Si Manja

970 71 7
                                    

  Haruchiyo terbangun dari tidurnya atau mungkin sudah bisa dibilang pingsan? atau mati suri? ntahlah Haruchiyo merasa seluruh tubuhnya mati rasa kissmark dan bitemark dimana-mana dan lihatlah, Ran sudah tidak ada di sampingnya.

  Haruchiyo mengerucutkan bibirnya saat pintu kamar terbuka, ia mengira Ran yang akan masuk ternyata salah. Si bungsu Haitani berjalan cengengesan sembari membawa semangkuk ramen.

  "Baru bangun ya? kau tidur seperti orang mati."

  Rindou duduk di tepian tempat tidur, ia membantu Haruchiyo agar terduduk supaya memudahkannya menyuapi Haruchiyo. Rindou meniup ramen dan menyuapi Haruchiyo dengan telaten, tak jarang pula tangannya membersihkan makanan yang tertempel di sudut bibir Haruchiyo.

  "Ran dimana?" Sebagai seorang istri, itu pertanyaan yang wajar bukan akan tetapi mungkin itu bukan pertanyaan yang wajar didengar untuk telinga Rindou Haitani.

  "Bisa nggak usah bahas dia dulu? Bikin muak. Tentu saja dia bekerja bodoh." Ucap Rindou sembari mengerlingkan matanya.

  Haruchiyo hanya bisa menahan marah dan menunjukkan muka merah penuh amarahnya. Bukannya kesal Rindou malah merasa gemas dengan Haruchiyo.

  "Istri macam apa kau ini pukul 11 siang baru bangun hm?" Rindou sengaja ingin membuat Haruchiyo semakin marah.

  "Tolong untuk mengoreksi diri terlebih dahulu adik ipar, siapa yang membuatku tetap ditempat hm?" Haruchiyo nampak semakin marah.

  "Ck itu karena kau menggodaku, siapa suruh memakai baju tanpa dalaman dan berjalan-jalan begitu saja? Lagipula aku dan Ran terbiasa membagi segalanya, mulai dari mainan, harta, bahkan kekayaan." Ucap Rindou.

  "Tidak termasuk istri." Cibir Haruchiyo.

  Rindou terkekeh pelan sembari mengelus rambut Haruchiyo dengan penuh tekanan.

  "Selama aku belum pulang ke Amerika, aku bebas melakukan apapun. Terlebih aku masih belum mempercayaimu sepenuhnya." Tuturnya sembari mengangkat mangkuk dan berjalan keluar kamar Haruchiyo.

  "Oh ya segeralah mandi, bosmu Mikey tadi menelepon menyuruhmu ke markas." Lanjutnya.

  Mendengar nama sang majikan disebut, Haruchiyo lantas keluar dari lilitan selimutnya.

  GUBRAKK...

  Yap benar dia tersungkur di samping tempat tidur, kedua Haitani sukses membuat haruchiyo kesulitan berjalan karena pinggangnya sakit.

  "Butuh bantuan?" Entah darimana tiba-tiba Rindou muncul kembali.

  Dengan wajah tanpa dosa Rindou membopong Haruchiyo ala-ala bridal style, dan membawanya ke kamar mandi untuk dimandikan.

  Dengan jas yang rapi Haruchiyo pergi ke markas meninggalkan Rindou dan acara SpongeBob nya. Menggunakan mobil sport yang mewah? Oh tidak Haruchiyo lebih suka memakai motor Kawasaki favoritnya, tentu saja karena dirinya tidak ingin terjebak macet.

  Terlihat sebuah gedung lama yang usang nampak sudah tidak digunakan lagi, tembok yang sudah tercorat coret menambah keusangan tempat ini. Ia memasukan motornya dan memarkirkanya.

  Haruchiyo melangkah kelantai lima dengan perasaan gusar, dalam benaknya terdapat rasa takut terhadap sang pimpinan. Sesampainya di sebuah ruangan yang gelap hanya ada satu singgasana dengan pemuda kurus berambut putih diatasnya. Tak lupa beberapa orang sangar disampingnya layaknya dayang-dayang.

  Haruchiyo berlutut di hadapan sang Raja.

  "Selamat siang tuanku, adakah yang perlu saya bantu?" Ucapnya dengan kepala menunduk.

  "Dimana kunci itu, Akashi?" Ucap Sano Manjiro dengan singkat.

  "Aku tidak menemukannya tuan Manjiro."

  Manjiro bangkit dari singgasana nya dan berjalan ke arah Haruchiyo, ia menarik kerah baju Haruchiyo hingga tubuhnya terangkat. Ia menatap sengit tubuh itu.

  "Apa yang aku katakan tentang 3 hari itu? waktu sudah berjalan 2 hari, jika besok kau tidak mendapatkannya maka katakan selamat tinggal pada bumi ini. Kakucho, berikan anjing liar ini sebuah pelajaran." Manjiro membanting tubuh ringkih Sanzu.

  "Baik tuan."

  Manjiro beserta anak buahnya meninggalkan Kakucho dan Haruchiyo dengan ruangan terkunci. Lemas sudah, Haruchiyo hanya akan pasrah dengan apa yang akan dilakukan Kakucho.

  Pria dengan bekas luka pada wajahnya itu mengambil sebuah cambuk besar dan menghampiri Haruchiyo yang berusaha terduduk.

  "Maafkan aku, Haruchiyo."

  Cetarr...

  Cetarr....

  Cetarr....

  Kakucho melayangkan cambukan ke tubuh ringkih Haruchiyo, tentu saja si empunya hanya bisa menangis karena ia tau sepanjang manapun ia akan kabur bukan hal sulit bagi Manjiro untuk menemukannya.

  Baru beberapa cambukan dilayangkan Kakucho menghentikan pergerakannya saat melihat darah mengucur ke seluruh tubuh Haruchiyo, dan tangisan yang berhenti terlirih dari bibir pria bersurai merah muda itu.

  Kakucho meninggalkan rekan kerjanya itu begitu saja.

  Sekitar 15 menit Haruchiyo tak sadarkan diri, ia terduduk dan melihat tubuhnya penuh darah. Haruchiyo mengelap darah yang berada di wajah dengan tangannya. Ia memaksakan diri untuk berjalan keluar.

  Ia mengeluarkan motornya dari gedung tersebut, sial sekali diluar tengah hujan lebat. Haruchiyo menjalankan motornya di tengah lebatnya hujan mengguyur tubuhnya yang tengah penuh luka.

  Ah semua masalah ini membuat Haruchiyo tidak tahan, ia berteriak sekuat tenaga sembari mengebut.

  "TUHAN KENAPA TAKDIR HIDUPKU LEBIH RUMIT DARI YANG LAIIIINN??"

  Tanpa disadari seseorang dengan mobil sport memperhatikan Haruchiyo sedari tadi.




















TBC

Aku buntu:(
Semangatin dong, jiwa magerku sangat stonkk☝🏻

Btw, kalian suka bagian evve evve ga? Kalo suka next chap ku kasi hehe.

Ayo bilang "DIMAS GANTENG" biar up👍🏻

🅴rospsya || Ran X Sanzu (bxb) EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang