8. Comfort Zone

7.7K 754 373
                                    

Happy reading🫣💟

Jangan lupa vote dan komen di bab ini yaaa❤️‍🔥

***

Pagi itu Alsen dan Griza berjalan bersama melewati lapangan sekolah yang masih begitu lengang di pagi hari. Hanya ada beberapa orang yang sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing.

"Gue kemarin hampir ketiduran," cetus Alsen tiba-tiba.

"Di mana?" Griza mendongak ke arah Alsen dengan sebelah alis terangkat.

"Di bahu lo," jawab Alsen.

Cowok itu menjawab pertanyaan Griza sambil lalu, sementara Griza mendengkus kecil. Beberapa detik setelahnya, Alsen terkekeh lalu merangkul bahu Griza dengan akrab. Apapun yang dilakukan Griza, bahkan hanya mendengkus kesal, rasanya sangat menggemaskan di mata Alsen.

"Hari ini lo ada latihan?" tanya Griza.

Alsen mengangguk sebelum menjawab, "Ada nanti jam sembilan. Kenapa?"

"Nanya aja," balas Griza sambil mengedikkan bahu. "Sampai jam berapa?"

Alsen tertawa kecil ketika ia mengacak rambut Griza dengan asal. "Lo mau ngapain emang?"

"Nanti gue ada rapat sama OSIS. Kayaknya sampi sore," ujar Griza. "Kalau lo latihan sampai sore, gue ikut lo pulang ya."

"Rapat buat?"

"Ultah sekolah."

"Masih aja ngurusin gituan," dengus Alsen dengan tatapan malas.

Griza balik menatap ke arah Alsen dengan keningnya yang berkerut. "Emang kenapa?"

"Udah kelas dua belas, Za...

"Terus bedanya apa sama lo yang masih aja sibuk lomba lari?"

Seketika Alsen terdiam mendengar pertanyaan bernada tajam yang dilontarkan oleh Griza . Cowok itu tahu bahwa dengan ucapannya beberapa saat lalu ia telah membuat Griza kehilangan suasana hatinya yang cerah.

"Sorry... gue nggak maksud bilang gitu," sesal Alsen kemudian.

Sebelum Griza sempat membalas ucapan Alsen, tiba-tiba seorang gadis dengan senyum cerah berlari ke arah mereka. Griza mengernyitkan dahinya sekilas, berusaha mengingat siapa gadis yang sata ini sudah berdiri di depannya.

"Hai, Kak Griza!" Gadis itu menyapa dengan begitu riang.

"Oh, hai?" Griza menyapa dengan canggung. "Kenapa ya?"

"Ini buat Kak Griza," balas gadis itu seraya mengulurkan tangannya yang tergenggam sebuah tas kecil. "Sebagai permintaan maaf karena beberapa hari lalu nggak sengaja nabrak Kak Griza."

Seketika bayangan Griza terlempar kepada kejadian beberapa hari lalu saat seragamnya kotor terkena air bekas pel. Senyum gadis itu pun perlahan mengembang seiring dengan tangannya yang meraih pemberian gadis manis di hadapannya.

"Oh, okay thank you," ujar Griza.

"Aku minta maaf sekali lagi, ya, Kak."

Ketika gadis di depan mereka mendekat, tiba-tiba Alsen mengambil sikap defensif dan berdiri di hadapan Griza untuk melindungi cewek itu entah dari apa. Hal tersebut langsung membuat Griza yang kini berdiri di belakang Alsen mengernyit kecil.

"Okay. Nggak apa-apa," ujar Grisa kemudian. "Gue duluan, ya. Thank you, anyway!"

Alsen menoleh ke arah gadis yang menyapa Griza beberapa saat lalu. Alis tebal cowok itu menyatu sejenak, memikirkan bahwa ia tidak pernah mengetahui siapa gadis itu. Padahal setiap orang yang mengenal Griza secara otomatis Alsen akan mengetahuinya juga.

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang