❣ Happy reading (and also sorry for typo(s)) ❣
ღ
"Bian, love language kamu apa?" tanya Rose pada Bian di sebelahnya.Keduanya kini tengah bersantai di ruang kumpul, ditambah Shasha yang tengah asyik menyantap salad buahnya.
"Love language? mungkin yang words of affirmation," balasnya santai sembari melahap satu gigit risol hangat di tangannya.
Shasha yang tadinya sibuk berkutat dengan garpu salad kini beralih menatap Bian sambil mengeluarkan senyum menggodanya. "Seriously? gue kira lo tipe yang physical touch."
Bian menatapnya dengan sinis, "itu mah lo!"
Shasha terkekeh lalu melahap satu potong buah apel yang ada di mangkoknya.
"Kalo kamu apa Sha?" Kali ini Rose bertanya pada Shasha.
Selesai menelan apelnya, kini Shasha beralih pada Rose, "bener kata Bian tadi, physical touch," balasnya yang dihadiahi tatapan menggoda dari Bian, membuatnya memukul Bian di bagian bahu.
Rose mengangguk mengerti lalu kembali beralih pada ponselnya.
"Kenapa tiba-tiba nanya love language kak? tumben," tanya Sasha.
Rose menggeleng, "nggak papa penasaran aja," tuturnya yang lalu diangguki oleh Shasha.
Drrt drrt! drrt drrt!
Merasa ponselnya yang terus bergetar tanda masuknya panggilan, Bian pun meraih ponselnya untuk mengangkat panggilan tersebut, bisa dengan jelas Bian lihat tertera nama Nakula disana.
"Siapa?" tanya Shasha penasaran.
"Temen, gue ada kerkel," jawabnya, "gak papa kan gue bawa kesini? palingan di gazebo aja," tanyanya pada Shasha.
Shasha mengangguk, "disini tempatnya free kok, lo mau bawa sekeluarga juga gapapa," balasnya, "udah sana bukain dulu tuh pagernya," titah Shasha yang lalu menendang Bian pergi untuk membukakan pintu.
"Iya iya bawel!" kesalnya yang lalu pergi keluar sesuai titah Shasha.
"Loh lo berdua ikut juga?" heran Bian saat melihat Jihan dan Gilang ikut bersama Nakula, pasalnya memang keduanya berada di kelas yang berbeda dengan Bian.
Gilang tersenyum tiga jari, "kerkom mapelnya Bu Mowdy kan? urang oge aya kerkel jeung Tama, punten bray!" jawabnya yang lalu pergi masuk mendahului Bian, disusul Jihan yang menepuk pundaknya di belakang.
Bian hanya dapat menunjukkan raut bingungnya, "Tama gak bilang mau ada kerkel," gumamnya.
Nakula terkekeh, "mereka janjian dadakan pas gue bilang mau kerkel bareng lo sama Seka, sekalian kita kumpul aja," ucap Nakula yang dianggukki mengerti oleh Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE MAHANTA
FanfictionHanya kisah keseharian si kembar tiga Mahanta selama merantau ke Kota Bandung.