Setelah Rapat selesai, semua murid di perbolehkan untuk kembali ke Kamar masing masing. Tiga Orang Gadis kembali dari Rapat tersebut dengan perasaan campur aduk sehingga aksi dramatispun di mulai.
Rana Menatap lelah kedua sahabat. Berbeda dari kedua sahabatnya yang dari tadi sibuk mengoceh sampai mengeluarkan busa. Rana memilih diam, menatap Lantai lantai, memikirkan jalan keluar yang tepat. Dalam pikirannya terus saja melintas pertanyaan, Apa itu Warfhyng dan Wharft? Dan apa kaitannya dengan Elemen Bumi di tempat asal mereka? Dan juga Elf, apakah itu benar ada? Aku masih belum sepenuhnya percaya.
Seharusnya ia telah mengetahui Jawaban tersebut apabila ia memperhatikan apa saja yang di sampaikan di Rapat tadi, akan tetapi Gadis itu lebih mengikuti pikirannya yang bergelut merengek agar cepat kembali. ada 3 kata yang membuatnya bergidik ngeri. Yaitu, 'Perang', 'Iblis' dan 'Mati', alih alih Perang dengan Iblis, Ia hanya tahu berperang dengan Kakaknya, Kharaf di Rumah.
Gadis itu sekarang berjalan mondar mandir, pikirannya mengacau. Bagaimana jika memang ia mati?. Bagaimana dengan keluarganya?. Bagaimana dengan kakak jeleknya di rumah?. Ia tidak akan tenang jika sehari saja tidak dapat mengganggu ketenangan kakaknya.
Akh! Lebih baik ia mati duluan saja dari pada mati tragis dengan tubuh tidak berbentuk karena harus berperang dengan Iblis yang ia tidak tahu bagaimana wujudnya. Pikirannya campur aduk antara senang, sedih, dan takut. Gadis itu senang karena ia dapat kesempatan belajar dan menyaksikan tempat impiannya seperti di Novel novel yang ia baca dulu yang selalu menggunakan kata Magic untuk bertarung, ia juga sedih karena ia tidak akan dapat bertemu dengan orang yang ia sayangi kembali, ia juga takut jika di usia dininya ia harus mati di dunia aneh nan aneh yang teramat amat aneh dan menganehkan.
Ding dong
Refleks, gadis itu menoleh ambang pintu lalu berbalik menoleh ke arah teman temannya yang sekarang telah memasuki Kolam Kapas. Mendengar Tamu tak di undangnya tidak sabaran, ia langsung berjalan menuju arah pintu melihat siapa barusan yang mengganggu ritualnya.
"Sebentar!" Setelah memasukkan kata sandi, Rana langsung membuka pintunya dan terlihat lah sosok Tinggi, Tampan di depannya, masih mengenakan seragam Akademi. Cowo itu menyunggingkan Senyuman lembut dan arogan yang membuat Ciwi ciwi Jantungan mendadak. Namun, sama sekali tidak berlaku baginya.
Gadis berwajah datar ini berbeda dengan dua sahabat nya yang langsung meleleh apabila melihat senyuman Cogan di depan mereka, Gadis ini sama sekali tidak terkesima dengan pesona Laki laki itu tapi, walaupun demikian ia tetap membalas dengan tersenyum tipis lalu bertanya tujuan utamanya kemari tanpa basa basi.
"Siapa ya? Tujuan apa anda datang kemari?"Tanyanya masih dengan raut muka yang sama.
"Pacar"Jawab Cowo itu Dengan mantap tanpa ragu sedikitpun. Jenaka apakah ini?. Kenal saja tidak udah ngaku ngaku pacar.
"Maaf, Mungkin anda salah tempat,Silahkan anda berputar arah!" Senyuman tipis yang ia pertahankan sekarang berubah menjadi tidak berekspresi, tanpa banyak Thinking dia langsung menutup puntunya kembali mengingat Laki laki di depannya itu salah masuk tempat.
Pintu itu tidak tertutup Rapat akibat ada sesuatu yang mengganjalnya, di liriknya kebawah ternyata ada satu tangan yang menyangkut di sela sela bibir pintunya. Tidak berfikir jika tangan seseorang akan patah ia terus mendorong paksa pintunya.
"Kyaaaaaa! aduh aduh, ADUHH!!!"Laki laki itu berteriak mengaduh kesakitan saat Rana dengan Kasar memaksa menutup pintunya, meskipun Laki laki itu masih menahan Bibir pintu dengan lengannya hingga ia terjepit, Rana akan bersikap kasar apabila Seseorang yang tidak di kenalnya apalagi Seorang Laki laki mengaku menjadi pacarnya dengan Spontan. Bisa bisa di anggap penguntit olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Yang Sebenarnya
FantasySudah bosan dengan yang namanya cerita Reinkarnasi? Tapi ini bukan, Karena ia hanya pergi ke Suatu Tempat Aneh yang di mana terjadi peperangan yang di lakukan dengan bantuan Alat dan Sihir yang sama sekali tidak pernah di lihatnya,Oleh karena itu di...