Bagian keSepuluh : Menang & kalah

574 75 10
                                    

Sorry for typo ygy

Ternyata benar perempuan yang memiliki trauma itu tidak pantas untuk siapapun.

Karna pada dasarnya, perempuan dengan trauma akan lebih mudah emosi dan terkadang egois serta sulit untuk mempercayai orang lain.

itu bukan tanpa alasan namun terpaksa karna ia tidak ingin terluka untuk kesekian kalinya.

"Apa bener kaya gitu kal?" karin menarik kembali aerphonenya yang semula dia sumpalkan ke telinga Haikal sengaja agar cowok itu mendengarkan podcast yang sedang karin simak.

Haikal menggelengkan kepala sebagai jawaban "gua gak tau, kan yang ngerasain trauma itu lo rin bukan gua" kata Haikal acuh.

"menurut lo gua egois ga?" Tanya karin lagi karna merasa tidak puas akan jawaban yang Haikal beri.

"engga"

"Emosian?"

"kadang-kadang cuma pas mood lo lagi ga bagus"

"Ko lo tau" Karin heran.

"kan lo yang ngasih tau pe'a"

"oh iya, oke lanjut apa gua gak pantes buat siapa-siapa kal?" untuk yang satu ini karin agak lirih saat mengatakannya.

"Gua" Jawab Haikal.

"apa?" tanya karin bingung.

"Lo pantes buat gua, Karin anastasia ini cuma buat seorang Haikal raditya gak boleh orang laen kecuali gua"

Karin berdengus menatap Haikal yang berdiri dari duduknya dan mengucapkan perkataannya tadi dengan dramatis.

"Tembak gua dong kal, jangan di gantung mulu, capek tau berharap terus sama lo. ntar gua di phpin lagi" Ujar karin.

Haikal kembali duduk dan mengusak pucuk kepala karin yang terbalut kupluk hoodie "cieee, kayaknya pengen banget jadi pacar gua" goda Haikal.

"Bukan gitu gua bingung aja, Sebenernya hubungan kita itu apa sih? Temen? Komitmen? Atau pacar?"

"Pasutri" Jawab Haikal dengan lantang.

"Dih ga jelas lo"

"Jelas dong arin, Kan kita bakalan nikah, terus punya anak 15 biar bisa saingan sama gen Halilintar"

"yeu nikah-nikah nembak aja lo g berani, pacaran aja blom udah ngomongin rumah tangga"

"ya tapikan kita jodoh"

"jodoh tuh yang ngatur tuhan bukan elo"

Karin tersulut emosi karna Haikal terus menanggapi ucapannya dengan candaan padahal kan Karin sedang mode serius.

---

Selepas mengantarkan karin kembali ke kosan setelah selesai ngampus, Haikal bergegas melajukan motornya pergi membelah jalanan yang ramai di sore hari.

Haikal memang terlihat baik-baik saja namun pikirannya penuh dengan rencana dan segala masalah yang datang bertubi-tubi sehingga Haikal bingung bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalahnya agar Haikal dapat kembali tenang.

Setelah sampai di pekarangan rumah juna dan baru saja Haikal melepas helmnya, handphone karin yang sengaja Haikal pegang berdering.

Haikal melihat siapa yang menelpon, setelah mengetahuinya Haikal hanya menghela napas lelah dan berdecak malas.

"Mau ngapain lagi lo!"

Terdengar kekehan geli di sebrang sana, Marsel menertawakan Haikal.

"Ngegas amat lo kal, Karin mana?" Tanya Marsel dengan entengnya, membuat Haikal mengepalkan tangannya emosi.

G A N T U N GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang