12. Epilogue (Back to Future)

1K 106 11
                                    

Rasanya sedih sekali, Scorpius begitu canggung melihat ibu mudanya menangis dengan anggun, sedangkan Draco tampak bingung sekaligus terkejut mendengar pengakuan yang ia lakukan. Menurut mereka, waktu berlalu terlalu cepat dan terasa begitu tiba-tiba. Draco bahkan belum sempat menghabiskan waktu bersama dengan Scorpius dan juga Astoria. Pemuda itu ingin sekali menanyakan banyak hal di masa depan mengenai dirinya dan Astoria.

Ia tak mengira bahwa hari di mana putra masa depannya pergi akan datang secepat ini. Scorpius baru saja berpamitan jika ia akan segera meninggalkan Hogwarts dan kembali ke masa depan.

"Berjanjilah padaku kalau kau akan tetap menjadi putraku." Pinta Astoria.

Scorpius tersenyum kecil. "Aku berjanji selama Mom menikah dengan Dad."

Wajah Astoria maupun Draco memerah, keduanya saling menatap dalam diam sebelum kembali memandang wajah Scorpius untuk yang terakhir kalinya. Dalam hati, mereka akan berusaha agar Scorpius tetap kembali pada mereka.

"Dan, dad," panggil Scorpius menatap Draco penuh harap. "Berjanjilah bila nanti kau akan membiarkanku tetap bersama Rose."

Dahi Draco berkerut, pemuda itu tampak enggan mengiyakan keinginan Scorpius, namun Astoria lebih sigap dari yang pernah mereka bayangkan. "Draco akan berjanji, aku akan memastikan hal itu terjadi. Bukan begitu, Draco?" Tanya Astoria dengan pandangan menuntut.

Pada akhirnya, Draco mengangguk. Mau tak mau ia akan menuruti semua ucapan istri masa depannya.

***

"Kau sungguh akan pergi?" Hermione memandang Rose dengan wajah yang memerah menahan sedih. "Kapan?"

Mereka semua tahu bahwa Hermione adalah orang yang paling emosional di antara Ron dan Harry. Gadis itu tampak berusaha menahan diri untuk tak menangis. Bagi Hermione, menemukan seseorang yang memiliki visi dan misi yang sama sepertinya adalah sebuah anugerah. Rose bagaikan kembarannya, duplikatnya. Gadis yang berasal dari masa depan itu seperti dirinya dalam visual yang jauh lebih sempurna. Rose memiliki kepandaian yang bahkan Hermione sendiri takjub akan hal itu.

"Sebentar lagi, Mom." Jawab Rose tak rela. "Senang rasanya bisa bertemu Mom dan Dad saat masih muda." Gadis itu mencoba untuk tersenyum. "Kita akan bertemu lagi di masa depan, bukan begitu, Dad?"

Pertanyaan Rose bagaikan sebuah utang yang harus Ron dan Hermione bayar, karena jika keduanya tidak menikah, maka mereka tak akan bisa bertemu lagi dengan Rose.

Ron tergagap, walau begitu ia segera mengiyakan permintaan putrinya. "Y-Ya, kau benar. Kita akan bertemu lagi, ya, kan, Hermione?"

Hermione mengangguk kaku. "Lalu, bagaimana dengan Albus?"

Harry yang sedari tadi hanya diam tak ingin merusak momen mereka, tersadar bahwa Albus tak berada di sekitar mereka. "Well, kurasa... Albus sedang mencari seseorang."

Harry ingat bahwa Albus pernah meminta ijin padanya untuk menemui Ginny, walau ia tak tahu apa alasan Albus bertemu dengan Ginny. Dan benar saja, tanpa mereka ketahui, diam-diam Albus mencari keberadaan Ginny Weasley. Ibu masa depannya yang saat ini sedang bersama Dean. Lagi-lagi, Albus merasa tak senang. Pemuda itu ingin ibunya tetap bersama ayah mudanya. Dan jika ibunya bertahan dengan Dean, maka dia tak akan terlahir.

Apa yang harus ia lakukan? Ini adalah kesempatan terakhir yang ia punya sebelum kembali ke masa depan. Di saat kebingungan melanda, ia melihat Dean bangkit dari bangkunya meninggalkan Ginny. Melihat kesempatan tersebut, Albus segera bergegas menghampiri Ginny yang duduk sendirian.

"Hi, Mo- ekhem, Ginny!" Sapa Albus.

Ginny mengangguk, ibu mudanya tersenyum manis. Bukankah ibunya sangat cantik? Jangan lupakan bahwa ibu Albus adalah salah satu gadis yang populer di Hogwarts saat itu.

Time Turner ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang