Altaskar
"hi welcome altaskar" sahut seorang wanita dengan senyum menawannya, rambut hitam tergerai dengan polesan make up tipis di wajahnya, dan juga dress berwarna dongker sebatas lutut membalut tubuh rampingnya
"what do u want, kania adelle christine? " cetus jero menatap malas wanita di depannya itu, kania wanita itu hanya tersenyum
"percepat pertunangan kita" pintanya membuat jero menggeram tertahan
"tidak bisa kania! " tolak jero, pertunangan berbasis bisnis sungguh menyebalkan di tambah jero membenci wanita di depannya ini yang gila akan harta
"askar, ayahmu malvin yg akan mempercepatnya!" jelas kania raut wajahnya seperti meledek jero sekarang, sambil tersenyum meremehkan.
"lakukan saja" jero mengabaikan kania memilih berjalan menuju ruang tamuNote:panggilan askar ini cuman buat keluarganya doang, yg lain nga tau kayak temen atau siapapun mereka taunya cuman laksamana jero.
"ku harap kau meyesal! " sahut kania, tak ada balasan jero menatapnya datar, kania mendengus sebal lalu melangkah keluar dari rumah itu, jero menahan hasratnya untuk memukul wanita itu.
"sialan"umpat jero memandangnya jijk, sulit untuk di artikan kania itu sangat padai memanipulatif ayahnya sehingga berpihak kepada wanita itu...
.
.
.
.
.
."honey? How abour ur school? " sapa seorang wanita sambil menuruni tangga, di tangganya terdapat segelas greentea hangat, wajahnya masih terlihat fresh walau sudah memasuki kepala tiga, Rambut pendek sebatas bahu dengan garis wajah simetris juga senyum lembut, membuatnya tampak cantik
"everything okay ma" sambut jero tersenyum menantap mamanya itu, jero benar-benar bersyukur mendapatkan mama yg begitu penyayang, berbeda dengan ayahnya malvin sih pemaksa itu dan terlalu tegas , tiffany mamanya jero lah yg bisa meluangkan waktu untuk anak tunggalnya itu."how about you and kania? " tanya tiffany membuka percakapan dan ikut duduk di samping anaknya "not good" jawab jero tak berminat, mengingat kania saja membuat dia kesal, tiffany mengerutkan dahinya tak biasanya jero mengeluh soal kania
"why? " tanya tiffany sekali lagi, jero hanya menggeleng lemah
"ma askar nga suka kania, batalin pertunangannya" pinta jero memohon, tiffani memandang anaknya binggung
"okay, tapi ada syarat" sahut tiffany membuat jero tersenyum senang
"what? " tanya jero apapun itu dia akan menerima syaratnya dari pada Harus menikah dengan kania
"kamu harus punya pacar gimana? Trus kamu boleh nikahin pacar kamu" syarat tiffany membuat jero menelan ludah susah, dia itu tidak pernah berpacaran sebelumnya dan tidak tau caranya pacaran
.
"okay ma, kasih askar waktu" terima jero menggukkan kepalanya manta, tiffany tersenyum mengelus surai rambut anaknya itu
"1 minggu" ucap tiffany, jero menganga itu waktu yg sangat singkat bagaimana caranya dia mendapatkan pacar dalam waktu satu minggu ini, apakah harus keliling dunia? Ah tentu tidak itu terlalu berlebihan, padahal dia memilili wajah yg tampan namun cukup bodoh kalau soal percintaan
"okay askar terima" jawabnya.........
.
.
.
.
.
.
.
.
Basket Ball
"tangkap hen! " sahut rangga sambil melempar bola orange tersebut, mahen mengganguk *Hap* bola orange itu di tangkap olehnya lalu di lambungkan ke ring di depannya
"yahhh meleset" rungut canva saat melihat bola lambungan mahen malah terjatuh di samping ring."kalau nga bisa main, awas! " tutur seseorang membuat atensi ketiga pria yg bermain tadi, menoleh kepadanya
"bacot lo! " emosi rangga menatap pria itu sinis yg tak lain bara
"mending kalian berdiri disana sambil teriak teriakkin nama kami, ya nga bar?" ucap abim, bara mengangguk lalu tertawa begitupun dengan abim, mahen menghela nafasnya kasar, kenapa adek kelasnya tidak ada yg sopan sama sekali.
"eh kan ava main juga" sapa seseorang sambil berjalan mendekati lapangan
"apaan sih leon" sinis canva menatap adek kelasnya itu
"jangan songgong lo ya!" kesal rangga menatap abim di depannya
"gua nga songgong, cuman emng udh pro dari sononya" jelas abim lalu memandang rangga remeh
.
.
.
.
.
.
.
.
"pendek" suara itu membuat semua orang menatapnya, bola orange tadi sudah berada di tangan pria itu, dengan santainya ia melempar bola itu ke dalam ring selalu tepat sasaran
"jer liat noh nantangin kita lagi" adu bara, jero hanya menganggukan kepalanya.
"jangan di lawan, ntar kalah nangis" ledek jero, membuat rombongannya tertawa puas, mahen menggepalkan tangannya menahan emosi
"pantes nga ada sopan santun, ternyata ketuanya elo! " ucap mahen menatap jero yg juga menatapnya
"gua nga ada sopan santun ke lu doang sih" balas jero, tersenyum tipis
Mahen diam kesabarannya telah habis, baru pertama kalinya ia sakit hati dengan penuturan dari adek kelasnya, dengan malas mahen melangkah keluar lapangan dengan raut wajah masamnya
"lah ngambek" tutur jero sambil menertawai mahen
"kok pada banyak yg suka sih, sama orng yg bentukkannya kaya lo?kasar bener mulutnya, gw harap lo sadar diri" ucap canva lalu berlari mengikuti mahen begitupun dengan rangga"dah gas main! " semangat bara mengalihkan perhatian, leon mengangguk sekarang merekalah yg menguasi lapangan, permainan mereka patut di acungi jempol, penguasaan bola benar-brnar di taklukan oleh mereka semua, membuat siapa saja yg melihatnya akan takjub
.
.
.
.
.
.
."hukum aja kali hen" usul rangga yg kesal dengan kejadian di lapangan basket tadi, mahen hanya menghela nafasnya malas, mau di hukum bagaimana? Di juga bukan ketos yang bisa seenaknya ngehukum dekkel
"jangan nga, ntar makin ngelunjak"
Ucap canva mengingatkan, mahen menggangguk setuju kalau soal itu sudah jelas mereka akan semekin menjadi.
.
.
.
.
.
.
.
.Sorry ya kalau ceritanya nga nyambung hehehehe ").
KAMU SEDANG MEMBACA
Altaskar [Nomark]
AcakKita tidak tau bagaimana kedepannya nanti, cukup menunggu dan jalani semua yg terjadi