Diva awalnya memilih untuk tetap tinggal bersama Ratih dan Aryo di rumah. Bimbang, akhirnya Diva meminta saran pada Rani. Dan Rani mengatakan bila ia lebih baik ikut Angga, karena Angga adalah suaminya.
Kini Diva tinggal di sebuah apartemen milik sepupu Angga. Sepupu Angga sendiri kini tinggal di rumah orang tuanya di Semarang. Daripada tidak terpakai akhirnya sepupu Angga menawarkan apartemennya pada Angga agar diisi saja. Tentu saja itu keuntungan bagi Angga. Sebenarnya tidak gratis sepenuhnya, Angga hanya perlu membayar sedikit harga kepada sepupunya itu.
Sudah 3 hari Diva tinggal di sini. Sejak hari itu juga ia hanya berdua bersama Angga. Tidak ada Ratih, Aryo maupun mbak Ina yang merupakan ART di rumah orang tua Angga. Jujur saja, Diva merasa bosan. Selain itu juga ia harus melakukan apa-apa sendiri. Padahal biasanya pekerjaan seperti mencuci baju dan piring, memasak, serta merapikan rumah dilakukan oleh orang lain.
Tapi sejak tinggal di sini pekerjaan itu menjadi miliknya. Walaupun kadang-kadang Angga membantunya sih dan pernah menyarankan sebagian baju milik Diva pakai jasa laundry di apartemen ini, itupun hanya untuk baju Diva. Kenapa hanya baju Diva? Karena mereka sudah memutuskan untuk mencuci baju masing-masing walaupun sudah menikah.
Sore ini Angga tengah pergi futsal bersama temannya, entah di mana. Pria itu hanya izin pergi futsal tanpa menjelaskan di mana tempatnya. Karena bosan Diva memilih untuk pergi cari makan di sekitar luar apartemen ini. Dari yang ia baca dari beberapa sosial media, banyak sekali makanan yang enak juga murah.
Diva pun langsung masuk ke dalam salah satu kamar dan mengganti bajunya. Apartemen ini terdiri dari 2 bedroom. Satu kamar untuk tidur Angga dan Diva. Satu kamar lagi untuk gudang penyimpanan beberapa barang milik sepupu Angga.
Tidak perlu ribet, Diva hanya mengenakan sebuah kemeja pendek bewarna coklat dan memakai celana kulot berwarna putih. Bagi Diva tampilannya cukup simple bila hanya keluar di sekitar apartemen ini.
“Mau kemana Div?”
Saat Diva di luar tetangga apartemen Diva bertanya padanya. Unit mereka benar-benar bersebelahan. Walaupun Diva baru tiga hari Diva sudah dekat dengan tetangga sebelahnya, beruntung wanita itu seumuran dengannya.
Perempuan itu juga sepertinya baru akan keluar untuk sesuatu. Diva pikir tinggal di apartemen dirinya tidak akan punya satu tetangga yang dia kenal. Ternyata salah.
“Cari makanan."
“Eh, kebetulan sama. Lagi laper nih,” kata Wenda.
Walaupun mereka seumuran, Wenda sendiri sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta yang tidak jauh dari sini. Berbeda dengan Diva yang masih kuliah walaupun sekarang sedang cuti.
“Bareng, yuk.”
Wenda langsung mengangguk kemudian mereka berjalan bersama.
“Mau makan apa, Div?”
“Enggak tau deh. Aku mau cari-cari dulu,” sahut Diva. Sejak pertama kali bertemu dengan Wenda, Diva memang menggunakan kata aku-kamu bukan gue-lo seperti pada temannya atau pun Angga. Memang sih Wenda yang memulainya, tapi akhirnya Diva jadi biasa. “Yang enak dan murah aja.”
Wenda tertawa mendengar itu. “Tenang aja Div, di sini ada makanan enak yang murah kok. Mau aku ajak ke sana?”
“Boleh.”
Akhirnya Diva sampai di sebuah tempat makan yang tidak terlalu besar. Ini adalah salah satu tempat makan yang kata Wenda enak tapi harganya murah. Dekat dengan jalan raya. Waktunya hanya 5 menit dari apartemen yang tengah Diva tinggali.
“Menunya ada apa aja, ya?”
“Banyak kok, Div.”
Wenda langsung mengajak Diva untuk mencari tempat duduk yang kosong, walaupun tempat ini tidak terlalu besar, tapi pengunjung tempat makan ini lumayan ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decision
RomansaAwalnya Adeeva dan Brihangga hanya orang asing. Mereka bisa bertemu dan mengenal karena Angga adalah pacar dari sahabat Diva, Anjani. Lama sejak awal pertemuan mereka, Diva dan Angga harus mengambil sebuah keputusan terberat dalam hidup mereka. Men...