"hen, kusut amat itu muka habis dari mana? " sapa fio, ketika mahen memasuki ruangan osis dengan wajah di tekuk
"Dari uks" sinis mahen mengambil tempat duduknya, fio menggeleng kenapa lagi coba sama nih bocah"segitunya habis dari uks, banyak yg sakit ya? " Kepo denada ikut nimbrung di percakapan fio dan mahen" yang sakit, manusia setengah tiang" oceh mahen, membuat denada melongo begitupun dengan fio tak jauh bedanya ia ikut melongo, emang ada manusia setengah tiang? Kayak mana bentuknya ntar?
"ngelantur lu ya hen? Mana ada manusia setengah tiang" bantah denada tak percaya sama sekali, lagipun ia tak pernah melihantnya
"ada lo liat aja ke uks sana ntar" ucap mahen percaya diri "males lu aja deh hen, ntar fotoin trus kirim ke gw" sambung denada menolak, kayak nga ada kerjaan lain aja liatin manusia tiang
"dih emang gua babu lo? " protes mahen, dia juga males kali liat itu beban keluarga
"santai aja, ya udh nga ush! " cetus denada melangkah pergi sambil merolling bola matanya, fio hanya bisa menggeleng melihat tingkah kedua temannya itu "Baperan" sahut mahen menjulurkan lidahnya mengejek denada"Apa lo! "denada ikut menjulurkan lidahnya membalas ejakan mahen "udah! " pusing fio menghentikan adegan saling mengejek yang sedang berlangsung.
Mahen hanya misuh-misuh, begitupun dengan denada hanya diam dan melanjutkan memainkan handphonenya"berhenti juga" batin fio kembali duduk tenang di mejanya-------------------------------------------------------
PulangSuara nyaring dari bell sekolah tersebut mebangunkan tidur jero, membuatnya dengan malas terduduk di ranjang uks, entah sudah berapa lama ia tertidur dengan nyenyak nya disini.
"njir, bell pulang" ucapnya ketika melihat jam tangan, dengan lunglai jero berjalan keluar ruangan tersebut, pandangan pertamanya disuguhkan dengan sekolah yg sudah amat sepi tanpa penghuni
BYURR 💧
Tiba-tiba saja derasnya air hujan membasahi tanah bumi tanpa aba-aba, memang sebenarnya sih tadi sedikit mendung, namun tidak akan di sangka hujanya sederas ini
"yah.. Hujan, trus gimana dong gw pulang" keluhan itu bukan berasal dari jero melainkan pria yg berada di sampingnya sambil menatap derasnya hujan itu dengan cemas, jero yg mendengar itu segera menolehkan kepalanya "Butuh tumpangan? " tawar jero, hari ini dia hanya ingin berbaik hati "Dih najis banget gw pulang bareng lo! " sebuah penolakkan yg amat kasar, jero tak melawan memaklumi saja dengan tingkah pria itu "Mahen, nama lo jelek" tutur jero mengelus-elus dagunya "lo yang namanya jelek! " kesal mahen, kenapa sih dia selalu ketemu ama nih tiang, sekarang malah kejebak hujan berdua lagi
"iyain, yakin nga mau pulang bareng?" tawar jero sekali lagi, kasihan aja ngeliat dia tinggal sendiri di sekolah segede ini"NGAK" tolak mahen, mending dia menginap saja di sekolah dari pada harus pulang sama tuh jeroan
"tinggal lu sendiri disini, ntar di temenin sama mba kunti" goda jero, menakut-nakuti, mahen merinding seketika, di tambah hawa dingin dan sepi membuatnya takut
"Bgst! Nga ush nakutin" umpat mahen mendekatkan dirinya kepada Jero
"nga nakutin, gua serius liat tuh di pojokan dia ngeliatin lu" ucap jero menunjuk koridor yang sepi dan gelap "JERO! JANGAN NAKUTIN BEGO!! " teriak mahen sambil memeluk lengan jero dengan ketakutan, sumpah mahen itu parnoan sama yg namanya setan
"hhh muka lu lucu" tawa jero setelah puas mengerjai kakak kelasnya itu, mahen mendengus sebal "anterin gw pulang sekarang! " pinta mahen masih dengan posisi memeluk lengan jero, dia takut sekarang sekelebat bayangan wanita berambut panjang singgah di pikirannya."katanya tadi nga mau? " ucap jero menggoda mahen" ya sekarang gw mau, jadi cepat!" jelas mahen,melupakan gengsinya, jero mengganguk dan berjalan menuju parkiran di ikuti mahen, untung saja hari ini ia membawa mobil jadi tak perlu melawan hujan, dan sungguh wajah ketakutan mahen tadi membuat jero tertawa lepas.
"Rumah lu dimana? " tanya jero saat sudah menjalani mesin mobil sportnya "kompleks asri Jln No.3" jawab mahen, beruntung ia mendapat tumpangan walau tadi sempat di tolak, Tapi jujur mahen masih membayangkan mba kunti, sih tiang malah tanpa dosa ngetawain dia, emang kurang sopan-satun malahan nga ada adek kelas macam apa itu!
"btw pendek, lu penakut ya hhh..." ledek jero kembali tertawa, mahen menatapnya malas, sial banget hidupnya semenjak kenal dengan laksamana jero sih tiang berjalan, image dia sebagai maraka yg pemberani jadi sirna oleh ini makhluk jadi-jadian "diem" kesal mahen menatap keluar kaca mobil, karena terpaksa saja ia harus menumpang "mba kunti tadi, rupanya ngikut di jok belakang.." tutur jero tanpa rasa bersalah, mahen yg mendengarnya meremat sabuk pengaman dengan kuat"BISA NGAK LO, NGA USAH NAKUT-NAKUTIN!" geramnya, nga bohong mahen lemah kalau soal hantu gini "hahaha... Gua bercanda" ujar jero kembali melepaskan tawanya, sekarang menggoda mahen sepertinya akan menjadi hobi baru dari jero.
Seketika terjadi keheningan tak ada yg memulai pembicaraan, tawa jero pun telah berhenti setelah puas meledek mahen.
"sampai" jero menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah berwarna abu-abu dengan pagar hitam, mahen langsung saja turun dari mobil dan membanting pintu mobil dengan tidak santainya, membuat jero kaget
"anj! Yg bener kalau nutup pintu" sahut jero, mobil ini di beli make uang bukan daun dikira cari uang mudah "bodo! " kesal mahen berlari membuka pagar dan segera memasuki rumahnya,jero hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah mahen."maaf tuan?nona kania ingin menemui anda" suara itu berasal dari handphone yg baru saja di angkat oleh jero "bentar lagi gua pulang" balas jero,langsung menancap gas mobilnya...
Makin kesana makin kesini ceritanya, maaf ya masih pemula
Cocok nga sih namanya? Atau perlu di tukar :)Makasih buat yg udh baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Altaskar [Nomark]
RandomKita tidak tau bagaimana kedepannya nanti, cukup menunggu dan jalani semua yg terjadi