Syaqela yang memerhatikan tingkah Herza di buat tersenyum geli. Sejujurnya ia tak menyangka bahwa Herza menyimpan fotonya."Oh, jadi kamu yang namanya Syaqela?" tanya Falensia seraya tersenyum ramah.
"Ii--iya, Tante. Aku Syaqela," ucapnya canggung.
"Cantik," komentarnya setelah melihat penampilan Syaqela yang sederhana.
"Makasih."
Falensia menganggukan kepalanya, ia lantas melirik jam yang menunjukan pukul 11 siang. Niat awalnya ia akan pergi ke Supermarket untuk membeli kebutuhan dapur, tapi niatnya sempat urung kala melihat kondisi Herza.
"Syaqela," panggil Falensia.
"Lala aja, Tante," koreksinya.
"Oh, okey. Lala, Tante titip Herza dulu ya. Tante harus ke Supermarket, mau beli bahan dapur."
Syaqela melirik Herza yang menelototkan matanya, seolah berkata 'Jangan Mau'. Namun, ia tak mengerti kode tersebut.
"Tapi, Tan--"
"Sebentar aja, mau ya. Tante janji langsung pulang kok," potong Falensia.
Tak kuasa untuk menolak, mau tidak mau Syaqela menuruti permintaan wanita di hadapannya ini.
"Makasih ya, Nak."
Syaqela menganggukan kepalanya seraya tersenyum. Membuat Herza yang memerhatikan merasa terpesona dengan senyuman manis gadis ini.
"Kalo kita satu iman, gue pengen langsung nikahin lo, La. Gue pengen milikin senyum itu seutuhnya. Namun, semesta gak ngizinin kita buat bersatu," batin Herza.
Mendapatkan anggukan dari Syaqela, lantas tanpa basa-basi lagi Falensia segera pergi meninggalkan kedua remaja tersebut.
Setelah kepergian Falensia, Herza menatap tajam Syaqela yang berada di hadapannya.
"Kenapa lo mau aja sih di suruh Momy gue. Bukannya nolak," kesal Herza.
"Tadinya aku mau nolak, tapi pas liat muka Momy kamu yang berharap banget aku mau. Ya, aku jadi gak tega buat nolaknya," jawab Syaqela.
"Ya kan lo bisa nolak dengan cara lain, Syaqela," geram Herza.
"Aku gak bisa, Za."
"Tau ah, serah lo."
Setelah itu keheningan menyapa keduanya. Karena bosan Syaqela memilih untuk berdiam diri di teras rumah Herza. Meninggalkan sang pemilik rumah yang asik membaca novel.
Satu jam berlalu, akhirnya Falensia pulang dengan berbagai macam bahan dapur.
Melihat Syaqela yang berada di teras luar, membuat Falensia mengernyitkan dahinya bingung.
"Loh, kenapa di luar?"
"Gerah, Tan."
"Yaudah masuk lagi yuk," ajak Falensia.
"Eh, gak usah. Aku kayaknya mau pulang aja. Tante juga kan udah pulang," tolak Syaqela halus.
"Loh, gak mau makan dulu? Tante baru aja mau masak.
Syaqela menggelengkan kepalanya, "Gak usah, makasih. Takut di cariin Bunda soalnya."
"Oh, yaudah kalo gitu."
"Aku pamit, Tan. Permisi."
Falensia menganggukan kepalanya, "Hati-hati."
Lantas, ia menatap punggung Syaqela yang semakin mengecil dan hilang di telan jejak. Setelahnya ia mulai kembali masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Short StoryKetika sebuah cinta harus terhalang oleh tembok perbedaan kepercayaan. Sekuat apa pun menggenggam, tetap saja sulit untuk di miliki. Apa salah aku seorang hamba Allah jatuh cinta pada seorang anak Tuhan? Kita seamin, tapi kita tak seiman. Jatuh cint...