Sebelum baca, wajib follow Instagram:
@suriaputrii
@alseniogilson
Buat tau update cerita ini lebih awal🥰Jangan lupa vote dan komen, ya! Aku tunggu part ini rame sama komentar kalian💓
Selamat membacaa <3
***
Alsen berdiri kaku di depan pintu rumahnya. Malam sudah menjelang ketika akhirnya ia memutuskan untuk pulang setelah beberapa kali selalu beralasan berbagai hal agar tidak menginjakkan kaki di tempat yang disebutnya rumah sejak kecil.
Selama beberapa saat tubuhnya membeku hingga akhirnya tangannya bergerak membuka pintu. Alsen tidak tahu apa yang akan dihadapinya saat masuk ke rumah. Satu-satunya hal yang ia pikirkan adalah papanya.
"Dari mana aja kamu?"
Suara berat milik Robert Gilson menghentikan langkah Alsen. Cowok itu terdiam beberapa saat sebelum menatap ke arah ayahnya yang berdiri di depan.
"Dari sekolah," jawab Alsen.
"Hampir satu minggu kamu nggak pulang, ke mana aja?"
"Bukan urusan Papa."
Robert menggeram mendengar ucapan anaknya yang terdengar kurang ajar. Laki-laki itu maju selangkah sehingga kini ia bisa berhadapan dengan Alsen yang tingginya sudah hampir setara dengannya.
"Bukan begitu cara kamu menjawab pertanyaan Papa," ujar Robert penuh peringatan.
Alsen mendongakkan kepala ke arah papanya dan tersenyum sinis. "Terus gimana? Aku perlu nyembah Papa sekarang?"
"Alsen! Jaga sopan santun kamu!"
Sekali lagi Alsen berdecih sinis mendengar ucapan papanya yang terdengar memekakan telinga. Sepertinya Alsen sudah tidak lagi terpengaruh dengan teriakan-teriakan Robert karena respons yang ditunjukkannya hanya raut wajah datar tanpa sedikit pun rasa takut.
"Aku bakal sopan di depan orang yang emang pantas dapetin itu," ujar Alsen, menatap lurus kedua mata kecokelatan ayahnya. "Dan Papa bukan termasuk orang yang pantas aku hormati."
Tangan Robert terangkat tinggi dan hampir melayang ke wajah Alsen sebelum cowok itu menyela, "Nggak ada cara lain, Pa? Masa nggak bosen mukul terus," ujar Alsen terkekeh kecil.
Seketika Robert menurunkan tangannya dari hadapan wajah Alsen meskipun amarahnya belum benar-benar reda. Laki-laki itu mengetatkan rahang dan menatap penuh peringatan ke arah Alsen.
"Ini terakhir kali kamu nggak pulang tanpa kabar," ujar Robert. "Kalau kamu sampai begini lagi lain kali... Papa nggak akan segan buat bertindak kasar."
"Bukannya udah sering?" Alsen kembali melawan.
"Kam—
"Permisi, Om."
Baik Robert dan Alsen sama-sama menoleh ketika mendengar suara seorang gadis menginterupsi pembicaraan mereka. Griza berdiri dengan senyum terbaiknya, yang membuat Robert mau tak mau mengubah ekspresinya menjadi sedikit lebih ramah.
"Ada apa Griza?" tanya Robert seraya berjalan mendekati Griza.
"Mama habis masak rendang, Om. Aku disuruh bawa ke sini." Griza mengangkat kotak makan di tangannya.
"Sebentar, ya. Om panggilkan Tante Devany dulu," balas Robert.
Laki-laki itu kemudian meninggalkan Griza dan Alsen di ruang tengah untuk memanggil Devany—istrinya. Sepeninggal Robert, Griza langsung berjalan ke arah Alsen yang masih berdiri pada posisinya semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitterlove
Teen Fiction"You are my star, then let me be your sunshine." Berawal dari pesan-pesan misterius yang diterimanya, Griza mengalami kejadian-kejadian aneh di sekolah. Hidupnya mendadak diawasi oleh seseorang yang selalu memantaunya di balik kegelapan dan menghanc...