Aku menjalani hidup baru di Whole Cake Island. Aku tinggal di sebuah apartemen milik keluarga Charlotte. Keluarga Charlotte juga keluarga mafia, namun aku lebih aman disini daripada di Dressrosa, karena aku kenal baik dengan Charl otte Pudding, salah satu putri pemimpin disana.
Waktu remaja aku pernah tak sengaja menyelamatkan Pudding ketika hendak diculik oleh pemerintah dunia. Sehingga dia merasa berhutang nyawa padaku.
Aku sebenarnya tak mau menggantungkan hidupku pada perlindungan mafia, tapi selama dua bulan kemarin Dressrosa tidak aman. Beberapa kali aku melihat anggota CP-0 terlihat di sekitar Dressrosa dan mencari informasi tentangku.
Aku sangat aman di apartemenku yang baru, tak bisa sembarangan orang bisa masuk. Bahkan luas kamar di apartemenku sekarang dua kali lipat daripada di Dressrosa. Tapi aku belum punya pekerjaan disini, aku butuh uang lebih untuk hidupku. Segala sesuatu di Whole Cake amatlah mahal.
"Robin, bisakah kau bertahan disini" gumamku melamun sambil menatap ponselku.
Apakah aku harus menyalakan ponselku setelah tiga bulan? Aku membolak balik ponselku ragu ragu, masih terbayang suara Zoro yang marah ketika aku menemui Law waktu itu.
Aku memberanikan diri memencet tombol ON di ponselku. Awalnya tak ada pesan apapun yang masuk. Setelah 20 menit kotak masuk pesanku sangat penuh. Aku sama sekali tak punya keberanian untuk membaca semua pesan itu.
Akhirnya aku memutuskan untuk mematikan ponselku kembali. Aku melempar ponselku yang sudah mati ke kasur. Aku berjalan menuju balkon untuk mencari udara segar.
Aku menatap keatas langit yang gelap dan udara malam membelai lembut wajahku, perasaan ini sungguh menyesakkan, ternyata aku merindukannya.
Mungkinkah ada kesempatan lagi aku bertemu dengannya. Ini semua salahku, aku yang memutuskan komunikasi dengannya.
Akulah yang ingin pergi. Aku tak akan menyalahkan dia bila mencari wanita lain, karena itu bukan hak ku. Aku yang pergi, aku yang pengecut.
"Tak pantaskah kau bahagia Robin" ujarku lirih. Sampai kapan pun mungkin aku akan sendiri, seperti keadaanku setelah kematian Ibuku dan Saul.
"Permisi.. Tok tok tok.. nona Robin" pelayan Keluarga Charlotte mengetuk pintu. Apartemen disini memang sengaja tidak memakai bell, terkadang aku tak mendengar ada yang mengetuk pintu.
"Yaa.." aku membuka pintu memakai kekuatan buah setanku. Disini kami pengguna buah setan bebas memakai kekuatan kami, karena hampir semua anggota Charlotte juga pengguna buah setan.
"Ini ada kopi, sandwich dan sepucuk surat untukmu nona Nico Robin" ujar pelayan itu. Aku kebingungan.
"Dari siapa?"
"Maaf nona, saya tak bisa mengungkapkan identitasnya." pelayan itu menunduk.
"Aku mengerti, terimakasih banyak" ujarku. Aku mengerti pekerjaan mereka sebagai pelayan mafia sangat berat, pasti terlibat banyak konflik dan rahasia. Jadi aku menerima saja kiriman itu.
Aku tak berani memakan sandwich itu, walau terlihat lezat. Aku membuka suratnya dan terkejut membaca isinya.
___Robin..
Aku sudah mengetahui semua tentangmu. Aku merindukanmu. Keluarlah menuju balkon sekarang. Kumohon.___
Siapakah yang mengirim surat ini? Aku merasa tak mengenal siapapun disini kecuali beberapa keluarga Charlotte.
Aku awalnya ragu ragu, tapi kulangkahkan kakiku ke balkon. Aku melihat kebawah dan aku terkejut melihat siapa yang ada disana.
Zoro berdiri mendongak keatas melihatku dengan sorot mata yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Aku tak bisa bergerak ataupun berkata-kata, tubuhku membeku.
Mengapa Zoro berada di Whole Cake? Apa dia selama ini membayar orang untuk memata matai aku? Apa dia mencari informasi dari keluarga Charlotte? Pikiranku berkecamuk.
Aku masih mematung menatapnya, air mataku menetes begitu saja tak bisa terbendung.
Robin, tiga bulan ini kau sudah bersusah payah melupakannya, mengapa jantungmu berdetak kencang begitu melihatnya.
Tanganku lemas, aku ingin mengusap air mataku, aku tidak suka menangis di depan orang lain tapi menggerakan tangan pun ku tak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zorobin - My New World
Fanfiction"Aku milikmu seorang.. Robin.. Maukah kau menjadi wanitaku satu satunya.. kekasihku?" aku melumat bibirnya, sungguh kerinduanku tak tertahan lagi. "Zoro.." dia menatapku lekat lekat lalu air matanya kembali menetes "Aku mencintaimu Zoro" bisiknya. M...