ONE WAY STREET
_______________________________Satu-satunya yang bisa disalahkan atas keterlambatannya pagi ini ialah dirinya sendiri. Bukan novel genre romansa yang ia baca hingga pukul 2 dini hari, atau pun padat merayapnya jalanan yang tidak bisa dihindari.
Beberapa kali layar ponselnya menyala karena sebuah panggilan masuk, tetapi dihiraukan. Dia memilih untuk fokus memanuver mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata setelah jalanan mulai lenggang.
Setelah mengambil langkah yang cukup beresiko dan menguras tenaga, akhirnya ia sampai di area kampus dengan selamat tanpa lecet sedikit pun.
"Sepuluh menit, semoga masih boleh masuk." monolognya usai melihat arloji di pergelangan tangan kiri. Setelah itu bergegas menuju gedung Fakultasnya.
Langkahnya semakin dipercepat tatkala sepasang netranya menangkap keberadaan dosen yang seharusnya sudah hadir di kelasnya sejak bermenit-menit yang lalu, namun kini masih berdiri di ujung lorong bersama seorang mahasiswi.
"Dosen muda jaman sekarang, kalau pacaran sama mahasiswinya gak tau waktu bener. But, that's okay, seenggaknya untuk hari ini, itu menyelamatkan gue."
Ketika berhasil membuka pintu, dia dikejutkan dengan atensi seisi kelas yang spontan tertuju ke arahnya. Hal itu lantas membuatnya buru-buru menutup pintu dan segera menuju bangku kosong di barisan paling belakang.
Bella tidak sempat menghampiri sahabatnya yang terlambat. Sebab, saat hendak bangkit dari bangkunya, pintu kelas kembali terbuka. Selanjutnya, muncul seorang pria dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku yang kini berjalan menuju meja dosen.
"Good morning, class." sapa pria itu dengan begitu tenang.
Pria itu bahkan belum meletakkan barang bawaannya ke atas meja. Tetapi memang itulah kebiasaannya.
"Morning, Sir." sahut seisi kelas tanpa terkecuali.
Detik berikutnya netra dosen muda itu bergulir seolah tengah mencari-cari sesuatu.
"Blouse biru muda di barisan paling belakang, what's your name?"
Lagi-lagi atensi seisi kelas mengarah pada Alexa, membuat gadis itu langsung gugup di tempat duduknya. Bukan hanya di barisan paling belakang, tetapi hari ini memang hanya dirinya lah yang mengenakan blouse biru.
"Saya, Sir?"
Dosen muda itu mengangguk, kemudian meletakkan tasnya di atas meja.
"Alexandra Amanee, Sir." lanjutnya
"Saya lebih suka datang paling akhir, jadi tolong biarkan seperti itu terus, ya?"
Literally tinggal bilang jangan telat aja belibet banget sih?
"Baik, Sir." jawab Alexa seadanya.
"Well, let's start our meeting today."
—
Di tempat lain, Aldwin yang mulai jengah dengan Milan karena sejak tadi hanya sibuk mengecek handphone, akhirnya tangannya terangkat untuk menepuk pelan bahu sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Street
Teen Fiction"Milan, i hate you." "Alexa, i-" "But i hate myself even more because i just can't really hate you."