4

467 65 1
                                    

  Koridor-

  "MAHEN! " suara itu menggelegar di koridor membuat si pemilik nama yg di panggil menolehkan kepalanya, melihat siapa yg memanggil namanya itu
"apa lagi mau lo? "tutur mahen tak bersahabat raut mukanya berubah datar
"mau minta maaf"ujarnya sambil menjulurkan tangan, mahen mengernyit heran
"LAKSAMANA JERO?kesambet apa sampai mau minta maaf? "ledek mahen menepis tangan jero di depannya, jero membuang nafasanya malas padahalkan pengen jadi adek kelas yg sopan
"duh kak, katanya tadi pengen dekkel yg sopan?" jelas jero menatap binggung mahen, tak ada balasan mahen mengabaikan penjelasan itu dan memilih melangkah pergi

"ets... Tunggu dulu" jero menarik tangan mahen membuatnya segera menghentikan langkah kaki
"Lepas! " pinta mahen, namun jero menggeleng dan makin mengeratkan genggaman tangannya di pergelangan tangan mahen

"sialan! Lepas gw mau pulang!! " mahen memberontak minta di lepaskan matanya menatap jero kesal, entahlah semenjak kejadian di lapangan basket tadi mahen benar-benar membenci orang di depannya saat ini

"yuk pulang bareng? "ucap jero melangkah sambil menarik tangan mahen
"apaan sih! Gua mau pulang sendiri"
Mahen menggoyang goyangkan tangannga agar terlepas dari tangan jero, namun percuma genggeman itu terlalu kuat bahkan sekarang pergelangan tangannya tersa sakit
"gua maunya berdua"balas jero masih dengan posisi menarik tangan mahen, kan sudah di bilang meledek dan menganggu mahen akan menjadi hobinya

"lo itu sebenarnya knp? Sok akrab banget! " mahen benar benar pusing di buatnya, jero itu aneh juga kayak perangko ngekor mulu, mana ketemu terus bikin mahen eneq.
"ya ngapapa yuk masuk"jero membukkan pintu mobilnya, mahen aja nga sadar udh sampe di parkiran sekolah gara gara depan sama nih tiang
"udh di bilang gua nga mau! " gimana lagi coba mahen menjelaskan kalau dia itu tdk ingin pulang bersamanya, jero hanya diam otaknya sedang bekerja mencari alasan agara mahen mau pulang bersamanya :).

.
.
.

   "Askar? I miss u" tutur seorang wanita lalu memeluk jero dengan mudahnya, wajahnya terlihat begitu menawan dengan senyum manis melengkapi wajah tersebut, jero mendecih malas lalu melepas pelukan tersebut dan kembali mengenggam tangan mahen
"kania? What are u doing here!"
Binggung jero, untuk pertama kalinya kania bertamu kesekolahannya dengan tampilan yg super waw, baju yg di pakai kania saat ini benar-benar mencetak jelas bentuk dan lekuk tubuhnya
"ofcourse, untuk menemui calon suamiku" lantunnya dengan lantang,lalu matanya melirik ke arah genggaman tangan jero
"who? "tanya kania menatap sinis mahen, tidak mungkin kalau jero mempunyai pacar, kalau pun iya jero mempunyai pacar pasti berkelas.

"bukan urusan lu" ketus jero lalu menyuruh paksa mahen memasuki mobilnya, meninggalkan kania disana sendiri
"wtf!" umpat kania dia akan mengadu kepada malvin nantinya, atas perlakuan jero
.
.
.
.
.
.
.
.

     "Cewek tadi tunangan lo? " tanya mahen penasaran, di lihat dari penampilannya kania bukan lagi anak SMA melainkan kuliah atau udh kerja, tapi mengejutkan type jero cewek' sexy begitukah?
"yeah" balas jero tak berminat sama sekali, sekarang ia yakin kalau kania salah paham soal kejadian tadi
"trus kenapa lo tinggalin? "binggung mahen dan malah ia yg di paksa untuk masuk ke dalam mobil, otaknya jero apa kegeser ya itu tunangannya astaga!
"gua nga mau sama dia" penjelasan dari jero membuat mahen semakin binggung, dari tingkah wanita tadi terlihat kalau dia begitu mencintai jero, jadi kasihan dong cintahnya tuh wanita tadi bertepuk sebelah tangan yg tak lain kania.

