Part 6

597 27 0
                                    


Sepanjang koridor Syaqela berusaha menghapus air matanya. Namun,nahasnya air mata tak kunjung berhenti mengalir. Hal itu sontak menarik perhatian para murid yang berada di koridor.

Syaqela berjalan cepat menuju kelasnya. Sesampainya di kelas,Syaqela langsung duduk di tempatnya.

Janisa dan Sasa yang melihat sahabatnys itu menangis sontak saja langsung mendekati meja gadis itu.

"La, lo kenapa? Siapa yang udah buat lo nangis?" tanya Sasa.

Tak menjawab, ia malah menangis dengan sesegukan. Tubuhnya bergetar dengan isakan yang terdengar pilu.

"Syaqela, bilang sama gue siapa yang bikin lo kaya gini?" tanya Janisa yang mulai emosi.

Masih sama, Syaqela masih tak menjawab. Ia terus menangis tanpa henti.

"Herza?" tebak Janisa yang sudah menduga. Pasalnya gadis itu tadi sempat pamit ingin ke kelas Herza untuk mengantarkan bekal.

"Brengsek," umpatnya.

Rahangnya mengeras, kedua tangannya terkepal kuat menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak.

"Sa, jaga Lala buat dia berhenti nangi," titah Janisa.

Sasa menganggukan kepalanya, setelah itu Janisa pergi menuju kelas Herza dengan emosi meluap.

'Brak!'

Pintu terbuka secara kasar, membuat semua penghuni terlonjak kaget.

"Brengsek!" teriak Janisa sata sudah sampai di kelas Herza.

Napasnya memburu karena emosi, langkah jenjangnya mendekati meja Herza. Tanpa babibu lagi, gadis itu menarik paksa kerah baju milik Herza. Membuat sang empu bangkit secara paksa dari posisinya.

"Maksud lo apa bikin Syaqela nangis, hah?! Lo buat dia nangis. Belum puas lo bentak dia, buang makanannya? Sekarang apa lagi hah?! Lo bilang apa sama dia bajingan?! Jawab gue, lo ngomong apa?!" teriak Janisa di depan wajah Herza. Tingginya memang sama dengan Herza, jadi tak heran jika ia mampu menarik kerah baju cowok tersebut.

"Cewek murahan," jawab Herza pelan dan jujur.

"Apa? Brengsek!"

'Bugh!'

Pukulan keras mendarat di perut cowok tersebut. Ya, Janisa lah pelakunya.

Jangan tanya mengapa Janisa bisa melakukan itu. Janisa adalah satu-satunya gadis yang sangat pandai bela diri, selain pandai bela diri. Janisa juga termasuk gadis tomboy.

Ia kembali menarik kerah baju Herza.

"Berani lo ngomong gitu? Lo tahu seberapa terlukanya sahabat gue, hah?! Dia berjuang mati-matian buat dapatin lo. Tapi lo gak pernah hargain dia!"

'Bugh!'

Kali ini tendangan kuat Janisa berikan. Membuat cowok tersebut terpental beberapa meter. Seisi kelas memekik ketakutan, tak ada yang berani melerai keduanya. Karena mereka tahu siapa Janisa.

"Selama ini gue diam aja liat sahabat gue lo perlakuin kaya gitu. Tapi sekarang, gue gak bisa diam aja ketika lo bilang hal yang gak masuk akal tentang Syaqela! Lo udah buat hati sahabat gue hancur." Napas Janisa memburu seiring dengan emosi yang semakin meluap.

"Harusnya gue gak biarin Syaqela jatuh cinta sama cowok kaya lo. Lo itu cuman cowok brengsek, bajingan, gak punya perasaan. Harusnya gue jauhin dia sama lo," ucap Janisa menggebu-gebu.

"Gue suka sama dia, Jan. Gue juga cinta. Tapi, gue juga harus jauhin dia dari gue," jelas Herza disela ringisan.

"Tapi cara lo salah, Herza!"

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang