Bab 15: Pertarungan

35 15 0
                                    

Semua pandangan mengarah ke arah mereka termasuk seseorang yang sedari tadi diam dan duduk di paling ujung, kedua kakinya diikat rantai dengan bibir pucat dan tubuh kurusnya ia bangun.

Nathan laki-laki itu tersenyum dua tahun pernantianya menunggu bantuan Zoi, mengorbankan seluruh tenaganya untuk kabur dari tempat yang mengerikan bersama penduduk Zoi, berkali-kali usahanya gagal. Rsa putus asa yang sebelumnya ia rasakan tiba-tiba runtuh digantikan dengan harapan baru yang selama ini mereka inginkan.

Seluruh tubuh Leo bergetar, remaja itu berjalan pelan ke arah saudara laki-lakinya itu, memeluk Nathan memberikan kehangatan pada saudaranya itu.

“Kak Nathan!” Jojo memeluk Nathaan erat, ia sangat rindu pada Nathan yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Melihat itu mereka semua terharu dan merasa bersyukur.

“Bagaimana cara melepaskan ini?” tanya Leo memegang rantai yang mengikat Nathan.

“Terimakasih” suara parau Nathan menambah duka dihati Leo dan Jojo, sementara Tama masih diam, sambil mencari orang yang selalu datang dalam miminya.

“apa kau Tama?” tanya Nathan melirik ke arah Tama, Nathan bisa menebaknya karena wajahnya yang sangat mirip dengan pemimpin bentala Zoi.

Tama mengangguk masih dengan posisinya. “apa kalian melihat ayah dan ibuku?” tanyanya, penduduk Zoi menunduk sedih kalau mengingat bagaimana kejadian dua tahun lalu saat mereka sampai dibungker ini.

“Mereka gugur, saat mereka melindungi kami dan daratan yang sudah kami temukan” ucap seorang kakek tua yang duduk di sebelah Lily.

Tama tersenyum menanggapi itu walaupun sebenarnya ia merasa sedih. Siapa yang tidak sedih saat orang yang dikasihi pergi untuk selamanya? Ia harus ikhlas, samppai akhirpun ia tetap bangga menjadi anak dari kedua orang tua seperti James dan Anya.

“Mengapa kalian tidak mencoba kabur?” tanya Leo. Sudah berulang kali mereka mencoba kabur, namun semuanya gagal, banyak orang yang sudah kehilangan harapanya, bagaimana tidak kalau mereka melihat pemimpin yang mereka jadikan pegangan sudah gugur dihadapan mereka.

"Saat James dan Anya gugur saat itu pula kami kehilangan harapan, hanya Nathan yang berjuang mencoba membebaskan kami, sementara kami hanya pasrah dengan keadaan"

Jelas pria itu, tubuh kurus menambah kesan tuanya, Jojo yakin laki-laki itu tidak setua kelihatanya.

"Aku akan mencari Bomi dan Jombrang, dan mengalihkan perhatian, dan saat itu kalian berdua selamatkan mereka .tidak usah khawatir pada kami bertiga, kami akan selamat dengan penduduk Zoi yang masih ada dipenjara" ucap Tama saat melihat raut khawatir dari Jojo. Tama memasang kembali kain itu untuk menutup wajahnya, lalu keluar dari ruangan dan meninggalkan mereka

" Nyonya Charlotte yang menyimpan kunci itu" ucap Lily menunjuk rantai Nathan

"Lily akan mengambilnya" ucap gadis kecil itu, namun tangan Jojo dengan cepat meraih tangannya.

"Biar kakak temani" Lily mengangguk, Jojo takut jika wanita yang disebutnya nyonya itu malah memukul Lily, atau melakukan hal kasar pada Lily.

Sebenarnya Jojo hanya akan mengawasi Lily, dan bersiap membantu saat Lily ketahuan, ataupun dalam bahaya. Ia tidak ingin gadis kecil itu diperlakukan kasar hanya karena hal sepele, itu benar-benar menyayat hatinya.

Jojo mengikuti Lily sesekali ia bersembunyi takut ketahuan oleh penduduk bunker, sesampainya di sebuah pintu besi, Lily mengetuknya pelan lalu masuk lalu menutup pintu menyisakan ruang kecil agar Jojo bisa mengawasinya.

"Kenapa baru datang!?"bentak wanita itu pada Lily. Jojo mengepalkan tangannya geram dengan perilaku wanita itu.

"Bersihkan ruangan ini, ingat jangan sampai ada yang hilang" wanita itu berbalik ke arah lemari besar diruangan itu, mengambil beberapa lembar kain. Sementara Lily mencoba mengambil kunci yang diikat wanita itu di pinggannya.

Bentala Biru (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang