"Aku khilaf Zel, aku mabuk karena terpaksa dan sebenarnya ini salahmu juga, Zel! Kamu yang buat aku kacau, maafkan aku Zel!"Lagi. Suara Yoga yang meratap juga menyalahkan terngiang di telinga.
Dia bilang, ini salahku?
Dia bilang, dia mabuk dan lepas kendali karena dia marah padaku? Dan aku penyebab, semua terjadi?!
Jika alasan Yoga bisa dibenarkan, entah akan ada berapa orang yang selingkuh tak mau disalahkan.
Bedebah!
(***)
Aku mematung di tempat, menatap diriku sendiri di cermin.
Mata panda, hidung berair dan pipi memucat. Kurasa tidak ada pengantin seburuk ini di muka bumi.
'Azelania Putri sudah resmi menjadi istri dari Dokter Alfa Prawira.'
Entah apa alasannya, otakku terus saja mengulang kenyataan mengejutkan itu.
Tidak pernah terbersit sedikit pun aku akan menikahi lelaki yang dijodohkan dengan Mbak Resa dan tidak pernah juga aku bermimpi, kekasihku akan menghamili Kakakku sendiri.
Ini kutukan.
"Zela!" Entah dari kapan Mamah sudah berdiri di ambang pintu kamar hotel yang kubiarkan terbuka. Tapi, ketika aku menoleh, dia sudah memelukku dengan erat.
"Makasih ya, Zel? Makasih, maafin kami ... maafin Mbakmu," gumam Mamah di sela isak.
Sebenarnya aku benci melihat Mamah menangis, tapi perasaanku pun belum bisa pulih.
Berat. Dengan pelan aku pun membalas pelukan Mamah. "Gak apa-apa Mah, mungkin ini takdir Zela,"jawabku sambil mengusap punggung Mamah.
Tak terasa air mataku pun kembali mengalir, karena baru kusadari kini diri ini tak bebas lagi.
"Zela ...."
Mamah melonggarkan pelukannya, menatap lekat. Pelan tangan lembutnya mengusap pipiku yang juga basah dengan air mata.
"Jadilah istri yang baik ya, bagi Alfa? Dia lelaki yang baik dan Mamah yakin dia juga terbaik buat kamu," nasehat Mamah sambil menyusut sudut matanya yang berair dengan tisu lecek.
"Iya."
Aku mengangguk terpaksa, entah kenapa aku kurang nyaman dengan permintaan Mamah.
Melayani lelaki yang belum pernah kucintai? Oh, itu masih terasa mustahil.
Bahkan yang ada sekarang, di dalam dadaku hanya ada marah, kecewa dan ... tak ada harapan.
Tok. Tok. Tok.
Obrolanku terhenti saat seseorang mengetuk pintu. Aku menggerakkan kepala untuk melihat siapa yang datang dan itu ternyata Mas Alfa.
Dia menatap kami lurus dan sedikit kaku. Pandangan yang tak berubah dari sejak pertama aku melihatnya.
"Eh, Alfa? Maaf, tadi Mamah hanya meriksa aja takut kalau Zela butuh sesuatu," ujar Mamah terlihat sungkan.
Aku tahu Mamah pasti malu pada Mas Alfa, karena dalam situasi ini pihak keluarga Mas Alfa-lah yang paling dirugikan. Apalagi, perjodohan Mbak Resa dan Mas Alfa sudah direncanakan setahun lamanya.
"Tidak apa-apa, Mah, saya mungkin yang terlalu cepat kembali," jawab Mas Alfa sopan tapi tetap memasang ekspresi datar.
Lelaki itu memandangku sekilas lalu kemudian pura-pura melihat ke jendela.
Canggung.
Mamah menggelengkan kepala tak enak. "Oh, enggak-enggak, Mamah aja yang salah. Oke, ya, Sayang Mamah pamit. Dah, Zela, inget pesan Mamah, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukar Pasangan (Jodoh)?
General FictionZela dan Alfa sama-sama korban pengkhianatan yang dilakukan oleh Yoga dan Resa. Siapa sangka, di saat Zela sedang menempuh pendidikan pulang-pulang dia harus mendapat kabar kalau Resa--kakaknya hamil oleh Yoga yang ternyata kekasihnya sendiri. Sakit...