09

430 27 0
                                    

“Lo jahat banget,” ucap Diva saat dirinya tiba di kamar.

Saat Angga mengatakan semuanya, Diva bisa melihat wajah Jani yang kecewa. Rasanya Diva ingin meminta maaf dan menjelaskan semuanya namun tak sempat ia melakukan itu karena Angga langsung menarik paksa tangannya. Diva ingin menolak tapi takut mereka menjadi pusat perhatian. Selama di mobil Diva memilih diam, memikirkan bagaimana perasaan Jani saat itu. Memikirkan apa yang akan terjadi antara dirinya juga Jani ke depannya.

Kini Jani sudah tahu semuanya. Mengenai kehamilannya juga pernikahannya dengan Angga. Itu semua karena Angga sendiri. Dengan sengaja Angga membocorkan itu.

“Salah lo sendiri, pergi tanpa bilang gue. Mama jadi nyariin lo, gue juga khawatir sama kandungan lo takut kenapa-kenapa.”

Diva menatap Angga yang mengatakan itu. Wajah Angga tidak menampilkan wajah bersalah sedikit pun. Justru pria itu malah membuat seolah-olah hanya dia yang bersalah di sini.

“Harusnya lo enggak usah kasih tau Jani.” Ucapan Diva semakin meninggi. Untung saja Ratih masih di luar. Ucapan Angga yang mengatakan Ratih sudah pulang di rumah ternyata bohong. Mama mertuanya itu mencarinya saat menelepon Angga dan menanyakan keberadaannya, dan Angga mengatakan bila dirinya pergi diam-diam. “Dan lo malah bilang sama mama kalau gue pergi jalan.”

Diva benar-benar merasa kesal. Ia masih ingat perkataan Angga saat ingin memutuskan hubungan dengan Jani. Angga tidak akan memberi tahu alasan putus dan tidak akan membawa nama dirinya.

Tapi tadi? Angga malah mengatakannya. Bahkan sampai sekarang Angga tidak minta maaf padanya ataupun merasa bersalah sedikit pun. Justru semakin menyalahkannya.

“Salah lo sendiri. Gue bangun lo udah enggak ada. Mama minta video call ke gue tapi lo nya enggak ada.” Ucapan Angga pun tak kalah tinggi dari Diva. “Lo tau? Kalau lo kenapa-kenapa, gue yang dimarahin sama mama. Mama gue sayang banget sama lo.”

Diva diam. Kalimat terakhir Angga seperti bentakan. Angga tidak jauh berbeda dengan Dito, sebelas dua belas.

“Kenapa diem?”

“Lo jahat banget.”

“Lo yang jahat Div. Gue khawatir. Dan kalau lo kenapa-kenapa, yang disalahin sama mama dan papa ya gue.”

“Lo tau? Lo yang lebih jahat di sini. Lo yang bikin gue jadi begini.” Diva mengatakan itu sembari menunjuk perutnya. Angga yang membuat dirinya sampai begini. “Sekarang gue udah enggak punya temen buat cerita lagi, Jani udah tahu semuanya. Padahal gue udah usaha nutupin semuanya. Tapi lo dengan teganya bongkar itu.”

Angga diam. Nafasnya terdengar berat, seperti menahan emosi.

Sedangkan Diva memilih untuk naik ke kasur menghindari perdebatan dengan Angga. Ia lelah berdebat dengan pria itu. Saat Diva pura-pura memejamkan mata, Angga bersuara meminta maaf.

“Gue juga salah. Gue minta maaf.”

Angga langsung pergi dari kamar itu. Saat sampai di luar pintu, ia menelepon orang tuanya agar cepat pulang dan menemani Diva di rumah. Sore ini sampai besok siang, ia akan main ke rumah sahabatnya yang berada di dekat kampus. Untuk malam ini ia akan membiarkan Diva tidur sendiri.

Sedangkan Diva langsung bangun dari tidurannya. Ia menatap pintu yang sudah ditutup Angga.

Rasanya dia ingin bercerita mengenai ini, tapi bingung kepada siapa. Akhirnya Diva memilih memendamnya sendiri.

Diva mengambil ponsel yang ada di meja kamar karena sedang diisi daya. Mencoba menghubungi Jani namun telepon tersebut tidak tersambung. Sepertinya ponsel Jani tidak aktif. Diva membuka aplikasi WhatsApp dan mengirim beberapa pesan ke Jani.

Jani

Jan, gue minta maaf

Gue salah

Lo enggak tau yang sebenarnya gimana

Kapan-kapan kita ketemu lagi ya, gue bakal jelasin semuanya. Atau pas lo nanti on, kita telepon ya.

Maaf bikin Lo kecewa. Gue benar-benar enggak ada maksud buat nyakitin lo. Maaf udah jadi sahabat terjahat yang lo punya. Gue harap lo maafin gue

Sorry Jan

Tapi sama saja. Pesannya hanya menampilkan centang 1. Profil Jani kosong. Info juga tidak ada. Entah Jani memang off atau memblokir kontaknya. Diva baru bisa menghubungi Jani karena selama di perjalanan ia terus memilih diam.

Maaf Jan

——

DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang