Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Semua penghuni sekolah sudah pulang.
Langit yang semula cerah kini sudah mendung. Nampaknya akan ada hujan deras yang turun.Syaqela kini tengah berada di halte. Menunggu kendaraan umum yang lewat, pasalnya supir pribadinya tengah ada urusan. Sementara Janisa dan Sasa telah pulang lebih dulu, mereka sempat mengajak Syaqela untuk pulang bersama. Namun, ia menolanya dengan alasan ingin menaiki kendaraan umum.
Sudah hampir 20 menit Syaqela berdiri di sini. Gerimis mulai turun, sedikit demi sedikit. Sampai pada akhirnya berganti dengan hujan yang deras.
"Yah, keburu hujan," keluh Syaqela.
Ia memundurkan tubunya, guna mengindari cipratan air hujan yang mengenai seragamnya.
'Brum'
'Brum'Syaqeka melirik sebuah mobil berwarna putih yang berjalan ke arahnya.
Senyum manis terukir di wajahnya. Dalam hatinya berharap mobil tersebut berhentin dan mengajaknya naik bersama.
Namun, harapannya seketika pupus begitu saja. Mobil tersebut melewatinya begitu saja, senyun yang terukir mendadak luntur.
"Kirain bakal berhenti," gumamnya pelan.
Di dalam mobil Herza melirik Syaqela melalui kaca spion. Ingin rasanya ia memberikan tumpangan pada gadis tersebut. Namun, rasanya ia tak ingin melukai hati gadis cantik tersebut.
Sudah, Herza tak bisa diam saja. Hatinya menyuruhnya untuk kembali pada gadis tersebut. Lantas, tanpa basa-basi lagi Herza segera memutar balikan mobilnya. Kembali mengarahkannya pada Syaqela.
Tepat di depan Syaqela, Herza menghentikan laju mobilnya. Ia membuka sedikit kaca mobil, melirik sekilas Syaqela.
"Masuk," titahnya.Syaqela tertegun, ia menatap tak percaya ke arah Herza yang masih dalam mobil.
"Lo mau masuk atau terus di sini? Cepet masuk sebelum gue berubah pikiran," titah Herza lagi dengan suara sedikit mengeras.
Syaqela terbuyar dari lamunannya kala mendengar suara keras dari cowok tersebut. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Lantas, ia langsung memasuki mobil milik Herza.
"Kamu serius mau antar aku?" tanya Syaqela yang masih tak percaya.
Tak ada jawaban dari Herza. Tak ingin memancing amarah cowok tersebut, Syaqela lebih memilih diam.
"Alamat." Setelah keheningan yang cukup lama, Herza akhirnya angkat suara.
Syaqela mengernyitkan dahinya bingung. "A-alamat?" beonya.
"Alamat rumah lo?"
Kini Syaqela mengerti maksud dari perkataan Herza. Dengan cepat ia langsung menuliskan alamat rumahnya di selembar kertas dan langsung memberikannya pada Herza.
Melirik sekilas tulisan yang tertera di sana, setelahnya Herza langsung menancapka gas. Melewati padatnya Ibu Kota.
****
30 menit berlalu, selama di perjalanan tanpa sadar Syaqela tertidur. Herza sesekali melirik gadis itu yang tengah tertidur pulas. Sudut bibir Herza terangakat megukir senyum. Jika Syaqela melihatnya, mungkin ia akan berjingkrak kegirangan karena baru saja melihat betapa manisnya senyum Herza. Namun, sayangnya ia tengah tertidur pulas sampai tak dapat melihat senyum langka tersebut.Tangan Herza terulur, mengusap surai panjang milik Syaqela.
"Cantik," gumamnya pelan.
Syaqela yang merasa tidurnya terusik, lantas membuka matanya perlahan. Merasa gadis itu akan terbangun dengan cepat menurunkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Short StoryKetika sebuah cinta harus terhalang oleh tembok perbedaan kepercayaan. Sekuat apa pun menggenggam, tetap saja sulit untuk di miliki. Apa salah aku seorang hamba Allah jatuh cinta pada seorang anak Tuhan? Kita seamin, tapi kita tak seiman. Jatuh cint...