Hari ini kebetulan tanggal merah, di mana sekolah SMA Bumi Pertiwi meliburkan sekolahnya.Syaqela, Janisa, dan Sasa memutuskan untuk pergi ke tempat di adakannya latihan motor trek. Janisa yang mengajak, Sasa sudah menolak mati-matian tapi Janisa tetap keras kepala ingin ke sini. Sementara Syaqela, ia hanya ikut saja. Pasrah kemanapun kedua temannya mengajak.
"Gila, keren banget. Apalagi yang itu, wih ganteng!" pekik Janisa girang.
Sementara Sasa hanya memutar bola matanya malas. Syaqela mengedarkan pandangannya pada sekitar area latihan. Tiba-tiba ia menfokuskan pandangannya pada sosok cowok yang amat sangat ia kenal.
"Herza?" gumamnya pelan.
Baru saja ia akan berjalan mendekati cowok tersebut, langkahnya terhenti kala Janisa menarik paksa tangannya untuk ikut ke area penonton. Pasalnya sebentar lagi, latihan akan segera di mulai.
Semua orang berdiri berjajaran di pinggir pembatas. Satu demi satu motor melewati mereka, melakukan berbagai macam atraksi. Dapat di bayangkan bukan bagaimana atraksinya.
"Aaa... Keren," pekik Sasa pada akhirnya.
Sedari tadi Sasa diam saja, dan sekarang. Ia justru berteriak heboh. Janisa dan Syaqela menatap Sasa bingung, sedetik setelahnya mereka tertawa.
"Katanya gak suka, tapi sekarang malah dia sendiri yang heboh," sindir Janisa.
Sasa yang mendengar sindiran tersebut menatap Janisa tajam.
"Biarin, wlee," ucapnya seraya menjulurkan lidahnya.
Sementara Syaqela kembali fokus pada acara. Bukan, bukan karena ia suka. Melainkan, ia tengah mencari seseorang.
Setelah mengedarkan pandangannya cukup lama, orang yang sedari tadi di tunggu pun melintas di hadapannya menggunakan motor yang sama seperti yang lain, di balut oleh pakaian yang cukup tebal.
Beberapa kali putaran, Syaqela tak hentinya memerhatikan Herza. Ada rasa khawatir dalam dirinya, ia takut cowok yang di sayanginya terjatuh.
Herza yang sedari tadi fokus kini kehilangan fokusnya kala melihat Syaqela yang berada di sana.
"Syaqela," batinnya.
Ia benar-benar tak menyadari kehadiran gadis itu, karena terlalu fokus dengan latihan.
'Brak!'
Herza terjatuh dari atas motornya. Ia tergelincir, sontak hal itu membuat Syaqela segera berlari ke arah Herza.
"Za, kamu gak papa? Sini biar aku bantu." Syaqela hendak membantu Herza bangkit. Namun, dengan cepat tangannya di tepis secara paksa oleh sang empu.
"Lepas! Gue bisa sendiri!" bentaknya.
Sontak saja itu menarik perhatian para pengunjung, merekatak luput dari perhatian semua pengunjung.
Herza melepaska helm fulfacenya, dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk bangkit.
"Argh."
Nahasnya, Herza justru terjatuh kembali. Kakinya terasa sangat sakit, dapat di perkirakan kakinya sudah patah.
"Aku bilang sini biar aku bantu."
"Gue bilang gak usah!" bentak Herza.
"Argh!" Kakinya terasa semakin sakit kali ini.
"Udah, bisa gak sih kamu gak usah gengsi. Kalo kamu mau marah nanti aja, kaki kamu sakit kan. Makanya sini biar aku bantu," geram Syaqela.
Ia kemudian melingkarkan sebelah lengan Herza pada tekuk lehernya. Membantu cowok itu bangkit dan memapahnya kepinggir area latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Short StoryKetika sebuah cinta harus terhalang oleh tembok perbedaan kepercayaan. Sekuat apa pun menggenggam, tetap saja sulit untuk di miliki. Apa salah aku seorang hamba Allah jatuh cinta pada seorang anak Tuhan? Kita seamin, tapi kita tak seiman. Jatuh cint...