Matahari mulai menunjukkan sinarnya mengganggu tidur lelapku. Entah karena efek alkohol yang aku minum kemarin atau bukan, aku seperti tidur dengan sangat tenang hari ini. Aku ingin sekali bersantai dan tidur lebih lama namun saat aku merasakan ada yang bergerak gerak di belakangku dan sebuah tangan kekar yang melingkari pinggang membuat tidurku terusik. Akupun mengerutkan dahiku sebelum aku mencoba membuka mataku.
Setelah itu aku kemudian menyipitkan mataku karena belum beradaptasi dengan terangnya kamar ini. Kamar ini terasa begitu familiar dan asing dengan nuansa hitam dan interior yang lebih modern dan sederhana membuatku kebingungan dimana keberadaanku sekarang. Aku yakin ini bukan kamarku dan saat aku berbalik ke arah samping kananku aku melihat dirinya yang masih tertidur pulas. Terlalu terkejut mengapa kita berada diatas satu ranjang yang sama, aku lalu berteriak kencang sambil menendangnya hingga dirinya terjatuh ke lantai. Aku dengan segera berdiri dari tempat tidur namun seketika itu kepalaku terasa pusing 7 keliling. Akupun memegangi kepalaku sambil merintih kesakitan.
"Auchh!!!!!" rintih seseorang dengan suara serak serak basah sambil memegang pantatnya yang sedang sakit.
"Apa apaan kau Fio?! Kenapa kau menendangku seperti itu? Sakit tahu!" keluh Marvin.
"Itulah yang seharusnya kutanyakan kepadamu. Mengapa bisa kita berdua diatas tempat tidur dan bagaimana bisa aku berada disini?" decitku sampai terus memegangi kepalaku yang pening.
"Kau lupa apa yang terjadi denganmu kemarin? Aku ingin mengantarmu tetapi aku bingung aku dimana alamatmu jadi aku antar saja kamu ke rumahku." timpalnya sambil mengedikkan bahunya.
Akupun mencoba mengingat kejadian tadi malam dengan melihat kearah bawah dan aku kembali dikejutkan dengan bajuku yang berubah. Aku langsung menutup badanku dengan selimut dan berteriak, "Kau apai aku?! Jangan jangan kau mengambil keuntungan dari kondisi mabukku kemarin. Kenapa bajuku bisa berbeda seperti ini?!" tuduhku sambil menunjuk ke arah dirinya yang sudah mulai bangkit dari duduknya dan berjalan tanpa baju kearah depan TV semakin memperkuat dugaanku.
"Menurutmu? Jika dua orang lawan jenis berada dalam satu ruangan, apa yang akan terjadi? Lagipula itu juga atas permintaan dirimu." timpalnya santai sambil meminum segelas air diatas meja dan berbalik ke arahku dengan sombong.
Ucapannya barusan seakan menyulutkan emosiku karena satu satunya harta yang paling berhargaku setelah direnggut olehnya. Aku mencoba mengingat ingat terus tentang apa yang terjadi kemarin namun tak ada satupun kenangan yang tersisa. Aku hanya mengingat aku menginjakkan kaki di bar. Aku merutuki nasibku sendiri. Karena kefrustasianku yang tidak ketulungan itu mendorongku untuk masuk ke tempat maksiat itu dan berakhir di tempat ini.
"Kau benar benar melakukan itu? Kenapa? Kenapa, Vin?!" bentakku.
Aku marah karena baru tahu tentang kebejatan Marvin sekarang. Dia sudah merampas semuanya dan sebentar lagi dia juga akan menghancurkan hatiku hingga tak lagi bersisa ketika dirinya menikah dengan wanita pilihannya. Benar benar serigala bertopeng domba dia. Aku terus saja menangis frustasi dan menutup wajahku. Dia lalu berjalan duduk di depanku dan menyodorkanku sebuah air namun aku acuhkan. Tujuannya apa berpura pura baik sekarang saat dia bisa bisanya memanfaatkan ketidakjernihan pikiranku untuk melakukan hal tidak senonoh.
"Minumlah. Pusingmu akan hilang dengan meminum obat ini." Ucapnya sambil terus menyodorkanku obat dan air.
"Tidak ada gunanya pusingku hilang. Toh kau tidak bisa mengembalikan hal itu kepadaku." lirihku terus menutup wajahku.
"Minumlah atau aku akan benar benar melakukan hal itu padamu." ancamnya sambil menarik salah satu tanganku dan memberikanku obat penghilang mabuk.
Aku yang kebingungan dengan maksud ancamannya cuma bisa bengong dan tiba tiba kurasakan dirinya memasukan obat di mulutku yang sedikit menganga yang membuatku tersedak dan aku lantas segera mengambil air dari tangannya. Aku lalu terbatuk batuk sambil berkata, "Maksud ucapanmu tadi apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Fall
RomanceFio yang notabenenya mahasiswa akuntansi semester akhir, mengharuskan dirinya untuk mengikuti program magang sebagai syarat kelulusan. Bermula masuk ke salah satu perusahaan ternama menggunakan jalur orang dalam, Fio harus merasakan namanya terjebak...