7. Strike

10 1 0
                                    

Loudee berdeham cukup keras ketika melihat posisi Roddy dan Kadden yang sangat tidak mengenakkan di jok di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Loudee berdeham cukup keras ketika melihat posisi Roddy dan Kadden yang sangat tidak mengenakkan di jok di sampingnya.

Roddy yang mulai sadar buru-buru membenarkan posisi duduknya, namun Kadden mengaduh kesakitan karena tergencet badan Roddy yang tentu saja jauh lebih besar. Bayangkan, seorang siswa kelas sebelas tergencet pria pekerja bangunan berumur tiga puluh tujuh tahun.

"Ma--maaf," ucap Roddy yang kembali pada posisi semula—pria itu membuat tubuhnya seperti kuda-kudaan dengan Kadden yang berada di atasnya.

Loudee mengernyit. "Kalian bisa ke belakang, di situ cukup luas!"

Roddy menepuk jidatnya merasa bodoh, dibarengi dengan kekehan Kadden yang ikut merasa malu. Pria itu kemudian mengikuti saran Loudee. Sedikit kesusahan karena Kadden terikat padanya, tapi akhirnya berhasil dengan mengerahkan energi lebih.

Akhirnya Roddy dan Kadden bisa bernapas lega, pria itu duduk—masih dengan Kadden di punggungnya—di lantai ambulans.

"Perlu aku bantu untuk melepaskan talinya? Kita bisa berhenti sejenak," tawar Loudee.

"Tidak usah," tolak Roddy. "Aku bisa sendiri. Fokus saja untuk mencari tempat yang aman, kalau bisa kita harus pergi dari kota ini."

Kadden tak enak hati hanya berdiam diri melihat Roddy yang tengah kesusahan membuka tambang-tambang itu.

"Maaf dan ... terima kasih," ucap Kadden tulus.

"Diamlah, aku muak mendengar kata maaf terus-menerus," balas Roddy. Sedari awal Roddy memang pendiam, Kadden jadi makin merasa bersalah karena ia cerewet.

Setelah beberapa saat, ikatan dan balutan yang menyatukan Roddy dan Kadden lepas. Roddy bernapas dengan lega ketika ikatan terakhir terlepas.

"Hah ...." Roddy menghembuskan napas kasar. "Buka celanamu," titahnya pada Kadden sambil membuka celana oranyenya.

"Ap-apa?"

"Kau pasti tidak nyaman bukan, dengan celana basah itu? Cepat buka," perintahnya lagi.

Kadden mengangguk ragu, perlahan ia membuka celana pasiennya yang basah—karena air kencing—itu. Ia menutupi kemaluannya karena tidak memakai celana dalam, Roddy menggelengkan kepalanya melihat tingkah remaja itu.

"Pakai ini." Roddy menyerahkan celana pekerja bangunannya, hanya tersisa celana korset ketat di tubuh bagian bawah pria itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloody Epidemic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang