2. Gakjadi rapat

11 1 0
                                    

15.00 WIB

Anak-anak segera keluar dari kelas masing-masing setelah bel berbunyi, begitupun dengan gue. Hari ini sesuai jadwal dadakan pas dikantin, gue sama yang lain bakalan kerja kelompok di kosan si Cindy.

"Jadi dimana kos an lu?"

"Kalian tau tukang cendol samping sekolah ini nggak? Nah kan itu ada gang masuk, udah deh sampe. Yaudah ayo gas."

Akhirnya gue sama yang lain jalan kaki kesana, gak jauh-jauh amat si. Tapi godaan jajanannya ituloh beuhhh, mana perut laper banget lagi.

"Beli makan dulu lah yuk, gue laperr."

"Yuk, kalian mau apa? Aku traktir deh,"

"Eh seriusan Nau? Lo lagi ulang tahun ya jangan-jangan,"

"Enggak kok Sil, emang aku mau aja. Lagian, emang kalian gamau di traktir?"

"EH MAU"

Akhirnya perjalanan lima menit otw kos jadi molor 30menit karena kita berlima isi perut dulu, mumpung di jajanin anak konglomerat.

Baru juga kenal sekedar tau nama doang, ni anak udah traktiran. Baik banget.

"Makasih Nau"

"Iya sama-sama, yaudah yuk nanti keburu malam aku dicariin papaku."

"Cin, lo di kosan ada temenya gak?"

"Temen maksudnya? Kalo temen samping kos ada gue, kenapa?"

"Ohh, kirain lo di kosan sendiri. Kasian gue liatnya, mana kecil gitu lu."

"Omongan lo ya Al, awas aja lo."

"Bianca, lo kan rumahnya juga jauh. Kenapa nggak ngekos juga?"

"Bi?"

Yang dipanggil masih belum mengangkat suara, lalu kami berempat pun saling melirik dan sedikit kaget karena Bianca tiba-tiba saja hilang. Padahal dari tadi kami together walking in the wind, gak lah. Jalan bareng otw kosan maksutnya.

"Eh itu Bianca," seru Silvi. Dan membuat kami bertiga menoleh kebelakang.

Sedangkan yang dicari-cari malah sibuk sendiri tanpa sadar kalau yang lain sudah berjalan di depan. Akhirnya, kamipun berbalik arah dan menghampiri Bianca.

"Ngapain sih Bi, bikin kaget aja lu tiba-tiba ngilang."

"Tau nih, lagian buat apa coba cari kersen. Kaya anak kecil aja lu."

Silvi dan Cindy menatap kesal, sedangkan Naura. Gadis konglomerat itu menatap takjub atas buah merah kecil yang digenggam temanya itu, beda lagi dengan Naura. Alma justru turut serta antusias ngambil kersen, dasar anak orang.

"Ini apa?"

"Seriusan lo gak tau ini apa Nau?"

Bianca menghampiri dan memberikan beberapa kersen kepada Naura.

"Emang ini bisa dimakan?"

"Bisa, nih liat." Alma mencontohkan dengan memakan lahap buah kersen hasil petikannya itu.

"Haduh, temen gue gak pernah maen panjat pohon nih kayaknya."

Bianca yang gemas langsung menjejalkan kersen ke mulut Naura yang masih terlihat menatap aneh itu.

"Kunyah coba."

"Emm, gak buruk. Mau lagi dong,"

Silvi dan Cindy yang melihat itupun hanya mampu menggeleng kepala, gak banyak. Cuman tiga kali geleng-gelengnya, setelahnya mereka juga turut serta mencari buah kersen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

5 SEKAWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang