Part 7 : Tension

1.8K 221 16
                                    

"Ada apa mencariku?" tanya seorang gadis belia yang sudah Ben tunggu sejak tadi. Wajahnya nampak tak suka melihat beberapa orang di sekitar dengan pakaian mewah yang tak sebanding dengannya.

Ben menghela napas lega melihat Izzaty benar-benar datang di hadapannya, ia juga melihat pria yang tadi ia percaya di samping gadis itu tengah tersenyum menampakan deretan giginya yang tidak rata.

"Terimakasih," ucap Ben tulus dan memberi kode padanya untuk segera pergi, karena kali ini Ben akan menyelesaikan agendanya tanpa berbasa basi, setelah cukup lama ia membuang waktu. Ben lalu kembali menatap sang gadis yang sepertinya terganggu dengan kehadiran pria itu.

Wajah Izzaty nampak tak bersahabat. Gerakan tangan yang gelisah dan tidak nyaman tersirat jelas dari bahasa tubuhnya. Ben menyuruh izzaty duduk di seberang, tepat di samping Elodie yang ikut memperhatikan gadis itu dari balik kacamata hitamnya sembari bertanya-tanya, untuk apa Ben menemui gadis biasa yang terlihat masih muda itu? Tapi lebih dari pikirannya, Elodie refleks menggeser kursi menjauh. Bukan karena ia tidak mau duduk bersebelahan dengan gadis itu, tetapi ia lebih ingin menjaga privasi identitasnya, walaupun mungkin orang-orang sudah mulai curiga pada Elodie.

Menyetujui apa yang diperintah Ben, Izzaty duduk dengan ragu-ragu tanpa berani menatap Ben.

"Sebelumnya perkenalkan, aku Benjamin Altarick Revano," ucap Ben sopan sembari menggeserkan kartu namanya di meja ke arah Izzaty dengan ujung jari telunjuknya.

Perlahan, Izzaty mengambil kartu nama itu dan membacanya sejenak. Ia terdiam, Rautnya memucat seketika.

"A-ada apa mencariku?" tanyanya berusaha cukup tenang.

Melihat gelagat Izzaty, Ben tersenyum, ia tahu bahwa Izzaty kini tengah gugup bahkan terlihat takut padanya juga menandakan apa yang Husein katakan benar. Dia adalah seorang korban.

"Apa benar, namamu Izzaty Aulia?" tanya Ben memastikan.

Gadis itu mengangguk pelan.

"Ada hal yang ingin aku tanyakan, bisakah kau menjawabnya dengan jujur?"

"Hm, ya, baiklah," jawab Izzaty sedikit menjeda.

"Apa kau mengenal Pak Anderson?" tanya Ben tanpa basa basi.

Aliran darah berdesir dalam tubuh Izzaty ketika mendengar nama itu, tentu Ben dapat menangkap wajah Izzaty yang semakin memucat.

"Ji-jika yang kau maksud Pak Anderson, seorang pemilik sekolah, ya, aku mengetahuinya, aku sedang menempuh pendidikan di sekolahnya."

Ben menyeringai. Gadis di hadapannya nampak terlihat begitu kuat, walaupun sebenarnya Ben tahu ia sangat rapuh.

"Kau mengenalnya atau mengetahuinya?"

"Keduanya, aku pernah berbincang dengannya masalah beasiswa."

"Kalau begitu, apa kau menyukainya?" tanya Ben lagi.

Izzaty terdiam sejenak. Sembari mengait-ngaitkan jemari tangannya di bawah meja, ia menunduk menatap es krim yang baru saja dibawakan pelayan untuknya.

Dari samping, Elodie memperhatikan gerakan gadis itu, ia masih belum paham apa yang terjadi, tetapi ia akan menyimak percakapan mereka, karena penasaran apa yang sebenarnya Ben lakukan.

"Ya, tentu saja aku menghormati Pak Anderson, dia memberikan beasiswa untukku," jawab Izzaty akhirnya.

"Maksudku, kau menyukainya sebagai seorang pria?"

"Huh? Ti-tidak mungkin aku menyukainya, dia seperti ayahku."

"Lalu, apa dia berperilaku baik padamu?"

Eat YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang