Habis Gelap, Terbitlah terang!

292 57 23
                                    


Abimana Aryasatya as Jeffry Sanjaya
Haico Desitha Van der Veken as Salma Andhira
Enjoy for reading ♥️
-----------------------------------------------------------

Sudah 100 hari Ayahnya pergi. Sudah 100 hari mereka berkabung. Tetap dengan pakaian sama, serba putih. Setidaknya itu mewakili rasa cinta mereka yang begitu putih dan tulus kepada Ayah. Uang pensiunan tidak ada, Karena Almarhum bukanlah Peegawai Negeri Sipil. Sisa Tabungan pun mungkin cukup untuk 2 tahun dan itu hanya untuk makan, listrik, air. Ah Tuhan kenapa begitu cepat mengambil akar kehidupan keluarga itu? Padahal mereka masih sangat membutuhkan sang Ayah. Hal yang paling menyakitkan adalah kini tidak ada lagi yang ditunggu pulang dan dimintai uang secara brutal. Lalu bagaimana dengan kabar usaha konveksinya?

"Endah kemana Bu?"

"Aku suruh beli telor tadi,"

Dia kembali menatap jendela dengan wajah murung. Menatapan butiran hujan yang mengalir dengan sendu. Sesekali ia tatap ponselnya berharap adanya keberekahan masuk secara ajaib. Lantas tiba-tiba "pip,pip" notifikasi pesan via Whats'App masuk. Bukti transfer sebesar 5juta telah Ia terima dari kak Ria.

"ALHAMDULILLAH" ucap nya.

"Ada apa???" Tanya sang Ibu.

"Kak Ria transfer 5juta bu,"

"Hutang apa dikasih???" jawab sang ibu.

"awalnya hutang sih, tapi pas terakhir kak ria bilang its okey," dengan PD nya dia menjawab.

Ibunya berdecik. Maka mari diperkenalkan, tokoh utama wanita dalam cerita yang sangat membagongkan ini, Salma Andhira Syarim. Putri kedua dari Darya Syarim dan Maya Utari. Yang sangat bersusah payah untuk hidup lebih sukses dari kakaknya Ria Ananta Syarim. Juga tetep ingin dimanja seperti adiknya Endah Kenes Syarim.

Semenjak Ayahnya tiada, hidupnya seperti jatuh tertimpa tangga pula. Dia kehilangan perkerjaan satu bulan sebelum Ayah meninggal. Sampai saat ini dia menjadi pengangguran yang riwa-riwi cari loker kayak sales MLM. Setiap hari minta saku 50,000 ke Ibunya buat pegangan di jalan. Takut bensin habis atau perut laper, setidaknya ada uang di saku celana. Mana saldo rekening 0 semua. Sampai dia sempat berfikir mau mendaftarkan diri menjadi TKI di Hongkong.

"bilang kakakmu, kapan pulang? Ibu mau masak soto kalau dia pulang,"

"masak soto harus nunggu kakak pulang??? Bu.. aku sama endah juga kekurangan gizi bu,,,,," kata Salma memelas.

"Mana ada yang percaya kamu kekurangan gizi Sal!!!" sahut ibu dengan sedikit kesal.

Salma menggurutu dalam hati. Padahal itu ungkapan hatinya paling dalam. Sejak Ayahnya meninggal, Ibunya kehilangan selera makan. terlebih lagi dia kehilangan mood untuk masak. Setiap kali masak dia nangis. Katanya jika dia masak pasti ingat Ayah. Walaupun itu sebatas goreng ikan mujaer. Jadi sekarang yang lebih sering masak dia dan endah. Itupun harus sesuai budget harian yang telah di tetapkan.

Dia menatap lagi ponselnya. Melihat lagi angka yang tertera dilayar mobile banking nya. Saldo yang lama kosong telah terisi. Disusul pesan singkat kembali masuk ke Whats'App Salma.

Diatur uangnya dengan baik ya sal. Utamakan Ibu, salamkan padanya aku akan pulang bulan depan.
nb : atur dengan baik! Krn ini bukan hutang!

Salma tersenyum. Dia tahu kakaknya. Tapi dia tetap iri padanya. Bisakah dia sukses?

***

"Apaan sih Dit! Yang kemarin-kemarin nggak ada yang bener semua,"

"kasih waktu seminggu lagi lah pak, Aku yakin ketemu,"

"nggak ada yang bisa sesuai sama apa yang aku mau Dit!! Ijazahnya aja yang sarjanah, tapi tailah mereka semua,"

"Sabar pak pas-," (telepon di tutup)

Perbincangan antara seorang pria dan HRD nya. Surabaya memang kota yang besar. Dia dijuluki kota Metropolitan ke 2 setelah Jakarta. Banyak sekali pembisnis dan Crazy Rich yang menetap di Surabaya. Perusaahan Start-Up pun menjamur. Dari berbagai kalangan. Dulu Salma sempat kerja di Jakarta 3 bulan. Lalu pindah ke Semarang sampai akhirnya dia di PHK dini karena COVID-19. Saat ini dia tengah serius membuat makan malam bersama adiknya.

"kurang yahut gitu nggak sih?" Tanya salma ke Endah.

"Tambahin micinnya 3 sendok kak,"

"gini nih anak milenial tidak tahu kejamnya micin,"

"mau enak apa nggak??"

"dikit aja kali ya ndah,"

Cuman perkara masak capcay udah heboh kayak ikut master chef. Setidaknya itu bentuk effort untuk membuat Ibu mereka bahagia. Maka siaplah makan malam yang menyenangkan itu. Ibu datang dari kamarnya. Bergabung langsung tanpa basa basi. Dengan memakai mukenah dia ucapkan doa sebelum menyantap makan malamnya. Disusul Salma dan Endah yang mulai menyantap pula. Hingga di menit pertengahan mereka menyantap makanan ada panggilan masuk. Tertera nama Amalia Irawati, Salma mengangkat telepon itu dengan segera.

"woi gimana?"

"kok tahu?" Tanya Amel

"minggu kemarin kan aku titip sama kamu,"

"Ada nih, bilangnya butuh banget, siapa tahu kamu cocok. Besok siapin lamaran kerja sama portofolio kamu. Besok jam 10 siang aku jemput,"

"Okee,"

Salma menutup teleponya dengan senyum sumringah. Setelah makan malam selesai dia segera membersihkan semua yang kotor. Setelah itu naik ke atas kamarnya untuk prepare besok. Mulai dari baju, tas, sepatu dan surat lamaran kerja. Ia sangat antusias. Semgoa kali ini tokcer ucapnya dalam hati. Seenggaknya dia tidak lagi membebani pikiran ibunya. Seenggaknya dia tidak lagi meminta uang kepada ibunya dan kak ria. Sungguh optimis malam itu. Sampai dia bangun malam untuk meminta dengan sangat kepada Tuhan kita yang mah baik.

Aku ingin ibuku tersenyum, aku ingin ibuku bahagia ya Allah. Tolong lancarkanlah besok. Jadikan semua ini takdirku. Aminn..

*** 

bersambung ..

YES BOSS !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang