Mimpi ini... Berbeda... Meski suasana yang diberikan terasa mirip dengan mimpi-mimpi yang sebelumnya. Di atas sana, langit malam sedang mengurung bumi dengan kegelapannya, terasa mencekam. Tidak ada satupun awan yang terlihat, atau secercah cahaya bintang seperti pada umumnya. Aku tertegun, apakah ini hanya mimpi biasa? Ataukah juga merupakan sebuah pandangan akan masa depan?
"Yo, Tegar!"
Aku menoleh, terkejut atas kehadiran sosok yang menyapaku. Tuan Arman! Pria dengan pakaian cosplay tersebut kini sedang berdiri di tepian atap gedung, dengan seseorang di sampingnya.
Aku menelan ludah, "Tu... tuan Arman?"
Arman mengangguk, lantas dengan lirih, dia berkata, "Percayalah kepadaku, Tegar."
"Tu... an?"
Arman tersenyum, dan secara dramatis, lelaki tersebut menjatuhkan dirinya dan orang disampingnya dari atap gedung.
"TUAN ARMAN!!!"
BRUK!
"Uwagh!"
BRUK!
"Ugh."
Baru saja terbangun dari tidur, dan dua kesialan sudah saja menimpaku. Pertama, aku terjatuh dari tempat tidurku dan malah terhimpit di celah sempit, dan kedua, entah bagaimana caranya lampu belajarku bisa jatuh menimpa kepalaku, membuatku merasa cukup kesal.
Yah, aku sudah (sangat) sering mengalami hal seperti ini, jadi bagiku tidak terasa menyakitkan.
Mungkin, sedikit?
Entahlah, tidak perlu dipikirkan. Hal yang harus kulakukan saat ini adalah mendorong tempat tidurku sedikit ke samping, kemudian segera bangkit berdiri. Setelah sempurna bebas dari tempat tidurku, aku segera mengambil peralatan mandiku, lantas berjalan keluar menuju kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian. Aku memutuskan untuk tidak sarapan (uangku sudah habis), dan segera berangkat menuju kantor detektif Arman.
Semoga tidak ada hal buruk di hari pertamaku bekerja.
***
"Maaf saja, Nyonya. Namun, hal seperti ini diluar yang bisa saya kerjakan," ucap Arman setelah terdiam selama beberapa saat, "Saya juga sangat menyayangkannya, tetapi sesuatu seperti pengawalan bukanlah tugas yang bisa saya lakukan."
"Apakah sungguh tidak bisa, Tuan Arman? Bukankah anda berkata tidak memiliki pekerjaan lain?" Suara wanita, yang sepertinya adalah klien baru Arman terdengar lirih, meski masih bisa kudengar dari luar ruangan.
"Uhh, bagaimana ya..? Saya sebenarnya tidak keberatan untuk mengawal anda, namun jika menurut cerita anda, sepertinya sesuatu yang berbahaya sudah menunggu, dan saya tidak punya kemampuan untuk menghadapinya." Arman menghela nafas, kemudian melepas topi kostumnya, "Seperti yang anda lihat, saya hanya analis kejahatan yang lemah, menghadapi orang-orang dengan kekuatan bertarung yang belum diketahui, saya khawatir justru akan memperburuk keadaan."
"Meski begitu, kumohon, Tuan Arman. Tidak ada lagi yang bisa saya andalkan. Polisi sudah tutup mata atas apa yang saya hadapi. Mereka berkata tidak perlu khawatir, tetapi insting saya jelas mengatakan bahwa ada sesuatu yang mengincar saya."
"Saya tahu itu, Nyonya. Teman saya di kepolisian memang sibuk akhir-akhir ini. Situasi yang dimana masih berupa dugaan tidak bisa mereka proses secara penuh. Namun, saya bisa memproses sesuatu yang masih berupa dugaan, karena hal sekecil apapun yang timbul bisa jadi akan membesar dengan cepat, sudah tugas saya untuk mencegah hal tersebut terjadi."
"Karena itu-"
"Benar, karena itulah. Saya baru menemukan cara untuk membantu nyonya," Arman berdiri, lantas menatap ke arah pintu masuk kantor yang tertutup rapat, atau lebih tepatnya menatapku, "Masuklah, Asisten!"
Mendengar ucapan Arman barusan membuatku mematung sejenak, menghentikan gerakan mengintipku dari celah pintu. Kurasa aku sama sekali tidak membuat suara sejak tiba di kantor, bagaimana caranya dia tahu?