"trus kenapa tunangan? Kasian dianya lu bohongin" ucap mahen yg kesal, jero menatap sekilas mahen yg duduk di kursi sampingnya
"yg di kasihanin itu gua" keluh jero kok malah kania yg di kasihanin
"kok lo sih! " pikir mahen
"gua di paksa bokap buat tunangan" ucapan jero berhasil membuat mahen
Menganga tak percaya
"seriusan elo nga bohongkan? " mahen masih belum mempercayainya soal pernyataan itu terdengar aneh seorang jero di paksa bertunangan
"nga guna juga bohong" ujar jero dia memang berkata jujur sekarang
"trus jadinya gimana? " kenapa mahen juga yg sibuk jadinya sekarang, kan yg tunangan juga jero bukan dia

"tolongin gua" pinta jero teringat akan janjinya dengan tiffany, mahen mengernyit heran.
"buat apa? " tanya mahen, kenapa lagu coba nih tiang, tiba tiba minta tolong.

"tolongin gua cari pacar susah soalnya, ini janji gua sama nyokap kalau mau ngebatalin pertunangan" jelas jero dengan wajah serius, sampai-sampai mobilnya ikut berhenti, mahen menatap heran jero
"mana gua tau itukan perasaan lo tolol, cari sendiri kalau bisa pungut aja fans lo trus jadiin pacar" oceh mahen, binggung dia itu sama pemikiran jero masa minta tolong cariin pacar

"mana bisa hen, harus tulus dari hati biar gua nga nyesel nanti" serius jero sambil memicingkan matanya menatap penuh harap mahen
"iya itu urusan lo, gua mana tau orng yang lo suka! " mahen mengehela nafasnya malas, jero yg mendengar itu memegang kepalanya sambil menatap sedih jalanan di depannya
"dih nga ush sok stress lo" mahen menjewer telinga jero, lebay amat cuman itu doang, membuat jero meringis menahan sakit
"sana jalanin mobilnya" ucap mahen, emang ya jero itu cowok gesrek

"tolongin gua dulu lah" protes jero dia harus cepat mendapatkan kekasih sebelum telat
"males" mahen menolak lalu mendengus kesal
"lu tolongin gua, janji gua nga bakal ngeledek lu lagi gimana? " tawar jero, sebenarnya kenapa juga dia harus minta tolong sama kaka kelasnya itu, padahal leon, bara sama abim ada, cuman ya mereka nga tau kalau jero ada tunangan.

"dih janji apaan gitu? Yg berkelas dikit kek" bantah mahen, kalau gitu mending dia tidur aja dari pada nyariin pacar orng
"yg berkelas? Apa lu mau gua beliin kelas? "tanya jero memandang penuh harap mahen, kalau iya nanti dia beliin kelas deh, yang di sekolahan kan banyak "tolol banget serius! Bukan itu maksud gw, kayak beliin gw apartement atau kasih duit sekoper" jelas mahen menggelengkan kepalanya dia baru sadar kalau jero akan setolol itu
"ok apartement deal? "balas jero yakin, apartemen bisa aja beli satu yg penting dia bisa dapetin pacar

"emang elo punya duit? Enteng banget" binggung mahen semudah itu dia menerimanya, jero hanya mengindikan bahu, lihat saja nanti kuasa tuhan.
"ada tenang aja, yg penting lu bantuin gua" tutur jero kembali menghidupkan mesin mobilnya, mahen hanya mengangguk beruntung banget dia bantuin orang trus dapat apartemen
"ok deal gua bantuin, berapa lama? " terima mahen jero terdiam sejenak
"satu minggu" jawabnya, itu waktu bentar woy! Buat suka aja belum cukup apa lagi cari orng yg di cintai
"bentar banget! "protes mahen menatap kesal jero
"sanggup nga? " tutur jero, mahen hanya mengetuk-ngetuk keningnya
"sanggup nga ush di raguin, soal gitumah simpel" yakinnya tersenyum menatap jero membuat dimpel di kedua pipinya terlihat jelas, jero memandang mahen kagum
"lu manis juga hhh... Lu aja deh yg jadi pacar gua" goda jero sambil tertawa lepas, mahen merengut kesal
"masih aja lo ngeledek" mahen merolling bola matanya malas.
"bercanda" sambung jero menghentikan tawanya
"canda aja trus! " kesal mahen
"mau gua seriusin hm? " goda jero sekali lagi, membuat mahen ingin menampar jero sekarang
"ngimpi! Nga banget" mahen menatap malas jero yg malah tertawa..











Sampe situ dulu,  duh maaf banget kalau makin nga jelas heheheh
Maksih buat yg udh baca sama vote

Altaskar [Nomark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang