(Hy dunia baru)

2 0 0
                                    

1bulan sudah Etta terbaring di ranjang rumah sakit, di temani oleh kedua orang tuanya beserta Abang nya.

"Udah satu bulan Lo nutup mata Lo, apa Lo gak tertarik ngebuka tu mata?"
Dhani memain kan rambut Etta, merasa kangen dengan adik nya yang selalu bikin masalah dengan orang-orang.

Kamar Etta tidak pernah sepi, banyak yang menjenguk nya. Bahkan orang-orang yang keluarganya pun gak tau. Jika geo tanya kenapa mau menjenguk anak perempuan nya yang bandel mereka selalu jawab
"Dia anak yang baik"
Begitulah rata-rata jawaban mereka. Padahal Etta terkenal dengan kekejaman dan kenakalan.

"Etta Lo gak bosen ya? Kok gw jadi kangen di repotin Lo ya?"
Dhani menarik nafas panjang.

Tiiitt tiiitt tiiitt

Suara monitor itu mengalihkan atensi Dhani. Mata Dhani melotot tidak percaya, bagai mana tidak monitor itu menunjukkan garis lurus yang artinya tidak terdeteksi nya detak jantung dari Etta.

Mata Dhani mengeluarkan cairan bening dengan deras, turun ke pipi Dhani.
Dengan cepat Dhani memencet tombol yang ada di atas ranjang Etta

Dengan cepat perawat datang dan meminta Dhani keluar dari ruangan rawat Etta.

Punggung Dhani menyandar di dinding  tubuh nya merosot ke lantai
"Yatuhan jangan ambil adik hamba, hamba mohon jangan biarkan dia pergi dari sisi kami. Hamba janji akan menjaga dia, hamba mohon ya tuhan"

Dari kejauhan Geo dan Aletta melihat putranya yang berjongkok di lantai sambil menangis.

"Ada apa sayang?"
Aletta menepuk punggung putra nya

"Tadi Etta kehilangan detak jantung nya"
Dhani menutup mukanya dengan kedua tangan nya.

Mata Geo dan Aletta membulat sempurna, kaget Dengan apa yang di katakan putranya ini.

"Ayah Etta akan sembuh kan? Etta akan sembuh kan ayah hikss... Etta akan sembuh kan?"
Geo memeluk tubuh istri nya berusaha menguatkan nya.

"Etta anak yang kuat bunda, dia anak yang kuat."
Geo percaya akan anak gadis nya itu. Dia percaya bahwa Etta kuat, dia anak yang hebat, banyak orang yang takut sama putrinya ini, dia akan bertahan.

Tidak berapa lama dokter beserta perawat yang merawat Etta keluar dari ruangan rawat Etta.
"Bagai mana dok keadaan anak saya!?"
Geo maju dan menatap dokter Lala dengan penuh harap.

Dokter Lala menarik nafas nya
"Nona Etta sudah sadar, tapi...."
Dokter Lala menggantung perkataan nya

Geo, Aletta dan Dhani tersenyum bahagia atas apa yang di sampaikan dokter kepercayaan keluarga algibrata.

"Tapi apa ya dok"
Dhani bertanya karna penasaran atas apa yang dokter Lala sampaikan

"Bisakah saya bicara dengan tuan Geo di ruangan saya setelah tuan menemui nona Etta"

Geo mengangguk mengiyakan permintaan dokter Lala.

Tanpa aba-aba mereka bertiga dengan cepat membuka pintu kamar Etta.

"Etta?"
Panggil Dhani kepada adik nya

"Etta sayang"
Aletta memegang pipi mulus Etta.
Tidak ada respon dari cewek cantik itu. Pandangan nya tetap lurus ke depan seperti tidak mengetahui ada seseorang yang mengajak nya bicara.

"Etta kamu tidak apa-apa?" Tanya Geo sambil mengelus kepala Etta

Etta menoleh kearah mereka satu persatu, dengan tatapan kosong Etta bertanya "kalian siapa?"

Kaget, itulah yang mereka rasakan.
Apa yang terjadi. Kenapa Etta tidak mengenali mereka?

"Ett jangan bercanda deh, gak lucu"

"Bun, Dhani ayah ke dokter Lala dulu ya"

Aletta dan Dhani mengangguk mengiyakan ucapan Geo.

•••••

Geo berjalan memasuki ruangan dokter Lala dengan tatapan tajam khas dari keluarga algibrata.

Geo membuka pintu tanpa ada permisi atau mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Silahkan duduk tuan"
Dokter Lala mempersilahkan Geo untuk duduk di sofa ruangannya.

"Jelaskan"
Kata Geo dingin

"Jadi begini tuan, karna benturan di kepala bagian belakang nona Etta menyebabkan saraf pusat rusak akibat nya nona Etta kehilangan ingatannya sedangkan untuk mengembalikan nya saya rasa sangat susah karena yang rusak itu saraf pusat nya yang artinya berpengaruh ke saraf-saraf lain nya"

"Jadi?"
Geo mengangkat sebelah alisnya

"Untuk saat ini jangan paksa nona Etta untuk mengingat apapun, takut nya akan merusak semuanya mulai dari pendengaran, penglihatan dan lain-lain"

Geo berdiri dan keluar tanpa sepatah kata pun.

Apa yang harus Geo katakan ke Aletta apa yang harus Geo jelaskan ke Dhani apa yang harus Geo lakukan jika tuan besar menanyakan nya.

Geo merasa tidak pantas menjadi sosok ayah bagi anak-anak nya. Geo gagal menjaga mereka.

Geo membuka pintu kamar Etta dengan tatapan kosong
"Kita bawa Etta pulang"

"Tadi dokter Lala bilang apa yah?"

Dengan penuh sakit hati Geo menjelaskan semuanya Tanpa ada yang terlewat.

Tangisan Aletta sekali lagi pecah, merasa tidak berguna menjadi sosok ibu bagi Etta.

Dhani mengelus punggung bunda nya
"Tidak apa-apa bunda, ayo kita rawat Etta sampai sembuh"

Aletta memeluk tubuh kekar Dhani

Geo berjalan ke arah Etta berdiri di depan nya
" Hy saya ayah kamu nama saya Geo, dan dia"
Geo menunjuk ke arah Dhani dan Aletta
"Dia bunda kamu Aletta dan pria itu Abang kamu Dhaniar"

"Lalu aku?"
Etta menunjuk dirinya sendiri
"Aku siapa?"

Mendengar pertanyaan itu ada rasa sakit di dada Geo
"Kamu kenzy valetta algibrata yang sering di panggil Etta Putri kami"

"Etta?"

Geo mengangguk atas pertanyaan Etta
"Nama yang bagus"
Geo mengelus rambut lembut Etta

Etta tersenyum, senyum yang tulus yang jarang sekali mereka lihat dari wajah cantik nya, senyum yang jarang di tunjuk kan oleh sang pemilik. Dulu kata Etta saat Dhani meminta nya senyum dia selalu bilang.
'berhenti nyuruh gw senyum!!! Gw jelek kalau senyum'

Nyatanya bukan jelek tapi Etta terlalu pelit menunjukkan ke manisan dari senyum nya.

Aletta menghampiri anak nya
"Kita pulang ya?"

"Pulang?"

"Iya pulang ke rumah kita"

"Aku punya rumah?"

Aletta mengangguk
"Tentu saja, rumah yang besar dan nyaman"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih sudah mampir di ceritaku ya:) jangan lupa vote dan komen;) (◍•ᴗ•◍)❤

KENazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang