Menjelang sore hari, Zero masih aktif bermain. Kini ia sedang berlarian bersama Jisoo dan Soodam di taman belakang mansionnya.
"Aaah indahnya hidup ini jika melihat kedua anakku bahagia seperti itu," ucap Mr. D yang sedang mengawasi anak-anaknya.
"Jangan lupakan Zero!" sembur Mrs. T yang ada di sampingnya
"Iyaa, maafkan aku."
Mrs. T hanya memutar bola matanya malas.
"Ngomong-ngomong, apa kau sudah ingin menimang seorang cucu?" tanya Mr. D asal.
Mrs. T tampak terkejut dengan pertanyaan suaminya.
"Kenapa kau menanyakan itu?" tanya Mrs. T dengan kedua alis yang bertaut.
"Ehehe, tidak. Aku hanya ingin bertanya," ucap Mr. D.
"Tapi bukankah dulu, kita sudah punya Irene saat kau masih berusia 19 tahun?" tanya Mr. D kemudian.
Mrs. T tertawa.
"Masa itu berbeda sayangku. Saat Irene lahir, kita masih sangat muda dan seharusnya kau tidak mengingat kembali masa itu," ucap Mrs. T.
Raut mukanya berubah 180° setelah mengatakan kalimat terakhirnya.
"Hei, jangan murung seperti itu. Aku tidak suka," goda Mr. D.
"Kau yang membuat aku sedih," gerutu Mrs. T.
"Baik-baik, maafkan aku istriku yang cantik," ucap Mr. D sembari memeluk istrinya dari samping.
Namun, keduanya dikejutkan dengan Zero yang muncul dari belakang dan mendesak diantara keduanya.
"Zero-yaa, Zero-yaa, Zero," ucap Mrs. T sembari menguyek-uyek anak lelakinya itu.
Karena Zero berhasil kabur, mau tak mau Mrs. T turut mengejarnya. Suasana hati Mrs. T membaik dengan cepat ketika bersama Zero.
"Zero-ya jangan berlari.... terlalu cepat.... aku lelah," ucap Mrs. T sembari terengah-engah.
"Sadarlah dengan usiamu Taetae!" pekik Mr. D dari tempatnya.
Setelah itu terdengar gelegar tawa dari suami serta dua anak perempuannya.
"Jangan salahkan usiaku, Zero saja yang berlari terlalu cepat. Dia sangat lincah," jawab Mrs. T.
Awalnya ia ingin istirahat, tapi ia melihat Zero sedang menarik sesuatu dari semak-semak. Zero membawa kantung plastik dari sana.
Mau tak mau Mrs. T mendekati anak lelakinya dan mulai membuka apa yang ditemukan oleh Zero.
"AAAAA!!" pekik Mrs. T setelah melihat isi kantung plastik tersebut.
Mr. D, Jisoo, Soodam dan beberapa orang yang mendengar teriakan itu langsung mendekati nyonya besar tersebut.
"Ada apa?" tanya Mr. D yang baru saja datang.
Ia melihat Zero meringkuk ketakutan di pelukan Mrs. T.
"Plastik itu," tunjuk Mrs. T.
Mr. D mendekati plastik itu dan ia terkejut.
"SIAPA YANG DATANG KEMARIN MALAM?! CEK SELURUH CCTV DI PENJURU MANSION, SEGERA TEMUKAN PELAKUNYA!! DAN PERKETAT PENJAGAAN!!" perintah Mr. D pada anak buahnya dengan penuh kemarahan.
"Ayo kita masuk, siapapun yang melakukan ini akan mendapatkan hukuman yang setimpal," ucap Mr. D menenangkan Mrs. T.
"Bi, tolong bawa Zero ke dalam," ucap Mr. D lagi.
Ia membawa istrinya masuk. Mereka duduk di ruang keluarga, sementara Soodam datang dengan segelas air putih hangat untuk menenangkan ibunya.
Mrs. T masih syok dengan apa yang dilihatnya barusan. Tangannya bergetar, nafasnya tersengal, ia ketakutan.
"Ayah, bisa kita bicara? Soodam akan menjaga bunda," ucap Jisoo.
Belum sempat Mr. D menjawab, terdengar teriakan dari Irene yang datang dengan terburu-buru.
"Ayah!" teriak Irene.
"Irene?"
"Kakak?!"
Ucap Mrs. T, Soodam dan Jisoo secara bersamaan.
"Bunda kenapa? Apa ada sesuatu?" tanya Irene.
"Soodam akan menjelaskannya padamu, aku ingin bicara dengan ayah," jawab Jisoo.
Irene mengangguk.
Setelah itu, Soodam menunjuk taman belakang. Ia tak berani berbicara, ia takut ibunya akan histeris jika mengingat kembali apa yang ia lihat.
Jujur saja, Soodam tak tahu apa yang ada dalam kantong plastik itu, tapi ia yakin pasti berhubungan dengan ketakutan sang ibu.
"Aku akan ke belakang," ucap Irene.
Putri tertua Mr. D itu segera pergi ke taman. Manik matanya menangkap sesuatu, ia pun mendekati bungkusan yang ia curigai.
"Ini," gumam Irene sembari mencium perubahan aroma udara yang ia hirup.
Ia tahu, dari baunya, itu adalah benda yang paling dibenci dan ditakuti ibunya. Segeralah Irene membuka kantong plastik tersebut.
"Sudah kuduga," gumam Irene lagi.
Ia berjalan menjauh dari sana, kemudian mencari keberadaan Zero.
"Bisa kubawa Zero sebentar?" tanyanya pada seorang asisten rumah tangga yang sedang menjaga Zero.
"Tentu Nona."
Irene menggendong Zero, ia membawanya pada sang ayah yang sedang berbicara empat mata dengan Jisoo di ruang kerjanya.
'tok tok tok'
"Ini aku ayah," ucap Irene.
"Masuklah!" jawab Jisoo.
"Kenapa kamu membawa Zero?" tanya Mr. D.
"Aku hanya merindukannya, lagipula ia tidak memahami apa yang kita katakan. Dan jujur saja, aku sudah tahu siapa dalang di balik teror ini," jawab Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen 👑
أدب الهواة"Menjadi tuan putri kebanggaan keluarga dan menjadi ratu di kemudian hari." Sebuah kisah tentang ia yang akan mewarisi tahta.