9. Dunia yang Berbeda

5 1 0
                                    

Brompton Road, Knightsbridge, London.

Ainsley mengingat tempat itu dengan jelas. Tempat di mana rentetan pertokoan dengan salah satu warung internet yang berdiri di pojok pusat perbelanjaan tersebut.

Perempuan itu mengerutkan kening karena keterkejutan. Dia mengira, portal dimensi tadi adalah sesuatu yang membawanya ke Kota Plastik versi liliput seperti sebelumnya. Namun, kali ini yang terjadi hanyalah sebuah teleportasi singkat yang membawanya ke depan bangunan warung internet.

Ainsley tersenyum. Alasannya bukan karena dia langsung berada di depan tempat tersebut. Hanya saja, keluar dengan cepat dari loteng yang gelap membuatnya amat sangat bahagia. Terlebih, sejak awal tujuannya memang tempat di depannya, datang lebih cepat atau terlambat sedikit pun tak apa, asalkan dia dapat melarikan diri dari kawasan bangunan yang menghantuinya hingga saat ini. Seolah wajar, kejadian fantasi yang menimpanya terasa amat sangat nyata sehingga dia yakin untuk percaya.

Butiran salju berjatuhan, ketika suara keramaian terdengar. Ainsley berpaling ke sekitar, menatap padatnya London yang penuh dengan orang-orang saling berbagi cinta di pinggiran jalan. Bahkan, antrian toko kue pun terlihat panjang meski salju udara terasa sangat dingin.

"Ini masih jam delapan malam," ucapnya setelah melihat jam tangan.

Lalu Ainsley mendorong pintu kaca di depannya. Dia memasuki bangunan dengan interior bergaya minimalis tersebut. Menghirup dalam-dalam udara ruangan yang dipenuhi dengan koleksi kaset game, kemudian menatap poster familier dengan laki-laki berambut pirang, yang membuat dadanya terasa nyeri dalam seketika.

"Sebentar lagi, tunggu aku, Ethan."

Kemudian Ainsley berjalan mendekat ke arah resepsionis. Berdiri di sana cukup lama, menunggu seorang operator datang.

"Oh, kamu lagi!" seru wanita yang sedang berjalan ke arah meja resepsionis.

Alis Ainsley tertaut, tak lama setelah dia melihat seseorang di depannya. Kemudian tersenyum simpul, mengangguk pelan meski pemikirannya berkelana akibat perkataan yang baru diucapkan oleh orang yang diketahui namanya sebagai Melinda.

"Di tempat yang kemarin kamu tempati, kan?" Melinda duduk di atas kursi, kemudian menghidupkan komputer seperti kebiasaan perempuan itu yang dilihat Ainsley kemarin.

"Iya ...." Ainsley merogoh saku mantel jelaga yang membalut tubuhnya. Mencari pecahan pound sterling, meski wajahnya panik karena sejak tadi perempuan itu tak kunjung menemukan benda yang ingin ia berikan.

Seketika dia teringat. Uang yang tadi ia ambil dari kado natal menghilang memasuki inventaris virtual. Membuat perempuan itu bergetar, tatkala ketidaktahuannya mengenai cara menggunakan uang virtual.

Akibat terlalu fokus melarikan diri, dia jadi tidak sadar bahwa uang juga penting untuk pelariannya. Tak lama, penyesalan menggerogoti perasaan perempuan itu. Ainsley memasang raut sedih, kemudian membuka suara sambil memperhatikan Melinda yang sedang terdiam menatapnya.

"M–maafkan aku ... uangku hilang," ucap Ainsley parau.

Sontak Melinda tertawa. Tiada henti dia mengeluarkan suara nyaring, membuat Ainsley kebingungan, juga takut perkataannya barusan akan menjadi sebuah lelucon untuk wanita di depannya.

Lalu Melinda menepuk pipinya dengan kencang, seketika tawanya terhenti dan wanita itu kembali menjadi perempuan ramah. Menyunggingkan senyum seraya berusaha mengusap rambut jelaga milik Ainsley, Melinda kemudian membuka suara.

"Jangan khawatir. Bukannya kamu telah membayar uang langganan sehari yang lalu?"

Ainsley kebingungan. Sejak tadi, Melinda berkata seolah-olah dirinya dan perempuan di depannya pernah bertemu sebelumnya. Padahal, Ainsley pun yakin bahwa kini dia kembali ke masa lalu. Buktinya dengan banyak kegiatan yang seolah deja vu, juga malam natal yang dia ingat seperti terakhir melarikan diri.

"Memangnya ... aku pernah bersinggah di sini sebelumnya?" tanya Ainsley ragu-ragu.

Melinda mengerutkan kening, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Ainsley. "Bukannya kita bertemu di malam sebelumnya? Ketika kamu ke sini sambil memakai mantel hitam. Aku mengingat betul, bagaimana kamu berdiri sangat lama di depan poster game yang telah berhenti beroperasi."

[Memproses informasi: 42%]

Tubuh Ainsley menegang, lalu dia mengingat kejadian sehari yang lalu seperti yang dia lakukan ketika baru memasuki warung internet tersebut. Lantas, bagaimana Melinda dapat mengingatnya, sementara Ainsley merasa telah melakukan perjalanan waktu seperti cerita-cerita fantasi yang pernah dia dengar. Perasaan deja vu yang sebenarnya selalu merasuki ingatannya. Bahkan setiap kali dia melakukan perjalanan, tiap jengkal tempat yang dia lihat seolah pernah dia datangi dahulu.

Kemudian Ainsley mengedipkan mata, berupaya melintasi ingatan yang memang sejak awal sudah tidak seperti kenyataan. Meski dia sangat yakin segala kejadian fantasi tersebut nyata, tapi tetap saja tiap kali kejutan berlangsung kebingungan selalu menghampirinya terlebih dahulu.

[Informasi karakter]

Name   : Melinda Skyford

Age       : 25 (360), ???

Job        : Operator

Sanity  : 97

Skill     : Operator (lv. 1), Cooking (lv. 7), Watching (lv. 6). [Tap for more detail]

*Karakter ini bagian dari [Informasi tidak diketahui].

Tiba-tiba jendela status terlihat di mengambang di depannya. Membuat Ainsley panik ketika menyadari Melinda duduk sangat dekat dengan dirinya. Terlebih, dia pun takut jika wanita di depannya dapat melihat informasi karakter seperti yamg tengah dia lakukan saat ini.

Buru-buru Ainsley mengacak-acak layar mengambang tersebut. Berusaha menyingkirkan, walau hanya kerutan di kening yang diberikan oleh Melinda sebagai pertanda bahwa wanita di depan Ainsley tidak mengerti dengan kegiatan aneh yang sedang dia lakukan.

"Halo ... apa yang sedang kamu lakukan?"

Seketika Ainsley menghentikan aktivitas tersebut. Menyadari bahwa Melinda memberikan tatapan aneh kepadanya, membuat dia sadar bahwa perempuan di depannya tidak bisa melihat layar status tadi.

Setelah itu, layar status tersebut menghilang. Entah apa tujuannya layar tersebut tiba-tiba muncul, hanya saja, mungkin jika dia mengetahui informasi mengenai Melinda dia akan dapat mengetahui alasan sebenarnya dunia game fantasi tiba-tiba muncul kepadanya.

"Kalau begitu aku pergi duluan," ucap Ainsley sambil tersenyum lalu berjalan memasuki ruangan penuh dengan komputer yang berjejer demi menahan rasa malu kepada Melinda tadi.

Kemudian, Ainsley duduk di tempat yang pernah dia gunakan. Menghidupkan komputer tersebut. Setelah itu, berencana membuka Plastic Memento demi memastikan kembali bahwa dunia di dalam sana masih terdapat secercah harapan untuk dia mengakses informasi yang tidak perempuan itu dapatkan ketika mengobrol dengan Axel kemarin.

Setelah layar menyala, Ainsley menekan logo game tersebut. Sebuah layar loading terlihat, pada akhirnya, dia memasukkan username dan password miliknya ke dalam game tersebut. Hingga menampilkan interface yang dia lihat kemarin dengar berbagai menu opsi fitur Plastic Memento.

Menu peta di sana, telah hilang seperti tertelan Bumi. Tak seperti kemarin yang dapat diakses, Ainsley menyimpulkan bahwa tiap pertanyaan terproses dan telah mendapatkan jawaban, akan berdampak pada perubahan besar bagi Plastic Memento.

Sesuatu yang tersisa hanya ikon story, seketika membuat Ainsley yakin bahwa cerita di dalamnya mungkin akan diulang kembali. Namun, setelah dia menekan ikon tersebut, yang muncul adalah sebuah layar gelap penuh akan suara guntur dan teriakan manusia.

Setelahnya, video yang diambil dari sudut pandang Axel tersebut membuat bibir Ainsley terkatup.

Plastic Memento ✅ [END, UNPUBLISH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang