Setelah sekian lama, akhirnya update juga.
Happy Reading Chinguuu~
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Sena POV
Disinilah aku sekarang, duduk di hadapan Kai yang tengah menyantap makan siangnya dengan lahap bahkan sesekali tersenyum ke arahku. Kegiatan yang tidak pernah dia lakukan saat makan siang bersamaku. Pikiran itu kembali muncul di benakku. Apakah Kai sangat tidak bahagia saat bersamaku hingga tak ingin sekali saja tersenyum seperti ini padaku?
"Sena.." Kai memanggilku sambil mengibaskan tangannya di depanku membuyarkan lamunanku. Aku menatapnya kikuk.
"Kau melamun? Kau tidak biasanya suka melamun" kata Kai santai seolah dia tidak tahu bagaimana dampak rasa sok tahunya itu padaku. Iya, Kai berlaku seolah dia tahu kalau aku tidak pernah melamun saat bersamanya.
"Kenapa kau berfikir kalau aku 'tidak biasanya' melamun itu Kai?" tanyaku akhirnya, hanya untuk membunuh rasa penasaranku. Kai meneguk habis air putih di gelasnya dan tersenyum.
"Karena matamu mengatakan begitu Sena-ya. Kau tahu, dulu matamu seolah bicara padaku tapi sekarang matamu kosong dan tak hidup" jelas kai. Dan kau tahu pasti alasannya apa,Kai gumamku di dalam hati.
"Hanya perasaanmu saja" kataku pelan. Aku kembali menundukkan kepalaku, terlalu takut untuk menatap mata tajam milik Kai.
"Kau banyak berubah Sena" ucap Kai tenang membuatku kembali mendongak. "Kau semakin kurus dan pucat" lanjut Kai. Dan tusukan demi tusukan kecil yang menyakitkan kembali aku rasakan di jantungku. Aku benci mendengar ini semua, aku takut kalau ini hanya sebuah basa basi seperti yang Kai lakukan dulu.
"Aku rasa..... semua orang perlu berubah Kai" jawabku lirih. Kai menghela nafasnya panjang seolah frustasi dengan jawabanku. Apalagi yang dia harapkan dari jawabanku? Mengatakan kalau aku begini karenanya? Karena aku masih mencintainya sampai detik ini dan belum bisa melupakannya? Tidak!! Aku tidak akan mengatakan kalau dialah alasan kenapa aku kehilangan banyak berat badanku.
"Maafkan aku Sena" kata Kai pelan tapi berhasil membuat pertahananku runtuh. Butiran air mata itu jatuh saat Kai mengucapkan kata sialan itu. Kata yang membuatku merutuki diriku sendiri karena kenyataanya aku sudah memaafkan Kai jauh sebelum dia meminta maaf padaku.
"Cukup Kai!" geramku kecil tanpa berani melihat matanya. "Cukup" kataku lagi...
"Sena, aku.."
"Aku tahu, kau sudah melakukannya tiga tahun lalu dan aku sudah memberikan jawabannya, Kai. Tolong jangan katakan kata-kata itu lagi. Aku sudah cukup muak mendengarnya" kataku lirih. Aku meraih tasku lalu berniat meninggalkan Kai saat Kai meraih pergelangan tanganku. Tubuhku kembali menegang saat menerima sentuhan tangan Kai. Dulu aku selalu menyukainya, saat mengagandeng tangan Kai, saat menggenggam tangan besar Kai dan menautkan jemari kami. Tapi sekarang, aku takut aku hanya akan membuat diriku kembali sakit dengan membiarkan tubuhku menikmatinya.
"Aku sudah berjanji pada Chanyeol hyung untuk mengantarmu,Sena" Kata Kai lalu menarikku keluar dari restoran. Tatapan matanya tajam, tatapan mata yang tidak pernah juga di tunjukkannya saat bersamaku.
Aku sudah duduk sendiri sambil menikmati macchiato kesukaanku dan mengamati pejalan kaki dari balik jendela cafelate. Aku menghela nafas panjang mengingat kejadian siang ini. Kami hanya terdiam selama di perjalanan menuju toko ku. Sama-sama tenggelam dengan pikiranku sendiri. Kai kembali dan sosoknya benar-benar nyata berada di hadapanku dan kami sudah sama-sama dewasa untuk tidak saling membenci lagi. Setidaknya aku sudah benar-benar memaafkan setiap kejadian dulu tapi belum bisa berdamai dengan rasa cintaku yang terlalu besar untuk Kai. Iya, selama hidupku aku memang tidak pernah menyukai laki-laki sampai segila ini selain dengan Kai.