bagian 14

2.4K 290 17
                                    

"Sepasang sepatu tengah beriringan menempuh langkah, tentang perjalanan jatuh bangun menuju tempat tujuan."

***

Aldebarang tengah terburu berangkat ke kantor. Ada rapat penting yang harus ia hadiri. Bahkan ia sampai tak sempat sarapan dan menyapa orang rumah. Andin yang merasa khawatir dengan suaminya itu berinisiatif menyiapkan makan siang. Ia berkutat di dapur dibantu Kiki.


"Mba Andin, ini Kiki taroh mana, ya?" tanya Kiki sambil membawa jus jeruk.


"Taroh botol minum itu aja, Ki."


Andin merapikan bekal makanannya. Setelah dirasa sudah siap, ia segera menutup tempat makannya.


"Ki, ini tolong kamu beresin, ya. Aku mau siap-siap dulu ke kantor mas Al," ucap Andin sambil melepaskan celemeknya.


"Siap, Mba Andin. Nanti Kiki beresin."



Andin segera menuju kamar, tapi ia berpapasan dengan mama Rosa.


"Eh, hati-hati dong..., jangan lari-lari. Kamu mau ke mana?" tanya mama Rosa.



"Ini, Ma, tadi aku nyiapin bekal makan siang buat mas Al. Dia tadi pagi kan, nggak sempat sarapan. Aku takutnya nanti dia sakit."



"Kamu benar, Aldebaran kalau soal pekerjaan dia pasti melupakan kesehatannya. Tapi kamu juga harus ingat, kamu lagi hamil, jangan lari-lari kayak tadi."


"Iya, Ma, maaf ya. Aku mau ke kamar dulu ganti baju."


Setelah berganti baju, Andin langsung diantar Riza ke kantor Al. Jam makan siang sebentar lagi tiba. Sesampainya di kantor Al, Andin bertemu Felice, sekretaris suaminya.



"Siang, Bu Andin," ucap Felice.


"Siang, Fel, mas Al ada?"


"Pak Aldebaran masih ada rapat, Buk, tapi sebentar lagi selesai. Bu Andin tunggu aja di ruangannya."


Andin mengangguk lalu diantarkan Felice ke ruangan Aldebaran. Setelah menunggu sekitar hampir lima menit, Aldebaran muncul dengan muka sayunya.



"Loh, kamu ke sini?" Aldebaran menghampiri Andin yang duduk di sofa.



"Aku bawain makan siang buat kamu. Kan, kamu tadi pagi nggak sempet sarapan, Mas." Andin mengeluarkan bekal makanannya.


"Baik banget, sih, istri aku," ucap Aldebaran sambil mengelus kepala Andin.


"Aku, kan, emang baik, Mas. Kamunya aja yang baru nyadar."


Aldebaran terkekeh. "Iya deh, iya. Masak apa kamu?"


"Aku bawain sup ayam kesukaan kamu." Andin menyerahkan makanan ke Aldebaran.



"Kamu nggak ada rencana mau suapin saya?"



"Tumben manja banget suami aku."


"Saya capek, Ndin. Lemes," kata Aldebaran sambil bersender di sofa. Ia pun terlihat pura-pura tak bertenaga.


"Bisa banget kamu, ya, Mas." Andin lalu menurut saja apa kata Aldebaran. Ia lalu menyuapi suaminya itu. "Enak?"


"Apasih, yang nggak enak kalo kamu yang bikin, Ndin."


Andin meletakkan piringnya. "Kamu belajar gombal gini dari mana, sih, Mas?"


Love Destiny Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang