part 3

632 38 3
                                    

[lamaran dadakan]
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tak terasa hari kian menggelap. Tak terasa pula waktu bekerja jisoo akan usai, tiga puluh menit lagi maka jisoo akan bersiap menutup toko.

Dari itu jisoo pun telah menyicil untuk merapikan kembali alat-alat yang sekiranya bisa dirapihkan dulu sembari menunggu pelanggan terakhir selesai memangkas rambutnya.

" Udah mau tutup ya jiss? Gimana ramek ga hari ini?." Terlihat seorang wanita dewasa memasuki area pangkas dan dengan ramah nya memberikan sapaan kepada jisoo.

Dia adalah Tante Lisda teman mantan istri dari bosnya, Tante Lisda memang sering sekali berkunjung untuk memperhatikan perkembangan Afgan juga Arga. Mungkin saja itu suatu permintaan dari teman nya --ibu kandung dari Afgan dan Arga pikir jisoo.

" Eh iya te, Alhamdulillah banget sih hari ini lumayan."

Jisoo pun menjawab tak kalah ramah dari Tante Lisda. Netra jisoo terus menyorot langkah Tante Lisda yang sedang melangkah menaiki tangga menuju lantai dua ketempat bos serta anak-anaknya berada. Hingga tak sadar bahwa pelanggan tadi sudah selesai dipangkas dan kini tengah menuju ketempat pembayaran.

"Jis tuh   om itu mau bayar." Ujar bang Idan selaku tukang cukur dipangkas ini.

Jisoo lekas meletakkan kemoceng yang baru diambilnya keatas meja yang belum sempat ia bersihkan itu. Lalu melangkah kan kaki dengan cepat ke meja kasir, hari sudah malam jisoo harus segera mematikan lampu depan agar tidak ada lagi pelanggan yang datang, maka dari itu ia bergerak cepat memberikan uang kembalian kepada pelanggan terakhirnya.

Terlihat bang Idan yang sedang menggulung kabel alat pencukur itu seperti tengah mencari sesuatu, mata nya terus mengarah pada tangga yang letaknya di sebelah kanan tempat bang Idan mencukur. " Jiss tadi Tante itu naek keatas yaa?." Tanya nya yang terkesan berbisik-bisik. Seperti nya jisoo paham maksudnya.

Ngegosip lagi nih ..

"Iya bang emang Abang ga liat?."

"Enak ya si bos walau duda tapi masih bisa goyang haha." Tanpa dosa bang Idan tertawa dengan keras.

Jisoo hanya  memutar bola matanya malas.

Hari sudah malam ia ingin segera bersih-bersih dan cepat pulang kerumah tetapi sepertinya bang Idan masih betah disini sampai mengajak jisoo bergosip dulu.

"Bang Idan ini ngmong apaan sih! Udah ah cepet diberesin biar aku patiin lampu-lampu nya."

"Jis kamu jangan deket-deket amat ya sama pak bos , dia itu mesum banget tau takutnya kamu diapa-apain lagi ." Ucap nya sambil berlalu yang sama sekali tak ditanggapi oleh jisoo.

Jisoo pun telah menyelesaikan semua nya , termasuk dengan pembukuan hari ini tentang seberapa uang yang masuk dan juga pengeluarannya, jisoo kini sudah memakai tas dan juga helm saat sudah mencapai pintu depan ,atensi nya harus beralih pada sosok lelaki yang tadi pagi sempat membuat jisoo kesal.

Mau apa lagi nih anak? ..

"Jiss udah mau pulang yaa." Jisoo hanya berdehem sebagai jawaban.

"Duduk dulu sih sini sambil ngobrol bentar. Sekalian aku buatin es teh mau ya?? .."  jika sudah seperti ini mana bisa jisoo menolaknya,melihat binaran Dimata namjoon tidak mungkin diredupkan jisoo dengan penolakannya kan.

Tak sampai lima menit namjoon sudah berjalan dengan membawa dua gelas es teh ditangan nya, ya tuhan itu sangat menyegarkan sekali batin jisoo.

Dengan cepat jisoo menerimanya saat namjoon menyerahkan gelas berisikan es teh tersebut.  Dengan tak sabar pula jisoo meneguknya.

Blind LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang