Tama itu semaunya sendiri

127 24 21
                                    

Happy reading (and also sorry for typo(s))


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Seka! Seka!" pekik Tama yang sudah panik karena Seka tak kunjung keluar dari kamarnya, ia menggedor pintu kamar Seka sudah hampir 15 menit.

Bukannya gimana, cuma ini tuh udah jam 7.00, 30 menit sebelum bel sekolah berdenting.

5 menit berlalu, pintu kamar Seka akhirnya terbuka, pulau di dekat area bibir, mata yang sembab, dan rambut berantakan, itu pemandangan yang pertama Tama lihat dari Seka.

"Lo nggak pasang alarm apa gimana sih Sek? ini udah jam 7 lewat, lo niat sekolah gak sih?" omel Tama yang lalu mencubit pipi Seka.

Seka lalu membuka matanya, "hah?! jam 7 lewat?"

BRAK!

Pintu kamarnya kembali tertutup, dengan cepat Seka membuka pintu lemari dan meraih seragamnya, ah sepertinya hari ini ia akan pergi ke sekolah tanpa mandi.

Tama menghela nafasnya lalu pergi menuju halaman depan, hendak memakai sepatu.

Ia membuka ponselnya, berniat untuk memesan taksi online untuknya dan Seka. Tak usah tanya dimana Bian, rasa ogahnya untuk menunggu Seka akhirnya membuat Bian memutuskan untuk berangkat ke sekolah seorang diri.



Perutnya sakit, kepalanya pusing, tubuhnya pun lemas, Seka mati-matian menahan dirinya agar tak pingsan. Pasalnya sedari dirinya makan malam kemarin, Seka belum mengkonsumsi apapun sampai pagi ini, alhasil badannya lemas saat di jam olahraga. Tau sendiri tadi pagi dia telat kayak begitu.

Niatnya ingin makan di jam istirahat, namun sialnya hari ini jam olahraga ditukar dengan jam pelajaran yang dijadwalkan sebelum istirahat, jadi mau tak mau dirinya tetap mengikuti jam olahraga dengan kondisi yang tidak fit.

"You okay? mau izin PJOK aja? lo pucet banget Sek," ucap Nakula menawari.

Seka menggeleng, "gue gak papa, udah lo fokus aja sama bola, yang ada malah lo yang pingsan kena bola," canda Seka yang membuat Nakula memicing kesal.

Bohong jika mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, ingin sekali rasanya Seka melempar tubuhnya ke atas ranjang. Mengistirahatkan tubuhnya di atas ranjang yang hangat dengan semangkuk bubur ayam di tangannya, itu membuatnya benar-benar tak fokus saat ini.

"Nana!" teriak Bian yang lalu mengoper bola basketnya pada Nakula.

Nakula dengan sigap menangkap bola tersebut dan lalu berlari menuju ring. Berpikir Seka yang tengah diam di dekat ring berperan sebagai shooting guard, ia lantas membuat bolanya melayang ke arah Seka, berharap Seka dapat memasukkan bola tersebut ke dalam ring.

TRIPLE MAHANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang