir jujutsu ini berlangsung. Mimpi ini terlalu nyata, walau sudah sempat tertidur aku tetap tidak kembali ke tempat semula. Mengatakan ini nyata juga sangatlah sulit, aku tidak mau menjadi orang gila.

"Aku bahkan tidak mengenal tempat ini. Apa ini benar-benar kota Tokyo?"

Aku mengatur napasku perlahan, aku sudah hidup di kota Tokyo selama 17 tahun lebih 6 bulan. Tapi, kota Tokyo tempatku berpijak bukan kota yang kukenal. Seharusnya jika melewati jalan ini, aku sudah sampai di depan rumah. Tapi, rumahku justru ditempati oleh keluarga yang bahagia. Rumahku bahkan terlihat begitu terang dan halaman dipenuhi bunga yang tumbuh dengan subur, sangat berbanding terbalik dengan rumahku yang halamannya dipenuhi dengan sampah minuman keras.

"Ini juga tidak masuk akal." Aku menatap wajahku yang aneh di genangan air yang membasahi jalanan. Rambut putihku sangatlah asing, padahal karakter anime rambut putih sangatlah keren, tapi entah mengapa ketika rambut ini terpasang di kepalaku justru sangat menakutkan. Kulitku juga sangat pucat. Wajahku terlihat berbeda karena bulu mata dan alisku memiliki warna yang sama dengan warna rambutku.

Dubrak!

Seorang lelaki bertubuh besar mendarat tepat di hadapanku. Tentu saja aku terkejut, dan lebih terkejut ketika melihat pakaian yang dikenakannya. Pakaian itu adalah baju seragam Sekolah Jujutsu, yang artinya dia adalah salah satu penyihir jujutsu. Aku terlalu lengah karena bisa menyempatkan diri untuk bercermin, padahal aku ini sedang menjadi buronan.

Selama beberapa hari ini aku sudah menyimpulkan semua hal yang terjadi. Aku ini tidak terlalu pandai, tapi ini sudah sangatlah jelas. Bagi penyihir jujutsu aku adalah musuh, bisa jadi aku ini adalah sebuah kutukan.

Dar! Dar! Dar!

Suara tembakan tiga kali berturut-turut mengenai pergelangan tanganku, rasanya tidak terlalu sakit. Padahal seharusnya aku meringis kesakitan.

"Aku masih tidak mengerti dengan tubuhku." Aku menatap luka yang sembuh dalam sekejab. Ketika aku ketakutan bunga fuji keluar dari tubuhku tidak terkendali, tangkainya memanjang dan melilit siapapun yang berniat membahayakanku. Tapi, ketika aku mengatakan keluar, oi keluar bunga Fuji! Bunga itu tidak kunjung keluar. Aku sungguh tidak bisa mengendalikan kekuatan aneh ini.

"Shinkage ryu...." Belum sempat menyerang gadis berambut biru itu malah jatuh dengan pedangnya. Bunga fuji yang melilit di kakinya membuat keseimbangan gadis itu roboh.

"Miwa! Anak bodoh itu, sudah ku bilang jangan asal menyerang!" Gadis berambut pendek menembak tangkai bunga Fuji yang melilit kaki Miwa.

Sebentar, mereka bukannya murid cabang Kyoto? Toudou, Miwa dan Mai? Apa yang mereka lakukan di Tokyo? Apa aku segitu bahayanya sampai penyihir cabang Kyoto ikut berpartisipasi?

"Ah aku sudah lelah, sangat menyedihkan bukan ketika mereka yang ku sukai berusaha membunuhku?" Aku berbicara sendiri sambil memikirkan mimpi yang tidak kunjung selesai. Seketika bunga fuji yang keluar dari tubuhku berubah warna menjadi kehitam-hitaman.

"Membosankan! Aku akan segera menghentikan semua ini!" Toudou merobek bajunya dalam sekejab. Tubuh penuh ototnya sangat menyeramkan.

"Toudou, jangan mendekat! Bunga Fujinya berubah warna!" Mai berusaha menghentikan Toudou. Mai merasa yakin ada yang tidak beres denganku.

Tapi, peringatan Mai sangat terlambat, Toudou yang memiliki kecepatan monster sudah berada di jarak yang sangat dekat denganku. Aku tidak boleh melukai Toudou, sejak kemarin aku sudah melukai banyak penyihir jujutsu.

"Cukup sampai di sini!" Seseorang tiba-tiba mendekap tubuhku erat, suara ini? Suara yang sangat ku kenal.

Aku langsung menatap lelaki itu, rambut putihnya bergerak mengikuti arah angin. Mata birunya menatap mataku tajam.

"Gojo Satoru?" Ucapku pelan.

"Apa sudah bermain-mainnya? Aku ini tahu kemanapun dirimu pergi. Jadi, sudah tidak ada jalan untuk kabur."

Aku terdiam sejenak, apa maksudnya? Tidak aku tidak mau dibunuh oleh Gojo, dibunuh orang yang ku sukai sangatlah tidak masuk akal. Walau ini hanyalah mimpi aku ingin segera bangun dari tidurku.

"Pengawasanku tidak bisa dianggap remeh bukan? Soalnya mataku bisa melihat segalanya."

Jujutsu Kaisen Vol 0.5 || Fanfiction || Reader x GojoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang