PROLOG

34.6K 2.1K 242
                                    

Alsen pernah merasakan kematian menjemputnya dua kali. Pertama adalah saat usianya tujuh tahun ketika ia tenggelam bersama ibunya. Saat itu, Alsen kira kesempatannya untuk melihat dunia telah berhenti begitu saja.

Kali kedua adalah hari ini saat Alsen baru saja lulus sekolah menengah pertama. Papa memukulinya sampai Alsen berharap bahwa ini adalah hari terakhirnya di dunia. Tapi ternyata dunia masih memberikannya kesempatan membuka mata. Alsen tidak mati juga.

Darah memenuhi seragam SMP yang masih melekat pada tubuh atletis Alsen tetapi Papa sama sekali tidak berhenti. Tangannya tetap dengan terampil memukuli setiap bagian wajah Alsen, dan pukulan terakhir mendarat di tulang hidungnya. Alsen bisa merasakan hidungnya patah ketika tulang-tulang jemari papanya mendarat sempurna di sana.

"Papa..." lirih Alsen saat matanya mulai berkunang-kunag. "Berhenti. Alsen salah... tolong berhenti."

"Kamu tau apa yang udah kamu lakuin?" Suara Papa terdengar memebekukan. "Kamu hampir bikin anak saya tenggelam, sialan!"

Alsen tahu kepribadian papanya sangat buruk. Laki-laki itu tempramental dan tidak jarang melakukan kekerasan terhadapnya. Tapi, tidak sekali pun Alsen menyangka bahwa laki-laki yang selalu dihormatinya itu akan memukulinya separah ini.

"Kalau aja Papa tahu kamu bakal jadi anak nggak tahu diri kayak gini... Papa nggak akan nyelamatin kamu sama ibumu dulu."

Kepala Alsen mendongak meskipun sakit yang luar biasa seketika menyergapnya. Kedua mata cowok itu menyipit ke arah sang ayah dengan tatapan penuh kekecewaan.

"Kenapa?" Alsen membiarkan tangis menyekat tenggorokannya. "KENAPA PAPA PENGEN AKU DAN MAMA MATI?!"

"Karena saya nggak mengharapkan kalian!" Papanya balas berteriak. "Kamu tahu siapa yang menyebabkan kalian tenggelam hari itu?

Tubuh Alsen bergetar saat itu juga. Tanpa memerlukan jawaban, pertanyaan papanya terdengar seperti sebuah kutukan. Dan mendadak bayangan delapan tahun lalu melintasi ingatannya begitu saja.

Alsen merasakan dadanya luar biasa berat dan sesak. Rasa sakit antara pukulan papanya dan bayangannya tentang kejadian beberapa tahun silam bercampur menjadi satu. Perpaduan itu terasa begitu menyiksa bagi Alsen.

"Itu Papa? Jadi Papa yang sengaja bikin aku sama Mama tenggelam?"

Napasnya terengah-engah dengan sesak yang luar biasa menyakitkan. Alsen kehilangan kemampuannya untuk bernapas saat mengingat kembali rasa takutnya di masa lalu. Air laut yang menarik tubuh kecilnya dalam pelukan Mama terasa kembali hadir memeluknya. Alsen mendadak bergetar ketakutan.

Lautan yang luas dan gelap membuat tubuh Alsen menggigil kedinginan. Dan suara papanya yang kembali terdengar semakin membuat Alsen kehilangan kemampuannya untuk tetap sadar.

"Rencana Papa adalah nenggelamin mama kamu... tapi ternyata dia ikut nyeret kamu sehingga kalian berdua hampir mati bersama."

Dan sejak hari itu hingga tiga tahun setelahnya, Alsen tidak lagi menghormati papanya. Robert Gilson yang selama ini seperti sebuah superhero dalam hidupnya berubah menjadi monster mengerikan yang sayangnya menjadi satu-satunya tumpuan Alsen bertahan.

****

TBC...

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang