waktu mundur

2.3K 156 40
                                    





________________________
_____________





Rombongan berkuda mengelilingi seorang pria bertudung secara melingkar. Sosok itu meringkik kesakitan dengan darah terus mengucur pada jantungnya.

Sialan, ia bukan makhluk abadi seperti yang lain....

"Pengkhianat berhak mati"

Ingin sekali ia tertawa keras dengan seruan yang dilontarkan padanya. Sudut bibirnya tertarik membuat lengkungan tipis yang mungkin tidak disadari orang-orang berbaju besi nan berwibawa

"Aku hanya mengambil hakku"

"Kau sama sekali tidak berhak bahkan untuk berlutut dihadapanku"

Netra biru milik sang pangeran tetap pada posisi awal, enggan beranjak atau beralih melihat objek lain ketimbang pria yang semakin mendekati ajalnya

"Seharusnya kalimat itu kuucapkan untukmu, dan bangsamu pangeran"

Nertra beda warna bertubrukan, sangat sakit saat pemimpin rombongan memancarkan aura dominan yang sudah lama diwariskan, "ini balasanmu atas apa yang aku berikan? Kau adalah sosok yang disegani dinegeri ini"

"Karena aku berbeda"

Ya pria bertudung itu bukanlah manusia biasa. Ia memiliki keistimewaan yang mana tidak ditemukan dari jutaan manusia diabad ini. Entah karena kaumnya langka atau memang telah binasa

"Verco Decolando..."

Yang dipanggil mendongak. Calon pemimpin bangsa itu setengah kaget melihat ekspresi yang diterima, ia sangat tau bahwa orang dibawahnya sangat tunduk padanya bahkan menyurahkan jiwa untuk dirinya juga. Tapi entah badai dari mana semua tiba-tiba berubah. Sosok yang ia anggap kerabat membuat bencana dalam waktu singkat

"Kenapa kau melakukan kejahatan ini?"

Mata biru menyipit,"maafkan aku, tapi ini salah ayahmu, salah leluhurmu", mulutnya terus mengeluarkan darah pekat

"Jika saja ayahmu tidak bertemu kaumku, tidak berteman dengan salah satu kaumku, tidak mengambil tanah kaumku dan tidak menghancurkan kaumku!! Aku tidak akan seorang diri didunia yang penuh tipu daya ini!!"

Suaranya bergetar, pangeran dapat melihat kilatan amarah dan kekecewaan. Tapi sungguh iapun tidak tau apa-apa tentang sejarah masa lalu yang mengharuskan ia berhadapan dengan sahabat karibnya

"aku tidak tau me ___

"Aku paham, dan aku menyesal karena dekat denganmu Geor"

"Karena aku tidak akan bisa membunuh sahabatku sendiri" Lanjutnya dengan suara lirih

Jantung dalam tubuhnya meledak, darah menyiprat mengenai sandal kulit sang pangeran. Ia tersenyum kembali dengan tampilan gigi rapih, "aku hanya membunuh ayahmu, pamanmu, petinggi-petinggi itu namun tetap saja itu belum cukup untuk membalas dendamku pada bangsamu Ge"

"Aku hidup dalam lingkup orang yang membinasakan kaumku, aku tertawa kepada orang-orang jahat dengan topeng yang dipasang pada muka mereka, aku bekerja ditempatku sendiri, mendapatkan uang yang seharusnya aku miliki"

"Aku tidak meminta jabatan yang ayahmu sematkan padaku, aku hanya meminta kembalinya kaumku Geor"

"Apakah aku salah membunuh mereka?" Tanyanya, Verco sangat tau konsekuensi atas apa yang dilakukan. Ia sudah menduga bahwa balas dendamnya akan mengantarkan ia kepada para leluhur yang telah pergi ke nirwana

"Dia ayahku Ver"

"Karena dia aku sendirian Geo"

Semua orang hanya diam, ingin sekali Georje menampik tetapi fakta sudah berbicara. Ia tau ayahnya salah, sangat salah. Jika bukan karena hukum negara ini, sudah ia pastikan bahwa ia enggan terlibat.

Karena kekuasaan, sahabatnya harus menjadi satu-satunya yang tersisa.

"Maafkan aku Geor, karena dendamku akan melingkupi kehidupanmu"

Langit menjadi gelap gulita, awan abu-abu seperti mengitari manusia dibawahnya. Asap-asap menjelma bagai badai dibawah kuasa manusia istimewa.

Verco meremat separuh jantung yang tersisa, cengkeraman ini tak sebanding sengan luka yang timbul oleh kilatan masa lalu. Ia hanya mau keadlilan semesta untuk berpihak padanya.

"Aku memang tidak bisa membunuhmu dan istirmu yang kelewat baik padaku Geor"

"Jadi bolehkah aku mengutuk keturunanmu?"

Sang pangeran menggelang saat melihat jantung sahabatnya mengeluarkan cahaya merah dengan lelehan darah yang tak ada habisnya. Jika boleh jujur ia ketajutan setengah mati.

"Aku bersumpah demi leluhurku, bahwa dendam tidak akan mati kecuali keturunan Xanthew menerima takdir kelamnya"

Georje menelan ludah, kakinya mendekat dengan raut bingung, "aku mohon bunuh saja aku ketimbang kau mengorbankan keturunanku Ver, mereka tidak tau apa-apa"

"Demi mantra nenek moyang, demi siren dilaut dengan nyanyian, sosok penghisap darah, sang alpha yang mendiami hutan belantara, telinga runcing, dan kaum immortal lainnya. Bantu aku yang sudah mendekati ruang hama ini"

Tanah bergoyang, tanganya sibuk mencabut jantungnya sendiri

"Keturunan Xanthew akan melahirkan bayi perempuan hingga berabad-abad lamanya. Bayi yang lahir akan tumbuh dewasa, menikah dan mengandung bayi perempuan lagi hingga kutukan mencari sosok yang amat tepat baginya"

"Jika waktunya tiba! Seorang anak laki-laki manis akan lahir kedunia dari pernikahan keturunan perempuan terakhir Xanthew dengan pemuda bukan dari kaumnya sendiri. Keduanya akan membuat kutukan datang dan mendiami buah hati mereka. Sang anak datang dengan beragam bencana. Anak yang akan menanggung kejahatan leluhurnya dengan kesakitan dan ketakutan"

Verco, penyihir tingkat atas dengan kekuatan magis yang amat dasyat

"Aku mohon Ver!! Berhenti!!! Kau tidak mungkin sejahat ini"

Petir menyambar dan untuk kesekian kalinya ia dapat melihat senyum tersuguh nampak apik nan indah. "Hanya ini yang akan membuatku pergi dengan tenang". Mata Verco berubah putih menyeluruh, lelehan darah juga mengalir tak begitu deras.

"Dia akan diincar semua kaum yang ada disemesta. Keturunan Xanthew yang membuat huru hara, membentang tali merah antaranya dengan takdir yang kucipta. Semua maju, memulai peperangan, darah tumpah diabad orang tak mempercayai mitos dan legenda. Mereka ada dengan keajaiban yang luput dari manusia lainnya"

"Hanya satu, keturunan yang akan menanggung"

"Berhenti!!!"

"Dia pemegang kendali perasaan penguasa bangsa semesta"

Jantungnya terlepas dari tempat dan berpindah digenggaman. Badanya oleng dan ambruk seketika menyatu dengan tanah. Georje melihat sendiri jasad sahabatnya ditumbuhi daun serta akar, membentuk gundukan tinggi dengan bung-bunga diatasnya

Terlepasnya jantung Verco menjadi pertanda kutukan itu telah tercipta

Georje menatap langit yang masih menghitam, burung gagak beterbangan dengan suara memekik telinga. "Maafkan aku, maafkan leluhurmu nak" isakan terdengar jelas. Prajurit yabg masih setia dibelakang pun busa merasakan kesedihan sang pangeran.

"Maaf karena kau yang harus menanggung semuanya, maaf karena ulah leluhurmu kau harus menderita"


























Hehe🤣



Malédiction | Yoshi Harem III [ HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang