Bab 16 : Akhir

57 18 0
                                    

Pergerakan kecil dari gadis itu membuat orang-orang di atas perahu menghampirinya. Jojo membuka kedua matanya membiarkan cahaya lampu masuk keretina. Matanya melirik ke kiri dan kanan memperhatikan wajah-wajah penuh harap yang tengah menatap Jojo.

“akhirnya kau sadar!” Bomi menggenggam tangan Jojo erat, kali ini Bomi menangis bahagia, melihat sahabatnya itu terbangun setelah tidur dua hari lamanya.

Leo membantu Jojo duduk lalu memberikan segelas air putih ke arah gadis itu. Jojo mengambilnya dengan kedua tangan yang terasa lemah, bahkan Leo membantunya memegang gelas karena tangannya yang bergetar.

“Aku selamat, haha” ucapnya setelah menyerahkan gelas itu sepenuhnya pada Leo. Semua orang tersenyum menatap Jojo kecuali Tama yang menatapnya datar.

“Luka ini pasti sangat perih” tunjuk Fredi pada perban yang ada pada leher Jojo, gadis itu menyentuhnya lalu meringis.

Jojo kembali fokus kepada semua orang di sana, rasa bahagia kali ini tidak bisa ia tutupi, Jojo sangat senang saat melihat semua orang tertawa sesekali bercanda.

“Daratan! Aku melihat daratan!” suara keras Jombrang membuat orang-orang keluar, penasaran hendak melihat, termasuk Jojo yang dibantu oleh Bomi.

Jojo menatap kedepan, memperhatikan pepohonan yang terlihat dari jauh, bibirnya tersenyum lalu memluk Bomi erat.

“Penduduk Zoi yang lalu sudah menemukan daratan ini, sejak dua tahun lalu, namun saat itu mereka berencana menyelamatkan orang-orang sekitar sebelum menghubungi Zoi, tapi sayang penduduk bungker malah menyandera mereka semua, orang tua Tama tutup mulut, semua peralatan yang terhubung dengan Zoi dirusak oleh mereka” Nathan mengelus kepala Jojo sayang, sambil menceritakan kejadian dua tahun lalu.

Jojo mengangguk paham, kali ini semua kesedihan dan kekhawatiran sudah berlalu, Jojo melirik Tama yang berada di depanya, Jojo sangat bangga pada laki-laki itu.

Kapal mereka mendarat di tepian pantai, semua orang turun dengan bersuka ria, termasuk Jojo dan teman-temanya. Mengagumi betapa indahnya alam yang baru pertama kali mereka lihat secaa langsung sejak mererka lahir.

Melihat Lily dan anak-anak lain yang berlarian kesana kemari membuat Jojo tersenyum senang, anak berusia lima tahun itu sudah melalui kehidupan yang panjang dan menyedihkan dan merasakan kebebasan seperti ini tentunya membuat Lily bahagia.

“Aku sudah menghubungi Zoi, kemungkikanan dua hari lagi mereka akan datang” ucap Tama memberi tau Jojo lalu pergi menjauh, Jojo merasa aneh dengan sikap dingin Tama entah apa yang membuat remaja delapan belas tahun itu bersikap dingin.

Hari sudah semakin sore, penduduk Zoi memutuskan memabangun tenda dipinggir pantai, sementara para mermaid dan Celo memutuskan untuk tinggal di lautan dekat dengan pulau yang penduduk Zoi tinggali.

Dua hari berlalu dengan cepat, semua penduduk Zoi duduk di tepian pantai menunggu kapal selam Zoi tiba. Mereka sudah tidak sabar untuk bertemu dengan keluarga mereka masing-masing.

Hingga dari jauh terlihat sebuah kapal selam yang naik ke permukaan air, semuanya takjub memperhatikan Zoi yang berhenti tepat di hadapan mereka.

Semua orang didalam Zoi keluar satu persatu, beberapa orang berlarian menghampiri keluarga mereka. Termasuk Leo yang berlari sambil menarik Tama ke arah pak Wili dan Bu Kia.

Sepasang suami istri itu langsung memeluk kedua putranya, menangis haru sambil mengelus-elus kepala Leo dan Nathan. “Terimakasih Tuhan” ucap syukur bu Kia.

“Jojo!” panggilang itu membuat Jojo langsung menoleh ke arah ibu dan ayahnya yang sedang menggendong Niko.

“Ayah! Ibu!” panggilnya Jojo memeluk kedua orang tuanya.“Ayah Ibu aku berhasil!” ucap Jojo gembira, Henry dan Siya mengangguk, mereka sangat bangga pada putrinya itu.

Semua orang berbahagia tidak terkecuali Tama, Alex memeluk cucunya itu, air matanya jatuh ia pun bangga pada Tama.

“Hei apa kau tak merindukanku juga?” Alex kaget saat mendapati Fredi di sebelahnya, lalu Fredi memeluk Alex bersahabat.

“Aku tidak tau harus berkata apa, tapi kali ini aku benar-benar bahagia” ucap Alex, Fredi tersenyum lalu mengelus puncak kepala Tama, namun Tama dengan cepat menepisnya. “jangan sentuh kepalaku!” ucap Tama sementara Alex dan Fredi hanya tertawa.

***

“Lily, mengapa kau ikut bersama ayah dan ibumu saat mereka menjalankan misi?” tanya Jojo saat ia menemani Lily menggambar di pasir.

“Karena tidak ada yang menjagaku jika aku tinggal, tapi ternyata walaupun aku ikut, ibu dan ayah tidak bersamaku” Jojo mengelus rambut Lily sayang gadis kecil itu sudah terlalu banyak merasakan kesedihan.

“Kak Jojo, mengapa suaramu terdengar seperti Buck?”

“Karena suara cemprengnya memang sama seperti seekor burung yang kau temui itu” jawab Tama, lalu duduk di sebelah Jojo dan Lily.

Jojo hanya menatap Tama sinis, sudah seminggu Tama tidak pernah mengajaknya berbicara, tapi kali ini cowok itu mau membuka mulutnya di hadapan Jojo dan lily.

“Ohhh begitu” ucap Lily sambil mengelus robot burung milik Fredi itu.

“Tumben kau mau berbicara di depanku” ucap Jojo, Tama meliriknya sebentar lalu memandang matahari yang beberapa jam lagi hendak tenggelam.

“Kau sebaiknya menghiangkan kebiasaanmu mendorong orang lain” ucapan Tama membuatnya teringat kejadian saat Jojo mendorong Tama kelaut.

“Ohh kau marah karena itu, maaf aku tidak bermaksud, aku hanya tidak ingin mereka semua kehilangan harapan lagi kalau melihat pemimpin mereka mati” Jojo menunduk merasa bersalah, mungkin Tamatidak mengerti apa yang dirasakan Jojo saat itu, tapi Jojo pun tidak tau bagaimana perasaan Tama saat melihat temanya hampir saja mati karena ia gagal melindunginya.

“Kau tau pemimpin tanpa sebuah tim itu bukan apa-apa” Jojo mengangguk paham, lalu mengulurkan tanganya ke arah Tama. Tama diam memandangi uluran tangan Jojo di hadapanya, tanpa berniat meraihnya sedikitpun.

“Kau tidak memaafkanku?”tanya Jojo, Tama tersenyum lalu meraih tangan Jojo.

“Wah sepertinya kalian sudah berbaikan” ucap Bomi yang datang bersama Leo dan Jombrang. Jojo mengangguk, lalu merangkul Bomi agar duduk di sebelahnya, sambil menikmati matahari sore dan suara deburan ombak di hadapan mereka.

Dalam kehidupan setiap orang memiliki masalah mereka masing-masing, cara menyelesaikan masalah itupun tergantung bagaimana orang itu menyikapinya, satu hal yang tidak boleh mereka lakukan yaitu menyerah pada situasi, karena yang menghentikan langkah orang itu adalah diri mereka sendiri, saat mereka rasa mereka tidak mampu berjuang, maka mereka harus siap akan semua hal yang harus mereka terima.

Sebuah tim tidak akan pernah berhasil jika tidak adanya kerja sama dan kepercayaa satu sama lain, agar mampu melangkah menyelesaikan apa yang menjadi tujuan mereka.

Banyak orang beranggapan bahwa mereka lemah dan tidak lebih kuat dari apa yang mereka pikir, tanpa tau kekuatan itu berasal dari dalam. saat mereka mengira diri mereka lemah maka itu lah mereka di pandangan mereka, sehingga orang lain pun akan beranggapan seperti itu. Namun jika mereka berfikir diri mereka kuat dan selalu yakin bahwa diri mereka mampu, semua orang pun akan berfikir seperti itu. Mencintai diri sendiri adalah hal utama yang harus dilakukan setiap orang, namun kadang banyak orang lain yang lupa akan hal itu.

“TAMAT”

Bentala Biru (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang