5

341 50 68
                                    

Request by DafaNew
ST12 - Saat Terakhir
.

.

.

"Halo Gulf? Jam berapa kau akan sampai?"

"Mungkin sekitar satu jam lagi Phi."

"Kenapa bisa selama itu?"

"Phi tidak dengar suaranya? Di sini hujan dan karena itu jalanan jadi macet. Sepertinya terjadi sesuatu di depan sana yang Gulf tidak tahu. Mungkin Gulf akan mengabari Phi nanti jika sudah tahu."

"Tidak perlu."

"Eh? Kenapa suara Phi terdengar kesal-"

"Kabari saja kalau kau sudah sampai di stasiun. Phi akan menjemput mu."

"Siap kapten!"

"Bilang juga pada supirnya agar cepat menyetirnya."

"Phi tidak dengar? Kan tadi Gulf sudah bilang kalau jalannya masih-"

"Ya ya ya, aku mendengar mu. Aku hanya tidak sabar mengatakan sesuatu pada mu?"

"Pada ku?"

"Hm."

"Oihhh, sekarang Phi membuat ku sangat penasaran."

"Itu masalah mu, makanya cepat lah pulang."

"Ia Gulf sedang pulang. Tapi bisakah Phi memberitahu ku apa itu?"

"Mai. Aku mau memberitahu mu langsung."

"Ck! Tidak asik!"

"Itu derita mu, Nong Gulf." Terdengar tawa khas di seberang sana. Sedangkan Gulf memilih mendengar dan menikmatinya. Jujur dia sangat suka jika sosok yang dia panggil Phi Mew itu tertawa lepas untuknya.

"Kalau begitu aku akan beritahu paman supirnya agar jalannya lebih cepat."

"Ya ya ya, jangan lupa juga katakan pada paman supirnya..." Mew seperti sengaja menggantung kalimatnya. Seperti menunggu moment untuk Gulf menunggu. Lalu berucap, "hati-hati, karena dia sedang membawa kekasih ku di dalamnya."

"Phi Me-" Gulf ingin berteriak kencang. Tapi dia tersadar di mana dia berada saat ini. Mew tidak pernah seterang-terangan itu hingga Gulf ikut merasa malu.

"Jadi cepatlah pulang, Nong Gulf." Suara Mew terdengar sangat hangat saat memintanya pulang. Membuat Gulf hanya mampu mengangguk seakan Mew bisa melihatnya.

Akhirnya Gulf lebih dulu mengakhiri panggilan telepon mereka saat sadar kilat petir baru saja menyambar di tempat yang jauh. "Menyeramkan," gumamnya sambil menatap kaca mobil yang berembun. Diusapnya kaca tersebut dengan telapak tangannya.

"Ihhh dingin, jadi kepingin dipeluk Phi Mew sekarang." Kembali dia bergumam, tapi kali ini lebih pelan. Hanya karena tidak ingin mengganggu tidur seorang paman yang duduk disampingnya.

Bis yang Gulf tumpangi kembali berjalan dengan lambat. Rasa itu membuat Gulf menjadi mengantuk kembali. Dia ingin tidur, walau tahu ini sudah kali ketiga dia tidur sejak perjalanannya dari Chiang Mai ke Bangkok.

"Sepertinya aku akan tidur seben-" Gulf tidak melanjutkan ucapannya dan memilih untuk pura-pura tidur saja. Aneh sekali pikir Gulf, saat dia tidur paman di sampingnya malah tiba-tiba bangun dan bertingkah mencurigakan.

Dikarenakan rasa tak nyaman, Gulf melawan rasa mengantuk dengan berbicara dalam hatinya. "Setelah ini aku akan turun di stasiun. Menelpon Phi Mew untuk memintanya menjemput ku. Lalu kami akan singgah sebentar di kedai Mie untuk makan malam. Lalu kembali ke rumah sebelum-"

"Hei! Kembalikan itu!!"

Sungguh nasib sial saat sang paman tadi adalah seorang pencuri. Dia diam-diam mencuri dompet Gulf sebelum kabur. Tentu saja Gulf tidak tinggal diam hingga kekacauan di dalam bus terjadi saat pisau tajam itu berhasil menusuk perut Gulf. Sangat supir yang ikut panik bersama penumpang lain telah melanggar janji. Bis besar itu berakhir terbalik di jalanan yang licin hingga terjadi kecelakaan beruntun.

Gulf sekarat. Tubuhnya yang mendapat luka yang banyak dan terhimpit di dalam bus tidak menjadi yang pertama dibawa ke rumah sakit terdekat. Sedangkan kemacetan semakin panjang. Sangat panjang hingga Mew yang sudah berdiri sejak sejam yang lalu di sana, harus menambah jam menunggu kepulangan Gulf, untuk selamanya.

Tap...tap...tap...

Mew berjalan dengan langkah yang hampir menyeret. Hari yang kelam kemarin baru saja berlalu. Beritanya banyak yang selama. Tapi tidak untuk Mew. Hari kelamnya tanpa Gulf baru saja dimulai.

Tak pernah terpikirkan olehnya, bahkan membayangkannya pun tidak. Gulf, sosok yang berhasil mencuri hatinya yang kaku ini telah pergi meninggalkannya sendirian di tempat ini.

Masih sangat sulit untuk bisa dibayangkan. Rasanya kian hari menjadi semakin sakit. Sungguh Mew tidak bisa menahannya seorang diri seperti ini. Dia tidak sanggup membiarkan cintanya berada di tempat seperti ini.

"Kau tidak seharunya tertidur di sini, Nong."

"Kau tidak kuat dengan cuaca dingin, bagaimana mungkin kau lebih memilih beristirahat di sini dari pada di kamar kita, di dalam pelukan ku yang hangat."

"Nong, Phi tidak bisa-" Mew mulai merasakan sesuatu menekan tenggorokannya. Rasanya sangat berat dan menyakitkan. Sedangkan dadanya terus bernafas dengan cepat.

"P-phi, phi tidak bisa tanpa muuu!" Hancur sudah pertahanan Mew. Dia menangis sangat kencang saat foto manis pujaan hatinya tertempel di batu nisan bertuliskan Gulf Kanawut.

"Mew kuatlah, relakan Gulf. Relakan dia agar dia bisa tenang di alam sana."

Mew menggeleng. Memberontak dari orang-orang disekitarnya yang hanya berniat menenangkan. Dia juga terus melontarkan kata-kata kasar pada setiap orang yang mengatakan Gulf-nya telah mati.

"Relakan dia Mew!"

"Mai! Gulf ku hidup hiks dia hidup dan kami punya janji bertemu setelah ini. Aa-aku hiks aku tak bisa~"

Malam itu baru sejam yang lalu Mew menggoda Gulf lewat panggilan telepon, tapi kini dia diminta untuk merelakan. Itu tak akan mudah. Butuh waktu seumur hidup dan bahkan sampai di kehidupan selanjutnya.
.

.

.

.

.

.

.

.
T
B
C
.

.

.
4 Apri 2022
Phi-nya TanaponKana

4 Apri 2022Phi-nya TanaponKana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback off

LOST WITH THE RAIN [MewGulf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang