ONE WAY STREET
______________________________"She likes you, that's the problem."
"I know, i have no right, absolutely no right or control over your choice of action. But, can you please think about my feelings before doing things? gue mohon dengerin gue, tolong hargai perasaan gue."
Alexa tahu, Milan tidak pernah dengan sengaja ingin melukai perasaannya. Tapi, ia juga tidak bisa selalu memaklumi tindakan Milan bila itu menggores hatinya.
"Alexa, maaf. Maaf kalau tindakan gue udah bikin perasaan lo sakit. I'm sorry i made you feel that way. I swear to God, i never ever want to hurt your heart. Sorry, i'm really sorry."
Dihelanya napas dalam-dalam, berusaha menekan gejolak emosi agar tidak menguasai.
"Milan, i hate you."
"Alexa, i—"
"But i hate myself more because i just can't really hate you." pungkas Alexa.
Milan terdiam. Melihat Alexa meluapkan segala keresahan hati dengan emosi yang stabil seperti ini justru semakin menghantam dadanya.
"Udah ah, sana rapat. Kalau udah selesai tolong kabarin. Gue mau ke kantin nyusul Bella."
Baru saja berbalik, tiba-tiba tubuhnya ditarik ke belakang hingga punggungnya membentur sesuatu.
"I'm sorry for the way i hurt you, it wouldn't happened again, i promise." bisik Milan tepat di telinga Alexa, membuat gadis itu tertegun.
His voice ... is he crying right now?
Alexa hendak balik badan untuk memastikan langsung, namun Milan malah semakin mengeratkan rengkuhannya. Seakan tidak ingin Alexa melihat keadaannya.
"Jangan balik badan,"
"Why?"
"Just don't." kini laki-laki itu meletakkan dagunya di bahu Alexa.
"Are we good, now?" Alexa mengangguk.
"Let me hug you for a moment, please."
Ucapan Milan terdengar seperti sebuah mantra yang membuat Alexa seketika kehilangan kontrol atas dirinya.
Rasanya selalu hangat berada di rengkuhan Milan. Kalau boleh, ia ingin terus didekap seperti ini seumur hidupnya.
"Udah semenit," kata Alexa
"Okay." perlahan rengkuhan Milan melonggar.
"Gue udah boleh balik badan?"
"Sure,"
Saat itu juga Alexa langsung memutar tubuhnya hingga ia bisa kembali melihat wajah Milan. Kini ada yang berbeda, mata dan hidung laki-laki itu terlihat sembab.
"Nanti dikabarin, tapi pukis dulu."
"Iya, nanti gue cek di kantin ada pukis apa nggak."
Milan tak kuasa menahan senyumnya. Mengapa Alexa lucu sekali sih!
"Tadi puk-nya udah, sekarang kis-nya," detik itu juga Alexa langsung paham. Namun, belum sempat meloloskan protes, bibirnya sudah keburu dibungkam oleh Milan.
"Are you fucking insane? ini kampus, Milan! nanti kalau ada yang lihat gimana? mikir dong!"
Melihat gadis setinggi daun telinganya itu mengomel dengan sorot mata yang menghunus tajam, alih-alih merasa takut, Milan justru jadi gemas sendiri.
"Harusnya di mana dong? di tempat sepi yang sepi banget gitu ya? yuk!"
Melihat Alexa yang siap melayangkan tinju, buru-buru Milan melarikan diri dari hadapan kekasihnya.
"NANTI PUKISNYA YANG LAMA!!!"
Teriak lelaki itu hingga menarik atensi beberapa mahasiswa yang tengah melintas. Membuat wajah Alexa langsung merah padam.
"That jerk!"
_______
Hello, everyone!
Thank you for coming here and sparing your time to read my work. I hope you'll enjoyed till the end.OKAY, LET'S GO!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way Street
Ficção Adolescente"Milan, i hate you." "Alexa, i-" "But i hate myself even more because i just can't really hate you."