Draco merasa geli, ia baru kali pertama melihat tatapan mereka penuh harap padanya, terutama Harry dan Hermione. Kedua siswa itu begitu terlihat ingin dirinya mengatakan 'ya' secara terbuka. Sudut mulutnya berkedut beberapa kali saat melihat ekspresi mereka semua, belum lagi putra masa depannya tampak berbinar.
Draco menghela, pada akhirnya ia luluh walau tidak seratus persen mempercayai anak-anak Gryffindor tersebut. Ia mungkin akan melihat sampai mana mereka akan berdamai. Apa sungguh berniat berdamai atau hanya karena kehadiran anak-anak masa depan saja?
Saat hendak mengatakan ya, sebuah cahaya putih berkilauan berbentuk tupai muncul. Itu adalah patronus milik Elena yang dapat anak-anak masa depan kenali.
"Apa itu?" Ron berseru menatap cahaya sihir berbentuk tupai bergerak-gerak memutar tubuhnya seolah menunjukkan sesuatu.
"Itu patronus milik Elena." Rose menjawab.
Mari berkumpul, ada hal yang penting. Segera!
Setelah tupai tersebut menyampaikan pesan Elena. Patronus tupai tersebut menghilang.
"Wow, itu keren!" Puji Ron tanpa sadar.
"Apa kalian belum mempelajari sihir patronus?" Albus menatap mereka, memiringkan kepala, penasaran.
Secara serentak murid-murid dari masa lalu menggeleng. Rose menghela. "Sudahlah, itu tak lagi penting. Kita harus segera menjumpai Elena."
"Kau benar." Sahut Scorpius.
***
Tanpa bertanya, Albus, Rose dan Scorpius tahu di mana Elena meminta mereka untuk bertemu, yaitu ruang kebutuhan. Karena hanya di sana tempat yang menurut mereka sangat aman, dan lagipula tak ada satupun anak dari masa lalu yang mengetahui tempat ini selain mereka. Setidaknya untuk sekarang.
Begitu sampai di ruang kebutuhan, mereka bertiga sudah melihat David, Amarys dan Elena. Ketiga temannya tengah duduk bersantai ditemani secangkir teh dan kudapan ringan. Melihat betapa santainya mereka, Albus mengerutkan kening.
"Ada apa? Kau bilang ada hal yang penting?"
Amarys tersenyum manis, ia menepuk sebelah kursinya dan mengisyaratkan agar mereka yang baru tiba untuk segera duduk. David menghela, ia heran dengan kedua temannya yang terlihat agak santai.
"Duduk dulu, baru kami akan menjelaskan."
Seakan tersihir, sontak ketiga anak tersebut duduk tanpa berdebat. Kini giliran Elena yang mulai meletakkan cangkir teh miliknya dan menunjukkan sesuatu. Suatu benda yang masih terbungkus sapu tangan.
"Ini." Ucapnya.
Gadis itu membuka sapu tangan tersebut dan menunjukkan time turner yang terlihat bagus tanpa goresan sedikit pun. Mata Rose berbinar begitu pula Albus. Keduanya tentu merasa senang karena mereka bisa segera kembali ke masa depan, terlebih lagi Albus sudah malas mendengar ocehan sepupunya.
"Apa ini sungguhan?" Tanya Rose seraya mengambil time turner tersebut dan memeriksanya untuk memastikan bahwa itu memang time turner milik mereka. "Dari mana kau mendapatkannya?"
Elena menggeleng heran. "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dari Dumbledore."
"Kalau begitu kapan kita kembali?" David bertanya. "Kita tak bisa berlama-lama di sini."
Albus menyahut. "Itu benar, kalau bisa secepatnya."
"Tapi tidakkah ini terlalu terburu-buru?" Rose tiba-tiba merasa enggan, bukan berarti ia tak ingin kembali. Setidaknya ia perlu berpamitan kepada orang tua mereka di masa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Turner ✓
FanficApa jadinya bila sekelompok anak di masa depan tanpa sengaja merusak time turner dan membuat mereka terjebak di masa lalu, bertemu dengan kedua orang tua mereka sewaktu remaja? Albus Potter, Scorpius Malfoy, Rose Weasley, Elena Diggory, David Nott...