part 9

611 20 2
                                    

[sebuah pengakuan]
.
.
.
.
.
.











Setelah mengantongi izin dari bang Idan , kini jisoo sedang menikmati debu jalanan saat kendaraan roda duanya memasuki kawasan 'pasar pagi'.

Niatnya pagi ini ia akan kerumah sahabat karibnya yang seminggu  lalu merayakan hari kelahirannya, jisoo memarkirkan motor didepan toko bangunan lama yang lumayan usang itu tapi siapa sangka dalam nya ada banyak sekali pernak-pernik untuk perayaan ulang tahun.

Kemarin dirinya sudah mendapatkan satu buah mukenah dan sepasang flatshoes warna hitam sebagai hadiah ulang tahun untuk rose, jisoo harap nanti rose tidak mengukur dari seberapa harga kado pemberian dirinya melainkan dari ketulusan beserta kasih sayang yang melimpah diberikan oleh jisoo.

Kedua barang itu tadinya ingin jisoo bungkus menggunakan kertas kado namun waktu yang tak banyak ia miliki, jisoo berinisiatif untuk meletakannya disebuah paper bag. Maka dari itu disinilah jisoo berada.

Kebetulan juga rose mengiriminya pesan, meminta tolong untuk diantarkan kerumah teman kampusnya-- mengerjakan tugas katanya.

Rose tahu bahwa jisoo sedang bekerja, tapi mau bagaimana lagi tak ada siapapun yang ingin dimintai pertolongan untuknya.

Jelas jisoo menyanggupi karna dibalik itu ada niat terselubung yaitu memberikan kejutan kecil-kecilan berupa hadiah yang tak seberapa itu.

Yang penting mah berguna, begitu kata jisoo.

Netranya dengan seksama memperhatikan dengan teliti deretan paper bag didalam etalase kaca bening, beragam bentuk ukurannya. Tapi jisoo disini membutuhkan tempat lumayan besar agar kotak sepatu flatshoes  bisa ikut serta didalamnya.

Untuk ukuran yang kecil cukup menarik dari warna maupun bentuk, ingin sekali jisoo memilih itu namun urung.

Fiuuhh... Ingat jisoo beli yang dibutuhkan bukan hanya sekedar  lucu tapi tidak ada gunanya, monolog jisoo dalam hati.

"Mba yang warna ijo ini aja deh, berapa?" Akhirnya pilihannya jatuh pada warna hijau yang memiliki aksen kemerlap- kemerlip oh apa itu jisoo tak tahu namanya.

Masih didalam toko, jisoo mulai memasukkan satu persatu barang hadiahnya, diawali dengan flatshoes yang dilapisi oleh kotak berwarna coklat lalu diatasnya mukenah yang terlipat rapih pada tasnya.

Saat ia ingin mencoba menjinjing paper bag itu, sebagai bentuk percobaan apakah tali tas hadiah ini akan kuat atau takutnya malah jebol. Tak sengaja jari kelingking jisoo menyenggol secarik kertas disampingnya.

Dirinya tertawa pelan, geli saja jika jisoo harus menuliskan ungkapan sayang pada sahabatnya, sungguh jisoo belum pernah bersikap manis pada rose secara langsung.

Merogoh tasnya sekumpulan jari jisoo mengais satu buah pulpen. "Eumm tulis apa yaa.. gak  usah aja apa yaa... Eh, tapi .."

Dalam satu tarikan nafas, satu kalimat singkat, padat dan tidak jelas itu mencoret kertas dengan kata-kata...

Happy birthday my bestie 🖤

Sungguh jisoo bukanlah sosok teman yang romantis ia mengakui itu, namun untuk rose itu sebuah pengecualian. Biar hanya dua patah kata setidaknya jisoo harus mengucapkan rose selamat ulang tahun dengan benar.

"Bu.. rose-nya mana?" Gadis itu bertanya seraya menyalami tangan dari sosok perempuan yang berstatus sebagai ibu rose.

"Itu dikamar, masuk aja jis" jawabnya ramah menunjuk dengan dagu kearah dalam rumah tempat rose berada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blind LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang