bagian 11

2.3K 232 7
                                    

Hai, hai, hai....
Adakah yang tadi sudah mendapat notifikasi klo Love Destiny season 2 update dan pas di buka nggak bisa?

Sorry banget, ya... Ada kesalahan teknis tadi jadi terpaksa harus aku unpublish lagi hehe 😁
Maklum pas ngetik Nyambi chatan jd suka salah pencet.

Oke, happy reading gaes... Selamat melanjutkan kisah aldebaran Andin

🌹🌹🌹

"Malaikat kecil itu mulai meraba, berkembang dan menyusuri tiap rasa yang tersampaikan."

***

Aldebaran terbangun lebih dulu. Ia melihat istrinya masih meringkuk dibalik selimut. Al jadi tidak tega untuk membangunkannya. Ia lalu segera bersiap untuk berangkat ke kantor.

Di meja makan, mama Rosa sudah menanti. Namun, ia tak melihat menantunya datang bersama Aldebaran.

"Andin mana, Al?" tanya mama Rosa sambil menyiapkan piring.

"Andin masih tidur, Ma. Semalam dia muntah-muntah," jawab Al.

"Kasihan sekali Andin. Dia pasti kelelahan karena muntah. Yaudah, nanti mama suruh Kiki bawakan makanan ke kamarnya."

Aldebaran mengangguk. Ia lalu sarapan hanya bersama mama Rosa. Setelah selesai, Al pamit untuk pergi ke kantor karena ada rapat pagi ini.

"Aku berangkat, ya, Ma. Sapaikan ke Andin suruh istirahat." Aldebaran berpamitan ke mamanya.

Setelah membantu Kiki membereskan meja makan, mama Rosa menyuruh Kiki menyiapkan sarapan untuk Andin. Ia lalu membawa makanan itu ke kamar menantunya. Saat mama Rosa masuk, Andin terlihat selesai mandi. Raut wajahnya sedikit fresh walau masih terlihat sayu.

"Are you ok, Andin?" Mama Rosa menanyakan kondisi Andin.

"Udah agak mendingan, Ma," balas Andin.

"Kamu sarapan, ya, abis itu minum vitamin. Tadi Aldebaran berpesan sama mama, setelah itu kamu istirahat."

"Mas Al udah berangkat kerja, Ma?"

"Aldebaran sudah berangkat karena katanya ada rapat pagi ini."

Andin hanya mangut-mangut, lalu mengambil nampan berisi makanan yang dibawakan mertuanya. Sebenarnya Andin masih merasa mual dan pusing, tapi ia tidak enak jika tak memakan sarapan yang dibawakan Rosa.

Satu sampai dua suap Andin masih sanggup menelan. Namun suapan ketiga perutnya benar-benar terasa diaduk lagi. Ia lalu meletakkan kembali nampan di meja samping tempat tidur dan menuju kamar mandi. Rosa pun mengekori di belakang Andin sambil membawakan minyak kayu putih.

Andin berbaring di tempat tidur. Keringat sudah membasahi dirinya. Rosa yang cemas dengan kondisi menantunya pun segera memanggil dokter untuk datang ke rumah.

Setelah menunggu beberapa saat, dokter tiba. Ia segera memeriksa kondisi Andin.

.
"Bagaimana kondisi Andin, Dok?" tanya Rosa.

Dokter menjelaskan jika kondisi Andin baik-baik saja. Hanya mungkin diusia awal kehamilan pertamanya, Andin akan mengalami hal seperti ini.

"Saya sudah resepkan obat dan vitamin untuk Bu Andin. Saran saya untuk tidak melakukan aktifitas berat dan perbanyak istirahat saja," ujar dokter.

***

Aldebaran kembali ke ruangannya setelah menyelesaikan rapat. Tiba-tiba ia jadi kepikiran dengan kondisi Andin. Al lalu menghubungi mama Rosa untuk menanyakan istrinya tersebut. Namun, tak ada jawaban dari seberang, membuat Aldebaran sedikit khawatir. Al lalu memanggil Rendi untuk ke ruangannya.

"Permisi, Pak. Bapak panggil saya?"

"Hari ini nggak ada rapat lain, kan, Ren?"

"Enggak ada, Pak. Hanya beberapa berkas yang harus Pak Al tinjau."

"Saya minta tolong kamu handle, saya harus pulang karena kondisi Andin kurang baik."

"Bu Andin kenapa, Pak?"

"Bawaan hamil kayaknya," balas Al. Ia lalu berlalu meninggalkan Rendi. Aldebaran benar-benar tak fokus bekerja hari ini. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang lebih awal dan mengecek kondisi Andin.

Sesampainya di pekarangan rumah, Aldebaran menanyakan kepada Uya dimana mama Rosa. Uya pun menjawab jika majikannya itu berada di dalam rumah setelah menerima tamu.

"Tamu siapa Uya?" tanya Al penasaran.

"Kayaknya sih, dokter Pak Bos," jawab Uya.

"Dokter?" gumam Aldebaran. Ia lalu segera masuk ke dalam rumah dan mencari tahu apa yang terjadi.

"Eh, Mas Al tumben udah pulang," ucap Kiki saat berpapasan dengan Aldebaran.

"Ki, kata Uya tadi ada dokter. Siapa yang sakit?"

"Oh, itu..., tadi meriksa mba Andin."

"Andin kenapa?"

"Anu, mba Andin...." Belum sempat Kiki melanjutkan kalimatnya, Aldebaran sudah nyelonong pergi ke kamar tanpa basa-basi lagi. Dengan raut wajah panik, Al menghampiri mama Rosa yang masih setia menemani Andin beristirahat.

"Andin kenapa, Ma?"

"Andin baik-baik aja. Dia cuma butuh istirahat karena mungkin terlalu sering muntah," jelas mama Rosa.

Aldebaran mengangguk mengerti. Ia lalu menghampiri Andin yang tengah terbaring. Tak lama, Andin pun bangun dan terkejut dengan kehadiran Aldebaran.

"Kamu kok, udah pulang, Mas?"

"Saya kepikiran sama kamu."

Andin langsung memeluk suaminya. "Masa sih?"

"Malu ada mama, Ndin," ucap Aldebaran sambil melirik mama Rosa.

Mama Rosa pun hanya tersenyum, lalu pamit keluar kamar.

"Mas," ucap Andin.

"Apa?"

"Pengen martabak manis, deh."

"Jam segini nyari martabak manis di mana?"

"Ya, nggak tau."

"Nanti aja, ya." Aldebaran masih mencoba meminta keringanan dari Andin.

"Maunya sekarang, Mas."

"Yang lain, deh, asal jangan martabak."

"Kenapa, sih." Andin mulai kesal.

Aldebaran menghela napas. Kalau sudah begini, ia tak mampu lagi bernegosiasi. Rasanya lebih baik dia mengiyakan dan berusaha mencari tukang martabak daripada terus berdebat dengan Andin. Suasana sudah mulai siaga satu dan Aldebaran harus segera bertindak.

"Iya, iya, saya Carikan martabak," kata Aldebaran final.

Senyum sumringah muncul di wajah Andin. "Makasih suamiku," ucapnya.

Aldebaran lalu pamit pergi mencari tukang martabak. Andin tadi hendak ikut, tapi segera dilarang oleh Aldebaran.

"Kemana cari tukang martabak siang bolong begini," gerutu Aldebaran ketika keluar dari rumah. Ia lalu memakai kacamata hitamnya dan menyuruh Uya untuk membukakan gerbang.


Love Destiny Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang