"Eunhyuk, kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" tanya Mr. D pada seseorang melalui telepon.
"Tentu Mr., Aku akan segera melakukan penyelidikan. Kalau memang orang yang dimaksud nona Irene adalah pelaku sebenarnya, maka aku tak segan untuk membunuhnya," jawab Eunhyuk.
"Eiy, tak perlu membunuhnya. Cukup bawa dia ke hadapanku, biarkan aku yang menentukan hukuman untuknya," ucap Mr. D.
"Baiklah, akan kukabari lagi nanti."
"Good, selamat bekerja."
Setelah sambungan telepon terputus, Mr. D menoleh kembali pada Irene dan Jisoo.
"Bagaimana kau punya banyak sekali keahlian Irene?" tanya Mr. D pada putrinya.
"Keahlian apa?" tanya Irene balik.
"Kau begitu peka akan semua hal yang berhubungan dengan kami. Jika ada masalah atau akan ada masalah, kau yang lebih dulu mengetahuinya. Kenapa kau bisa seperti itu Irene?" tanya Mr. D lagi.
"Aku anak ayah, mana aku tahu tentang itu. Seharusnya aku yang bertanya pada ayah, darimana aku mendapatkan semua ini?" tanya Irene balik.
"Karena kau adalah satu-satunya cucu yang mendapat pelukan langsung dari mendiang kakek, kak," jawab Jisoo.
Irene menaikkan satu alisnya.
"Karena saat aku lahir, kakek sudah meninggal, alhasil hanya kakak saja yang dapat pelukan hangat dari kakek. Lagipula saat aku membaca buku-buku milik kakek, aku yakin sepenuhnya kalau beliau memilihmu menjadi penerusnya," jelas Jisoo lagi.
Kini dahi Irene berkerut, ia menautkan kedua alisnya.
"Ah, susah jika menjelaskannya. Intinya setelah ayah meninggal nanti, kaulah yang paling layak menjadi pewaris perusahaan," ucap Jisoo.
"Jadi kau ingin ayah segera mati?" tanya Mr. D.
"Ayaaaah~" rengek Jisoo.
"Ehe, just kidding sayang," jawab Mr. D.
Kemudian ia melebarkan tangannya, menyambut pelukan hangat dari kedua putrinya.
"Ayah masih belum menentukan siapa yang akan menjadi pewaris, tapi siapapun yang akan mewarisi perusahaan ini nantinya, berjanjilah pada ayah kalau kalian harus tetap rukun seperti ini," ucap Mr. D.
Kedua putrinya mengangguk patuh.
Setelah itu Mr. D harus menerima telepon dari asisten pribadinya. Sementara Irene memutuskan untuk keluar dan Jisoo ingin menemani ibunya.
Irene ingin istirahat, ia menyerahkan Zero pada Jisoo lalu melenggang ke kamar. Di sana ia memutuskan untuk menghubungi Wendy terlebih dahulu.
"Halo Wendy!"
"Ya nona Irene. Ada yang bisa saya bantu?"
"Tak perlu bersikap formal, biasa saja."
"Baiklah, ada apa? Kau sudah sampai Seoul? Apa kau butuh sesuatu?"
"Aku sudah sampai rumah, sekitar dua puluh menit lalu. Lagipula aku tidak butuh apapun kecuali istirahat."
"Ah, iya. Kau memang harus istirahat. Tapi apa semua baik-baik saja? Mr. D dan Mrs. T sehat-sehat saja bukan?"
"Ayah baik, tapi saat aku baru sampai rumah aku melihat para penjaga yang ada bertambah menjadi dua kali lipat. Ternyata ada seseorang yang meneror bunda."
"Teror?!"
"Bisakah kau tidak berteriak?"
"Hehe maafkan aku."
"Hmm, kini semua sudah ditangani oleh tuan Eunhyuk dan tuan Chanyeol."
"Baguslah kalau begitu."
"Dan ya, apa semua berjalan dengan baik di sana? Karina tidak membuat masalah bukan?"
"Tenang saja, anak itu menjadi manusia dewasa hari ini. Meski sebelumnya sangat meresahkan dan hampir membuatku menamparnya."
"Baiklah, aku percaya sepenuhnya padamu."
"Ya ya ya, percayakan semuanya padaku. Tambah bebanku, limpahkan semuanya padaku. Asal kau tau tanganku cuma dua, otakku hanya satu Hyunnie. Jangan melimpahkan semuanya padaku, aku seperti orang gila di sini!"
"Kau lucu saat marah seperti ini."
"Yaak! Jangan menggodaku. Sudahlah, aku ingin melanjutkan sesi istirahatku. Kau ini mengganggu saja."
"Baiklah baik, jangan sampai kau kelelahan untuk pekerjaan pentingku."
"Terserah maumu Hyunnie. Aku mau istirahat."
"Selamat istirahat Wendy."
"Jangan pakai nama itu, pakai nama yang biasanya kau ucapkan saat kita berdua saja."
"Selamat istirahat Wannie."
"Iya Hyunnie-ku. Terima kasih sudah menelepon. Kau istirahat juga."
"Hmm."
"Bye!"
"Bye!"
Setelah puas bercakap-cakap dengan Wendy, Irene pun membersihkan diri lalu turun untuk makan malam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen 👑
Fanfiction"Menjadi tuan putri kebanggaan keluarga dan menjadi ratu di kemudian hari." Sebuah kisah tentang ia yang akan mewarisi tahta.