"Masuk saja, Asisten. Tidak perlu malu-malu!" Suara Arman terdengar semakin keras, kemudian kudengar suara kliennya yang terdengar seperti sedang bertanya, "Ah, dia asisten baruku."
"Asisten?"
Sebelum Arman menjawab pertanyaan dari klien, aku membuka pintu kantor Arman, menampakkan diriku.
"Ahaha, ternyata itu sungguh kau, Tegar. Aku sedikit khawatir dugaanku salah dan akan merasa malu kepada klien cantik kita yang baru, tetapi lihatlah! Dirimu sepertinya orang yang sangat rajin, Asisten! Aku bahkan belum memberitahukan tentang jadwal masukmu," ucap Arman sembari tersenyum lebar, pria dengan kostum cosplay itu kini berjalan ke arahku, kemudian menjulurkan tangannya,"Senang kau sepertinya tertarik dengan pekerjaan ini, Asisten."
Aku mengangguk. Sedikit tidak menduga dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Arman saat ini, meski nampaknya dia memang orang yang suka berekspresi secara berlebihan. Kujulurkan tanganku dan menjabat tangannya yang kurus. Lima detik kemudian, barulah Arman melepaskan jabatan tangan, lantas menoleh ke arah klien barunya.
"Perkenalkan, Nyonya..., ah, maaf, bolehkah saya mengatakannya?"
Klien Arman, yang merupakan seorang wanita muda berpenampilan sederhana, dengan kisaran umur 20-24 tahun itu mengangguk.
"Silahkan. Lagi pula, anda baru saja mengatakan bahwa asisten andalah yang mungkin dapat membantu menyelesaikan masalah, jadi saya pikir, saya justru harus memberikan informasi sebanyak apapun kepadanya."
"Baiklah kalau begitu, Nyonya. Jika memang itu yang anda inginkan, maka saya akan meminta maaf karena akan menyita waktu anda selama beberapa saat untuk menceritakan semuanya kepada asisten saya."
Wanita yang duduk di sofa itu mengangguk, wajahnya yang memesona namun terlihat penuh akan kekhawatiran itu kini nampak sedikit tenang dengan kemunculanku barusan.
"Ah, duduklah dulu, Tegar. Ambillah kursi itu! Iya, yang itu! Nah, sekarang letakkan di dekat mejaku! Baiklah!"
Setelah menuruti perkataan Arman dan meletakkan sebuah kursi plastik di dekat meja kerjanya, aku segera duduk di kursi itu dengan wajah penuh ketegangan. Rasanya aneh, mengingat aku baru saja bekerja di tempat ini. Kuperhatikan tuan Arman yang sedang berkutat dengan laci penuh dokumen di sebelahku, lantas dengan wajah semringah dia meletakkan dokumen itu di meja kerjanya.
"Tidak, jangan kau pikirkan dokumen itu terlebih dahulu, Tegar. Aku mengeluarkannya hanya karena merasa ada hubungannya dengan kasus kali ini, namun itu sebuah spekulasi tingkat lanjutan, dan yang perlu kau dengarkan saat ini adalah dasarnya. Nah, Nyonya Amelda, wajah anda terlihat seperti hendak menceritakan ulang sendiri kisah anda tadi. Jadi saya persilahkan."
Nyonyal Amelda mengangguk, meski kini nampak ragu, namun pandangan mengenai adanya harapan yang muncul membuat dirinya kini bisa tenang. Setelah menarik napas dalam dan menghembuskannya, wanita itu menatap ke arah Arman.
"Bagaimana cara saya menceritakannya kembali?" tanya-nya dengan nada lembut.
"Anda bisa melakukannya persis seperti yang sebelumnya anda lakukan kepada saya," jawab Arman dengan suara mantap.
"Baiklah, Tuan Arman. Saya akan mencobanya," ucapnya dengan sedikit menghela napas.
Sementara aku yang masih sedikit kebingungan dengan semua hal ini, hanya bisa terdiam. Aku merasa tugas pertamaku akan menjadi sesuatu yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective Arman
General FictionDi dunia ini terdapat berbagai macam kejahatan, baik yang kecil atau yang besar, baik yang disengaja maupun yang tak disengaja, dan baik yang terlihat maupun yang tak terlihat. Entah itu pencurian, pembunuhan, perampokan, penculikan, dan sebagainya...